Jakarta, Juli 2001
Dua anak kecil itu terlihat mengikuti arahan dari seorang koreografer dengan begitu fokus. satu minggu lagi konser perdana Sherina itu akan di gelar membuat Sherina dan Sadam juga beberapa anak lain yang menjadi bagian dari dancer untuk ikut memeriahkan acara harus menjalani aktivitas yang sama setiap hari, setelah pulang sekolah.
Lebih dari sepuluh lagu yang harus Sherina bawakan di konser tersebut, tentu itu membuatnya berlatih lebih banyak di banding Sadam yang hanya muncul di beberapa lagu hanya untuk menemaninya. Ini request khusus dari Sherina kepada ayah dan ibunya yang menjadi penggagas keberlangsungan konser perdananya ini.
"Yok coba kita full lagu ya! Sadam, blocking nya di ingat-ingat.. jangan membelakangi penonton.. ayo langkah kakinya ikuti tempo.. tap.. tap.. tap..." ucap seorang pria bertubuh kurus itu di satu sudut ruangan.
Sherina terlihat sedikit kesal, pasalnya ia harus mengulang bagian latihannya dengan Sadam berkali-kali hanya karena anak laki-laki itu sering lupa dengan beberapa koreonya atau tiba-tiba tertawa ketika harus adegan berkelahi dengan Sherina. Masalahnya, semakin lama ia latihan maka akan semakin sedikit sisa waktu yang Sherina punya untuk sekedar ngobrol dengan Sadam, di jam lima sore Sherina sudah harus pulang untuk kemudian les mengaji di rumah.
"Om, terakhir ya ini!" ucap anak perempuan itu dengan wajah cemberut. Tidak, ia tidak lelah namun benar-benar kesal.
"Iya Sher, tuh ayah kamu juga udah dateng jemput.." jawab pria dewasa bernama Andri itu. Sherina melirik ke arah pintu di mana ayahnya terlihat baru saja menutupnya, lalu memutar bola matanya sebelum melanjutkan koreonya.
Latihan selesai, beberapa orang dewasa di sana terlihat merapikan properti sedangkan di sudut ruangan, dua anak yang tersisa di ruangan itu terlihat sibuk memakai jaket juga mengambil ransel mereka masing-masing. Sadam yang melihat Sherina masih cemberut itu sedikit merasa segan untuk sekedar berbasa-basi, pasalnya ia sudah jelas tahu bagaimana respon anak perempuan yang sibuk membetulkan ikatan rambutnya itu.
"Kamu capek banget ya? Keringetan.." Ujar Sadam sambil mencolek keringat di pelipis Sherina dengan ujung jari telunjuknya setelah ia mengumpulkan nyali untuk menerima respon ketus Sherina. "Besok-besok aku serius deh latihannya.." sambungnya.
"Jadi gak bisa ngobrol dulu kan kita hari ini!" jawab Sherina dengan pipi menggembung dan mulut yang mengerucut sebal. Keduanya lalu berjalan menuju pintu berwarna abu-abu bersamaan.
"Iya maaf.."
"Kamu tuh kalau latihan kenapa malah sering ketawa-ketawa sih lagian? Emangnya aku badut?! Konsernya sudah tinggal satu minggu Dam, besok beneran serius biar gak harus di ulang-ulang latihannya!" omel Sherina ketika Sadam menarik pintu lalu mempersilahkannya untuk keluar dari ruangan lebih dulu.
"Iyaa iyaaa.." ucap anak laki-laki yang kini berjalan di belakang Sherina sebelum anak perempuan itu berlari mendekati ayahnya yang tengah berbincang dengan beberapa orang dewasa lainnya di tempat yang menjadi ruang tunggu untuk para orang tua yang mengantar anak-anaknya berlatih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate You
Ficção AdolescenteAku suka membencimu dan aku benci mencintaimu! Aku ingin tinggal tapi juga ingin melarikan diri! Dan yang tak ku mengerti mengapa aku terus kembali? Aku memang suka dengan apa yang kita miliki. Tapi lagi, aku suka membencimu dan aku benci mencintaim...