Bandung, 1999
Dua anak kecil itu tengah menunggu set lokasi shooting yang tengah di benahi, keduanya duduk di halaman belakang bangunan yang menjadi rumah kediaman milik Sadam. Terduduk di bangku kayu sambil melihat hamparan kebun disana.
"Sher, kita udah gak masuk sekolah kan hampir dua minggu, ada gak temen yang kamu kangenin?" tanya Sadam. Tangannya yang memegang ranting pohon yang cukup panjang itu sibuk menggoreskannya di tanah.
Sherina yang menggerak-gerakkan kakinya yang menggantung itu sejenak berpikir, melipat sebelah tangannya sedangkan tangannya yang lain mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuknya. "Ya ada sih beberapa.. kenapa memangnya? Kamu kangen temen-temen sekolah?" anak perempuan itu menoleh ke arah anak laki-laki di sebelahnya yang tertunduk fokus dengan gambar yang di buatnya di tanah.
"Enggak, aku malah maunya shooting gak selesai-selesai biar gak usah sekolah.." jawab Sadam dengan suara khasnya yang serak.
"Ih kenapa begitu? Sekolah kan kewajiban buat anak-anak seumuran kita Dam..."
"Gak asik di sekolah tuh!"
"Makanya punya pacar, biar sekolahnya semangat!"
Ucapan anak perempuan di sebelah kirinya itu membuat Sadam sedikit terlonjak, "Emang kamu udah boleh pacaran?"
"Boleh aja sih kayaknya.."
"Berarti aku boleh dong jadi pacar kamu?"
Kali ini berganti Sherina yang menatap Sadam dengan tatapan terkejutnya. "Ya boleh aja, tapi nanti setelah aku putus sama cinta pertamaku dulu.."
"Kapan?"
"Ya nanti selesai shooting, waktu masuk sekolah lagi.."
***
"Mas Bim, memangnya kalau cinta monyet itu harus banget ada kata putus ya?" Tanya Sadam pagi ini saat tengah menyantap sarapan di meja makan sebelum kembali sibuk dengan promo filmnya.Rupanya ucapan Sherina semalam cukup mengganggu pikirannya.
"Tergantung hubungan cinta monyetnya berapa lama? Tapi biasanya jarang sih cinta monyet yang seserius itu biasanya ya udahan gitu aja.. seinget gue ya.." Bimo yang sempat menghentikan kegiatannya kali ini kembali menyuapkan makanan pada mulutnya. "Kenapa lo tiba-tiba nanyain cinta monyet?"
"Nanya doang, gak boleh?"
"Sherina ya?" kali ini hanya terlihat Sadam yang mengendikkan bahunya. "Sok-sokan gak mau jawab, dikata gue gak tahu apa-apa tentang kalian dulu apa?"
"Ya aneh aja, masa semalem gue tanya salah gue apa, dia bilang gara-gara gue jadian sama Dita tanpa putusin dia dulu?!" ucapan Sadam kali ini membuat Bimo terbahak namun terkejut setelah benar-benar mencerna ucapan Sadam.
"Eh?? Jadi semalem ngobrol nih kalian?"
"Hmmm.. gue anterin dia balik, si Aryo balik duluan.." jawab Sadam acuh, tangan kanannya menyuapkan makanan dan sebelah tangan yang lain sibuk scrolling pada akun social medianya. "Gila ya, komentar di instagram masih aja rame.."
"Banyak banget kan yang minta kalian satu project lagi, gak salah dong gue iyain tawaran mbak Mela sama mas Rafi tuh??" Ucap Bimo sambil beranjak dari tempatnya menyimpan piring kotor ke dapur.
"Ya gak salah, cuma masih belum tahu mau kemana tuh jalan cerita filmnya. Masa tante Mela awalnya mau bikin biopic, ceritain perjalanan kita dari kecil sampe sekarang ini?! Kan agak gimana ya mas?!" Sadam yang masih belum selesai menyantap sarapannya itu berbicara dengan mulut yang juga sibuk mengunyah. "Untungnya si Sher ada ide lain yang lebih oke.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate You
Teen FictionAku suka membencimu dan aku benci mencintaimu! Aku ingin tinggal tapi juga ingin melarikan diri! Dan yang tak ku mengerti mengapa aku terus kembali? Aku memang suka dengan apa yang kita miliki. Tapi lagi, aku suka membencimu dan aku benci mencintaim...