Sherina menatap takjub ketika 'feri' bergerak membawa mobil yang mereka tumpangi menyeberangi sungai, sedikit menakutkan sebenarnya mengingat hari masih sangat gelap.
"Besok pas pulang, pasti bisa lihat sungai nya ini dengan jelas.." ujar pak Jamartin.
"Ini gak ada rencana pembangunan jembatan gitu pak? Bahaya juga kan ya menyeberang kayak begini?" tanya Sherina, meski dalam gelap Sadam masih bisa melihat mata berbinar perempuan itu ketika ia berujar dengan penuh antusias.
"Waah mbak, kalau di buat jembatan, akses untuk pemburu liar semakin mudah. Aksesnya begini saja ke area hutan masih sering kali kecolongan.." mendengar jawaban itu, Sherina sejenak berpikir.
"Dari sisi keamanannya kalau begitu pak yang harus di benahi.." penuturan Sherina di sebelahnya kali ini membuat Sadam tersenyum sambil menggelengkan kepalanya pelan, Sherinanya tidak pernah berubah.
"Susah sih mbak kalau belum ada perhatian dari pemerintah. Kita ini kan bisa di bilang organisasi swasta ya."
Sherina baru saja akan menyuarakan isi pikirannya lagi jika saja Sadam tidak meraih tangannya, memberi isyarat agar perempuan itu berhenti berbicara. Mobil kembali melaju membelah hutan dengan jalanan berlumpur, kedua manusia yang duduk di bagian belakang mobil itu sama-sama menggenggam handgrip menahan guncangan yang sesekali terjadi sebelum menemukan jalanan yang sedikit mulus sebelum tiba di pos berupa gubuk sederhana untuk mereka beristirahat sejenak menunggu pagi tiba.
"Lo bawa apaan sih segala bawa ransel berat begini?!" tanya Sadam ketika ia membantu Sherina membawa turun ranselnya.
"Baju ganti, skincare, make up, o-"
"Make up? Buat apa? Kita mau lepasin orang utan Sher, bukan mau photoshoot! Repot amat!"
"Suka-suka gue lah mau bawa apa aja! Segala ngatain repot!! Sini!" Sherina merebut ranselnya dari tangan Sadam dan mempercepat langkahnya menghampiri mbak Mela dan mas Rafi yang tengah berbincang dengan beberapa staf OUKAL yang pada hari itu ikut bersama mereka.
"Hati-hati keserimpet!!" teriak Sadam memperingatkan.
"Kalau mau istirahat dulu silahkan mas, mbak, di sebelah sini.. tapi maaf ya seadanya.." ujar Dani bersamaan dengan pak Jamartin yang juga baru saja bergabung setelah menyempatkan diri mengecek kondisi orang utan yang akan di lepas liarkan hari ini.
"Nyari sinyal? Hutan Sher, mau lo sampe banting itu handphone juga gak akan ada sinyal disini!" ucap Sadam saat melihat Sherina beberapa kali menggoyangkan handphone di tangannya. Perempuan itu hanya melirik sekilas pada Sadam lalu kembali fokus menatap layar handphone nya. "Mau ngabarin siapa sih lagian? Si mantan?" Sadam duduk di sebelah Sherina yang sudah lebih dulu bersila di lantai kayu rumah tempat mereka beristirahat sejenak.
"Apa sih lo?!" Sherina mendorong pelan kepala Sadam yang ikut melihat layar handphone miliknya.
"Aduh, aduh.. masih pagi udah ribut aja ini.. Kenapa?" suara mas Rafi yang tiba-tiba masuk ke dalam gubuk itu membuat dua manusia itu menoleh ke arahnya.
"Ada apa?" mbak Mira yang menyusul dengan kantong plastik dari sebuah mini market itu tak lama muncul.
"Itu, anak-anak, ributin apa sih subuh-subuh? Rebutan tempat?" mas Rafi meletakan tas nya lalu duduk di sisi lain ruangan yang tak besar itu.
"Enggak om, ini si Sadam nih.." Sherina menggeser posisi duduknya sedikit menjauh dari Sadam.
"Udah, udaah.. nih tante bawa roti buat sarapan nanti.." baru beberapa saat mbak Mela meletakan plastik di lantai, dengan gerakan cepat Sadam lebih dulu mengambil roti sandwich berisi selai cokelat sebelum Sherina berhasil meraihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate You
Fiksi RemajaAku suka membencimu dan aku benci mencintaimu! Aku ingin tinggal tapi juga ingin melarikan diri! Dan yang tak ku mengerti mengapa aku terus kembali? Aku memang suka dengan apa yang kita miliki. Tapi lagi, aku suka membencimu dan aku benci mencintaim...