Sadam masih berbaring di kamar yang biasa di huni oleh Aryo di apartemen Sherina itu. Semalam tidurnya tak nyenyak, entah kenapa di kepalanya ucapan dari ayah Sherina tentang hubungan anak tunggalnya itu terus terngiang belum lagi ketika ia melihat bagaimana Sherina terdengar 'mengemis' maaf pada laki-laki yang berstatus pacarnya itu, jelas itu bukan Sherina yang Sadam kenali dulu. Melirik jam dinding, Sadam kemudian bangkit dari posisi nyamannya, bersiap menyambut orang tua dari sahabatnya yang hari ini akan datang untuk melihat kondisi anak tunggal mereka itu. Selain dua orang tua Sherina yang akan berkunjung, tentu Sadam tak lupa jika ia meminta mas Rafi dan mbak Mela untuk juga datang ke apartemen Sherina hari ini dengan tujuan men-develope cerita untuk film yang akan mereka bintangi.
Sadam mengedarkan pandangannya ke seluru penjuru ruangan, tampaknya Sherina belum keluar dari kamarnya. Masih tidurkah? Sadam beralih membuka tirai yang menutupi dinding kaca, membiarkan cahaya matahari yang masih redup terhalang polusi itu masuk ke dalam ruangan. Setelahnya ia bergerak mendekati lemari penyimpanan di dapur milik Sherina, rupanya gadis itu kini juga suka meminum kopi atau mungkin itu kopi milik Bagas? Tak lagi peduli, Sadam menuangkan bubuk berwarna hitam itu ke dalam cangkir lalu menyiramnya dengan air panas dari dispenser. Di saat yang sama, Sherina keluar dari kamarnya berjalan pelan, tertatih.
"Tolong dong, ibu sama ayah udah di bawah tuh.." Ujarnya saat mendapati Sadam ternyata sudah lebih dulu bangun dari pada dirinya. Sherina mengangkat akses card di tangannya saat Sadam mendekatinya.
"Gimana kakinya?"
Sherina sejenak terpaku melihat Sadam dengan muka bantal, tshirt dan celana pendek yang dikenakannya, pemandangan yang baru Sherina lihat lagi setelah sekian lama ia menghindari manusia itu. "Masih ngilu, udah sana itu ayah ibu udah nunggu!"
Sadam dengan segera beranjak, sedikit merapikan rambutnya sebelum ia keluar dari ruangan itu. Keluar dari lift dengan segera Sadam menghampiri kedua orang tua Sherina yang sudah menunggunya. "Om, Tante, udah dari tadi?" Sadam menyalami kedua orangtua itu, lalu mengambil alih barang-barang yang di bawa bu Darmawan.
"Enggak kok Dam, baru aja sampai ini.." jawab Bu Darmawan.
"Gimana Sherina Dam?" Kali ini pak Darmawan yang bertanya saat mereka memasuki lift.
"Tadi sih bilang kakinya masih ngilu.."
"Bukan, itu yang ribut semalam.." Pak Darmawan memainkan kruk yang di bawanya untuk Sherina.
"Oh.. yang itu sih Sadam gak tahu om.." Sadam mencari jawaban aman. "Semalam Sherina masuk kamar terus ya udah.. Sadam gak tahu lagi.." bohongnya.
"Coba tuh bu, anaknya di kasih tahu lagi.. Siapa tahu kalau ibu yang ngomongin anaknya bisa paham.. Susah banget di kasih tahu.." Ujar pak Darmawan.
"Ayah nih, kayak gak tahu anaknya gimana aja.."
"Justru karena ayah tahu dia kayak gimana.. sebelum terlalu jauh.."
Pintu lift terbuka, pak Darmawan dengan segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam unit apartemen milik anaknya itu. Sherina yang tengah memainkan ponselnya langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu, menatap heran ketika ayahnya menggunakan kruk di bawah lengan kirinya.
"Loh? Ayah kenapa?"
"Cedera.." ucap pak Darmawan berjalan tertatih, bu Darmawan yang berdiri di belakangnya menggelengkan kepala heran. Sedangkan Sadam langsung menuju ke meja makan menaruh kotak berisi makanan yang di bawa bu Darmawan di sana. "Enggaaak, ini buat kamu pakai.." sambung pak Darmawan kemudian sebelum ia mengambil tempat di sebelah putrinya.
"Sarapan dulu Sher, ibu bawain makanan nih.." Bu Darmawan mengambil beberapa piring untuk ia letakkan di meja makan. "Nyari apa Dam?" tanya bu Darmawan saat melihat Sadam seperti tengah mencari sesuatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Hate You
Teen FictionAku suka membencimu dan aku benci mencintaimu! Aku ingin tinggal tapi juga ingin melarikan diri! Dan yang tak ku mengerti mengapa aku terus kembali? Aku memang suka dengan apa yang kita miliki. Tapi lagi, aku suka membencimu dan aku benci mencintaim...