"SETTINGAN???" Sherina dan Sadam berujar bersamaan setelah mendengar ide konyol dari mas Rafi. Sedangkan mbak Mela justru sibuk berbincang dengan bu Darmawan di sisi lain ruangan.
"Iya.. maksud om tuh ancang-ancang aja.. buat cari tahu animo masyarakat menyambut come back nya kalian.. Dari vt yang seliweran di sosmed sih jelas banyak yang nunggu ya.. tapi kan momentnya itu lima menit juga enggak.."
"Settingan gimana maksud om?" kali ini Sadam bertanya, penasaran.
"Ya bisa sebagai sahabat selama dua puluh tahun, misalnya kalian share momen flashback waktu kalian kecil dulu.. terus bikin konten momen-momen kebersamaan kalian sebelum film di buat.. kan bisa.."
Sherina tersenyum miring. "Mana bisa sih om? Jadwal aja kita udah sama-sama sibuk.. lagian gak enaklah setting-settingan begitu.. Bohongin orang banyak jadinya.."
"Gak enak karena bohongin orang banyak atau gak enak sama mas pacar??" sindir Sadam. "Nanti gue bantu jelasin ke Bagas.. lagian gak harus settingan om, flashback ke masa lalu kan emang kita udah kenal dari kecil.. meski skip tiga belas tahun ya om.." sambung Sadam setelah berpikir beberapa saat yang lalu.
Sherina memutar bola matanya, ingin memprotes apa yang baru saja Sadam setujui(?). "Terserahlah.." ujarnya pasrah, sadar benar jika apapun sanggahannya akan jadi percuma.
"Kalau gitu, bisa tuh kamu cocokin jadwal sama kompetisi balet dan theater nya Sherina.. Dateng sebagai sahabat yang support sahabatnya.." ucap mas Rafi kemudian.
"Dia om? Dateng ke event aku?" Sherina terkekeh. "Bisa gak usah aja gak?"
"Karena Bagas gak bisa dateng jadi gue juga gak boleh gitu? Gak apa-apa kali Sher, kan Bagas gak bisa, seenggaknya ya ada gue disana bareng om sama tante Darmawan. Gitu kan ya tante?"
Bu Darmawan yang tengah asik berbincang mengenai label musiknya dengan mbak Mela itu seketika menoleh ke arah Sadam. "Kenapa Dam?"
"Itu kompetisi balet sama theater nya nanti, om pasti ngajak aku buat hadir disana kan tante?" ucap Sadam.
"Idih.. pede banget lo! Family invitation aja cuma dua! Bayar kalau lo mau dateng!" Ucapan ketus Sherina ini membuat mas Rafi menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar. Melihat dua manusia di hadapannya benar-benar seperti dejavu.
"Harusnya sih iya Dam. Ada lima tiket, papi mami kamu kalau ada waktu boleh loh di ajak juga."
"Ibuuuuuu.." rengekan Sherina terdengar. "Gak ada ya! Cuma dua loh bu.."
"Ibu dapat lima kok Sher.. salah kasih apa panitianya? Tapi seingat ibu di email dapat lima.." Bu Darmawan mengerutkan kening berusaha mengingat. "Iya ah lima.." ujarnya kemudian.
Sherina berdecih sebal. Heran dengan manusia-manusia di dekatnya yang seolah benar-benar ingin membuatnya jauh dari Bagas. Setelah kepulangan mbak Mela dan mas Rafi, Sherina terlihat sedikit melakukan latihan kecil di rumah sore itu untuk persiapan kompetisi baletnya, streching alakadarnya. Meski ibunya memperingatkan tentang kondisi kakinya yang mungkin saja bisa semakin parah, Sherina bersikukuh untuk latihan semampunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate You
Teen FictionAku suka membencimu dan aku benci mencintaimu! Aku ingin tinggal tapi juga ingin melarikan diri! Dan yang tak ku mengerti mengapa aku terus kembali? Aku memang suka dengan apa yang kita miliki. Tapi lagi, aku suka membencimu dan aku benci mencintaim...