14

207 13 25
                                    

Sejak tiba di kantor OUKAL yang hanya berjarak sepuluh menit dari bandara, entah sudah berapa kali Sherina menarik nafas panjang, seolah ingin menyimpan udara yang masih begitu bersih itu sebanyak-banyaknya dalam paru-parunya. Keduanya di biarkan berkeliling bersama seorang staff perempuan disana, sedangkan mbak Mela dan mas Rafi menemui Program Manager Oukal untuk menyampaikan tujuan mereka.

"Mbak, mas, saya tinggal sebentar.." ujar seorang bernama Tika setelah ia menerima pesan melalui protofon di tangannya. Keduanya mengangguk membiarkan perempuan itu berlalu dari hadapan mereka.

"Udaranya enak banget!" Sherina merentangkan tangan dengan bebasnya, lalu mengikat asal rambut cokelatnya yang terurai. Melihat itu Sadam teringat sesuatu di masalalu. Di bandung, hampir dua puluh tahun silam ketika usia mereka masih sama-sama sembilan tahun.

Bandung, 1999

Anak perempuan itu turun dari mobil milik orang tuanya dengan sedikit melompat, lalu berlari menghampiri mobil lain yang di tumpangi oleh Sadam. Menunggu kawan barunya itu turun dari sana. Jendela mobil terbuka, Sadam masih mengumpulkan nyawa setelah bangun dari tidurnya.

"Sebentar ya Sher, Sadam nya baru banget bangun nih.." terlihat wanita di sebelah Sadam merapihkan rambut yang berpotongan 'mangkok' itu. "Minum dulu, ayo turun! Sherina udah nunggu tuh.." setelahnya pintu mobil terbuka.

Sherina mendekat, meraih sepatu Sadam yang tak terpasang di kaki anak itu. "Pakai sepatunya Dam..!! Ayooo!!" Teriak anak perempuan yang penuh antusias itu.

"Kamu gak capek emang Sher?" Sadam dengan malas menginjak asal sepatunya. Lalu melompat turun dari mobilnya.

Sherina tak menjawab, tangannya meraih tangan Sadam, menariknya buru-buru. "Ayooo!" Kakinya berlari kecil membuat Sadam sedikit terseret. "Tante Melaaaa, aku sama Sadam boleh main dulu sebentar kaaaan???" Teriaknya ketika sebagian crew masih menyiapkan set dengan menebang beberapa pohon liar dan yang lain memasang alat-alat yang di gunakan untuk mengambil gambar.

"Boleh sayang, setengah jam.. setelah itu reading sebentar, siap-siap take ya! Jangan jauh-jauh!" Jawab mbak Mela yang sibuk memperhatikan tim nya.

Sherina mempercepat langkah ke arah hutan dengan deretan pohon tinggi menjulang. Merentangkan tangannya dengan bebas, yang tanpa sengaja mengenai wajah Sadam di sampingnya. "Udaranya enak bangeeett!!!!" Ujarnya.

"Lo beneran gak berubah ya?! Kelakuan lo masih sama kayak lo kecil dulu, waktu kita baru sampai di lembang! Inget gak?"

Sherina menggeleng. "Memori masa kecil gue kayaknya gak banyak yang gue simpen kecuali yang ada bukti fotonya." Jawabnya. Melangkah mendekat ke arah kandang besi yang begitu tinggi dan lebar berisi beberapa ekor orang utan.

"Jangan sembarangan, kebiasaan nih sembrono nya!" Sadam menarik tas ransel milik Sherina membuat perempuan itu terpaksa berjalan mundur ke sebelah Sadam.

"Sher, Dam.. Ayo!" Teriakan mas Rafi membuat dua manusia itu menoleh bersamaan ke sumber suara. "Makan siang dulu.." sambung mas Rafi ketika dua manusia itu hanya saling menatap bingung.

Berjalan ke arah samping bangunan kantor, terdapat satu gubuk kayu sederhana. Mereka menyebut tempat itu sebagai kantin. Sherina dan Sadam duduk bersebelahan, di hadapan mereka mas Rafi dan mbak Mela.

"Nanti kita shooting disini om, tante?" Tanya Sherina.

"Sudah ada gambaran?" Tanya mas Rafi.

Sherina mengangguk pelan, ragu dengan cerita yang muncul di kepalanya. "Penculikan orang utan. Dia jadi mafia nya, aku jadi detektif yang nantinya nangkap dia." Ujar Sherina.

Love To Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang