Sejak panggilan telepon dengan Bagas berakhir kurang lebih sepuluh menit yang lalu, Sherina masih terjebak di dalam bilik toilet ketika situasi disana terasa semakin ramai. Bahkan ia beberapa kali mendengar desas-desus orang membicarkan namanya, ada yang seratus persen membicarakan fakta, namun ada juga yang berusaha membuat cocokologi tentang kedekatannya dengan Sadam yang tak terlihat lagi tiga belas tahun ke belakang.
Ragu-ragu Sherina membuka pintu setelah berpikir beberapa kali sebelum akhirnya memutuskan untuk nekat keluar dari sana karena mengharapkan situasi disana kembali sepi itu sangat mustahil. Ketakutannya terjadi bahkan sejak kakinya melangkah menjauh dari bilik tempatnya tadi, semua mata perempuan yang berada di toilet menatapnya, membuat Sherina mengangkuk sopan. Sekian detik setelahnya mereka berkerumun di dekatnya, meminta waktu untuk dapat berfoto bersama. Tak enak hati untuk menolak Sherina mengiyakan ajakan berfoto tanpa bisa sedikitpun menghindar namun tetap berusaha melangkah keluar dari area toilet. Dan setelahnya ia terjebak dalam kerumunan sebelum akhirnya seseorang menarik tangannya, sedikit berteriak. "Maaf yaa, Sherina udah harus masuk ke studio lagi.. permisii.. permisiii.." setelah menarik tangan Sherina, Sadam dengan sigap menghalangi sisi kanan dan kiri tubuh Sherina dengan lengannya, mendorong Sherina untuk melangkah cepat keluar dari kerumunan tanpa mempedulikan semua kamera ponsel yang di angkat tinggi-tinggi demi mengabadikan moment bagaimana Sadam melindungi Sherina.
Sadam mengarahkan Sherina agar masuk ke ruang tunggu khusus untuk para cast. "Lo gila?! Kenapa nekat sih ada di kerumunan begitu?" Ucap Sadam setelah ia menutup rapat pintu ruangan yang tak seberapa luas itu.
"Ya kalau bisa ngilang sih gue ngilang tadi." Jawab Sherina ketus, melangkah mendekati cermin besar di dalam ruangan untuk memastikan penampilannya masih terlihat baik-baik saja. Sadam yang masih berdiri di dekat pintu ikut menelisik kondisi Sherina, memastikan perempuan di hadapannya itu tak terluka sedikitpun. "Makasih ya, udah bantuin keluar dari kerumunan tadi. Gue mesti balik ke studio, ayah ibu pasti nyariin.." Sherina melangkah mendekat ke arah Sadam yang kini berpindah menghalangi pintu.
"Gue telponin dulu crew buat mastiin lo sampe ke studio dengan aman." Sadam mengeluarkan handphonenya, menghubungi salah satu crew keamanan.
"Haduuuuh.. repot.." Sherina melipat tangannya di dada, membalik badannya untuk kemudian duduk di salah satu kursi disana. Tak lama pintu di ketuk, seseorang yang Sadam hubungi tadi berdiri di balik pintu bersama dua orang lain.
Tak hanya Sherina, bahkan Sadam ikut melangkah keluar dari ruangan itu. Meraih tangan Sherina untuk ia sampirkan di antara lengannya, menggandeng dengan terpaksa tangan Sadam. "Apaan sih?!"
"Diem aja kenapa sih?" keduanya berucap berbisik dengan langkah tergesa menuju ke dalam studio dimana ayah dan ibu Sherina berada.
Setelah pemutaran film selesai, harapan Sherina untuk segera pulang ke rumah dan beristirahat harus ia kubur dalam-dalam ketika orang tuanya menyetujui ajakan makan malam yang sudah kelewat malam ini. Duduk berdelapan bersama mbak Mela dan mas Rafi di salah satu restaurant di Jakarta. Moment reuni kecil yang mendadak ini tentu tak ingin orang-orang yang lebih dewasa dari Sadam dan Sherina ini lewatkan.
"Terakhir tuh kita makan bareng begini waktu ulang tahun ke tujuh belasnya Sherina kan ya?" tanya mbak Mela di sela kegiatan menyantap makanan yang tersaji di meja.
Pak Darmawan mengangguk "Iya, sebelum dia pergi ke sydney buat kuliah.." pak Darmawan menunjuk putrinya dengan dagu.
"Terus nih kalian selain Sadam sibuk film, ada sibuk apa lagi?" tanya mas Rafi.
"Mereka baru satu kerjaan lagi jadi brand ambasador salah satu merk jam.." Kali ini bu Ardiwilaga bersuara. "Fotonya belum keluar tapi ya? Mami sih penasaran Yang.." sambungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate You
Teen FictionAku suka membencimu dan aku benci mencintaimu! Aku ingin tinggal tapi juga ingin melarikan diri! Dan yang tak ku mengerti mengapa aku terus kembali? Aku memang suka dengan apa yang kita miliki. Tapi lagi, aku suka membencimu dan aku benci mencintaim...