Ibu jarinya tak berhenti bergerak di layar handphone sejak benda itu kembali mendapatkan jaringan. Beberapa kali bunyi dering notifikasi terdengar, dengan alis yang menukik dan raut yang terlihat memberengut kesal pada akhirnya Sherina menaruh benda itu ke dalam tasnya, bersedekap melipat tangan di dada.
"Padahal udah gue kasih tahu, kalau putus mah putus aja. Ngapain masih aja lo tanggepin juga itu chatnya?!" Sadam bergumam pelan di sebelah Sherina. Sedari tadi matanya beberapa kali mengintip layar handphone Sherina. Perempuan yang terlihat gelisah itu menoleh, menatap Sadam di sebelahnya. "Masih mau aja lagi di ajak ketemu." sambungnya.
Sherina terdiam, memejamkan mata. Lebih baik tidur saja daripada mendengar ocehan Sadam yang tak jelas, pikirnya. Meski isi kepalanya sedari tadi terdengar ribut, harus bagaimana menghadapi Bagas ketika ia kembali ke Jakarta nanti. Terbesit pikiran untuk meminta Sadam menemaninya, tapi bukankah itu malah menambah keruh hubungannya dengan Bagas?
"Sampe Sher, tidurnya pas jarak udah deket lagian!" Ucap Sadam ketika mobil mereka berhenti di lobi hotel. "Sini gue bawain." Sadam mengambil alih ransel milik Sherina. "Dari tadi cemberut mulu, capek ya?"
Sherina menggeleng. "Udah, si Bagas gak usah terlalu di pikirin. Lo tuh kehilangan dia gak bakal rugi apa-apa Sher! Yang ada juga dia yang rugi karena udah selingkuh dari lo."
"Bukan masalah rugi enggaknya Dam."
"Ya terus apa? Sebucin itu lo sama dia, kayak gak ada laki lain lagi aja!" Keduanya masuk ke dalam lift tanpa menunggu mbak Mela dan mas Rafi yang belum juga tiba.
"Gue cuma takut karir gue rusak karena dia nyeb-"
"LO UDAH NGELAKUIN APA SAMA DIA?!" mendengar suara Sadam yang meninggi bersamaan dengan sebelah tangan yang memegang pundaknya itu membuat Sherina memundurkan kepala dan reflek memejamkan matanya. "Sher, astaga!" ujar Sadam kemudian.
"Astaga-astaga! Otak lo!" Sherina melipat tangannya di dada setelah menepis kasar tangan Sadam dari pundak kirinya. "Gue takut dia sebarin berita hoax! Tadi dia kirim dokumen isinya berita perselingkuhan gue, tinggal dia share, kelar udah." Sherina terdengar putus asa. "Makanya gue iyain waktu dia minta ketemu buat lurusin semuanya."
"Kirain.." Sadam menghela napas seolah lega mendengar penjelasan dari perempuan di sampingnya. "Mau bikin gosip lo selingkuh? Selingkuh sama siapa? Gue? Orang-orang juga tahu kali kita udah dari lama sahabatan. Buang-buang duit doang dia kalau bikin gosip lo selingkuh sama gue."
Sherina mengendikkan bahunya.
"Terus tetep mau lo temuin itu beruk satu?! Kalau iya mau ketemu, gak usah lo yang samperin dia! Dia yang ke tempat lo. Pastiin lo gak sendirian, minimal ada si Aryo di tengah-tengah kalian! Kalau gue bisa sih, gue temenin Sher." Keduanya lantas berjalan keluar dari lift ketika pintunya sudah kembali terbuka. Menyusuri lorong menuju ke kamar mereka masing-masing.
"Bagas mana mau ngobrol serius di depan orang lain, g-"
"Ya gak usah sekalian kalau kayak gitu. Lagian udah jelas dia selingkuh, mau lurusin apalagi?!"
Sherina sekali lagi mengendikkan bahu sebelum mengambil ranselnya, merogoh saku kecil di sisi sebelah kanan ransel, mencari kunci kamar yang di tempatinya bersama mbak Mela. "Kuncinya kok gak ada ya?!" Tanyanya, sekali lagi mencoba memastikan sebelum berpindah ke bagian ransel lainnya.
"Tante Mela yang bawa kali?!"
Sherina menepuk keningnya ketika sekelebat ingatan muncul saat ia menyerahkan kunci pada mbak Mela sebelum mereka berangkat kemarin malam.
"Tunggu di kamar gue dulu aja, paling sebentar lagi juga sampai mereka."
Pada akhirnya Sherina mengikuti Sadam. Duduk di sofa single disana, melepas sepatunya. Sedangkan Sadam duduk di lantai, melakukan hal yang sama.
![](https://img.wattpad.com/cover/50676797-288-k513339.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate You
Teen FictionAku suka membencimu dan aku benci mencintaimu! Aku ingin tinggal tapi juga ingin melarikan diri! Dan yang tak ku mengerti mengapa aku terus kembali? Aku memang suka dengan apa yang kita miliki. Tapi lagi, aku suka membencimu dan aku benci mencintaim...