11

170 15 33
                                    

Beberapa hari yang lalu...

Bagas terkekeh pelan setelah Sadam memutus panggilan sepihak tanpa harus repot-repot membuat ia atau Sherina mendebatnya. Kekehannya pelan-pelan berubah menjadi tawa setelah ia mencerna ulang ucapan yang di dengarnya beberapa saat lalu.

"Ada yang lucu? Masih belum percaya kalau ak-"

"Kamu bukan typenya Sher...pppffttt.. harusnya aku sadar itu sih dari kemarin.."

Ucapan Bagas kini membuat Sherina mengernyit. "Maksudnya?"

"Ya siapa sih yang mau sama perempuan kayak kamu? Yang kadang bisa jadi terlalu dominan, maunya menang sendiri, aku doang yang tahan sama kamu tiga tahun ini! Itu juga kalau gak sayang sih aku udah kabur dari kapan tahu ya.."

Perasaan Sherina semakin di buat tak enak kali ini. "Mau menang sendiri gimana?"

"Ah, ya kamu mana sadar sih.. kan aku yang ngalamin.. tapi sekarang aku cukup tenang sih kalau Sadam gak mungkin ngambil kamu dari aku.. Bu-kan ty-pe-nya.." lalu tawa Bagas terdengar lagi seolah tak akan ada orang selain dia yang bisa menerima Sherina apa adanya.

"Kalau gitu udah gak apa-apa kan kalau aku satu project lagi sama dia?"

"Go ahead baby!"

Perasaan Sherina masih belum membaik sejak berakhirnya panggilan dengan Bagas tadi. Ucapan Sadam dan juga tawa Bagas masih terus berulang terputar di kepalanya. Membuat perempuan yang sudah membaringkan tubuh dengan nyaman di atas ranjangnya itu kembali bangkit, meraih handphonenya untuk meluapkan unek-uneknya pada Sadam.

Sherina M Darmawan
Salah ya gue percaya ucapan lo tempo hari yang bilang mau memperbaiki hubungan kita as sahabat.
Nyatanya, dari dulu emang lo gak pernah bisa menghargai perasaan orang lain.
Ya.. gak apa-apa juga sih kalau memang lo berbuat baik sama gue karena alasan settingan.
Tapi ucapan lo tadi bikin gue ngerasa hilang harga diri di depan Bagas.
Makasih banyak loh, lo cukup sukses bikin Bagas ketawa.

Pesan yang langsung di baca oleh Sadam tanpa berniat membalasnya. Hanya menggeleng pelan, lalu meletakan asal handphonenya di atas ranjang, terlalu lelah untuk menanggapi.

***

Sadam menarik nafas sejenak, "Sorry Sher, gue gak maksud-"

"Gue bilang kan juga gak apa-apa. Reaksi spontan lo itu udah cukup ngasih gue fakta kok, gue bukan type lo dan memang gak mungkin kita terlibat cinta lokasi hanya karena cerita masa lalu kita kan?" Sherina merapihkan sedikit tatanan rambutnya, berusaha terlihat tenang dengan hati yang terus berharap jika Aryo akan segera kembali.

"Sher, sudah siap?" tanya seorang perempuan dengan id card menggantung di lehernya, bertuliskan nama Eva.

"Sebentar lagi ya, baju ku ketinggalan di mobil.. Lagi di ambil Aryo-" Seorang laki-laki muncul di belakang Eva dengan tergesa membawa pakaian yang di gantung rapi di tangannya. "Nah, itu dia. Ganti baju bentar ya abis itu gue langsung ke depan.." Sherina bangkit dari kursinya, menyambar pakaian dari tangan Aryo kemudian masuk ke dalam bilik kecil disana untuk segera mengganti pakaiannya.

Sadam terlihat tak seperti biasanya, ia lebih banyak diam sambil sesekali memainkan ponselnya. Aryo yang berada di ruangan yang sama dengan pria itu juga terlihat bingung, melihat interaksi Sherina dan Sadam yang juga tak biasa tadi. Di tepuknya bahu Sadam, membuat si empunya menoleh.

"Kalian ada masalah apa lagi nih?" tanya Aryo. Mereka masih berada di ruang ganti Sherina, menunggu perempuan itu menyelesaikan tugas sebagai salah satu juri hari ini.

Love To Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang