Perih

739 78 12
                                    

HAPPY READINGʕ •ₒ• ʔ



Theo keluar dari kamar Bara saat melihat anaknya yang hanya diam di dekapan sang istri.

"Yah" panggil Juan yang berusaha mengejar Theo

"Ayah, tunggu!"

Theo berbalik menghadap anak sulungnya

"Ayah gak seharusnya tampar Bara yah" bagaimanapun Juan adalah seorang abang, mana tega liat adiknya di tampar ayah sendiri.

"Dia udah kurang ajar!"

"Bara masih dibawah umur, pikirannya masih labil. Aku gak suka ayah sakitin adik aku!" ya walaupun selama ini dirinya hampir sering kelepasan juga, tapi Juan masih bisa mengontrol emosinya. Teringat perkataan sang grandpa yang pernah menasehati untuk selalu menjaga Bara, bukan menyakiti.

Theo mengusap wajahnya dengan kasar "Sekarang kamu mandi, abis itu turun makan malam. Bahas ini lagi nanti."

"Nggak, aku mau ayah minta maaf sama Bara!"

"Kamu udah berani gak dengerin ayah, dan ngebela adik kamu yang salah itu. Iya, Juan?!"

"Yah-"

"Mandi, abis itu makan! Ayah gak mau denger apa-apa lagi dari kamu." Theo masuk ke dalam lift untuk turun ke Bawah

"Ayah!" teriak Juan memanggil Theo

Di dalam kamar Bara, Angel masih setia mengelus punggung putranya

"Maafin perlakuan ayah ya sayang, ayah pasti cuma lagi emosi aja. Kalo adek berpikir adek bukan anak ayah itu salah, karena bunda sama ayah yang udah besarin kamu, kamu penantian ayah sama bunda selama 9 bulan. Sama seperti abang, kalian anak bunda sama ayah."

Angel melepas pelukannya lalu menatap Bara yang terlihat masih ketakutan itu, Bara memang paling gak bisa dikerasin.

"Ada yang mau bunda bicarain lagi? Mending bunda tinggalin aku sekarang."

"Bara, bunda gak suka ya kalo kamu lebih sering menyendiri kalo lagi ada masalah. Bunda gak mau kalo kamu melamun, dan mikirin hal-hal yang gak penting kaya tadi."

"Aku beneran gapapa bun, Bunda lebih baik turun. Pasti ayah nunggu buat makan malam."

"Turun sama adek ya? Bunda gak mau ninggalin Bara"

Bara menggeleng "Bara makan di kamar aja, gapapa sendiri. Nanti suruh bibi bawain aja makan malamnya."

"Ya udah bunda makan di sini aja bareng kamu ya, bunda ke bawah dulu buat ambil makanannya."

"Nggak, ayah pasti gak ngizinin bunda makan bareng aku di sini. Aku gak mau ayah marah lagi."

Angel membuang napas dengan kasar, kenapa masalahnya jadi seperti ini.

"Ayah gak bakal marah, nak. Ayo sama bunda ya"

Bara tetap menggeleng, ia sangat takut jika Theo akan kembali marah saat melihat wajahnya di meja makan. Sekarang yang Bara pikirkan adalah rasa 'benci' Theo pasti sekarang membenci anak sepertinya.

"Ya udah, Bara makan di sini. Bunda ke bawah ya, jangan mikir yang aneh-aneh."

Bara mengangguk, setelah Angel keluar Bara berdiri. Niatnya menuju kamar mandi untuk membasuh muka.

Bara Alfarel SaputraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang