Chapter 4

1.1K 130 7
                                    

Dilihat Ji Won bahwa Soo Hyun masih tersenyum, "aku juga senang kita bisa bicara", jawabnya bukan hanya untuk membuat Ji Won senang.

"Daripada mengajakku bersekutu dalam kejahatan, mengapa kau tidak menawarkan pertemanan?" Tanya Soo Hyun dengan serius. Mengejutkan Ji Won mendengar seseorang ingin berteman dengannya setelah semua orang enggan menjadi temannya dengan sikap itu.

Ji Won terdiam, melihat Soo Hyun yang justru merasa salah bicara.

"Apakah aneh jika seseorang berteman dengan istri dari adiknya?" Tanya Soo Hyun polos, "apakah itu akan dianggap orang sebagai perilaku kurang bermoral?"

Seketika Ji Won berdecak, memulai segera pertemanan mereka itu dengan tangannya yang menepuk lengan Soo Hyun.

"Kau bisa berteman dengan siapa saja, idiot. Moral mana yang melarangmu berteman. Sialan!!" Tukasnya tanpa filter yang lantas memberikan sinyal kepada Soo Hyun, bahwa dia menerima tawaran itu.

Menjadi teman lebih baik, daripada sekutu dalam kejahatan. Karena menjadi jahat bukanlah tipe Soo Hyun.

"Baiklah...."

Soo Hyun mulai membuka kunci mobil, "teman!" Ujarnya dengan mempertegas dengan nada menggelikan, "waktunya turun, besok kau punya suami yang harus kau jauhkan dari isu mantan kekasih", lanjutnya mengolok Ji Won, kemudian mendahului untuk turun dari mobil.

Sambil terkekeh geli, Ji Won mengikuti jejaknya turun dari mobil. Kemudian menatap punggung Soo Hyun yang berjalan mendahuluinya.

Ji Won harus jujur, dia belum pernah punya teman seumur hidupnya. Jika ini serius, maka Soo Hyun adalah teman pertamanya.

Lalu keduanya berjalan santai melewati pekarangan rumah itu untuk sampai di pintu utama, dan sudah waktunya untuk benar-benar menyudahi pembicaraan mereka yang tidak berkesudahan hari ini.

Belum sampai pada tujuan, keduanya secara tiba-tiba menghentikan langkah kaki setelah mendengar suara pertengkaran yang dipaksa meredakan suara oleh dua orang di sisi pintu. Mereka berdebat akan sesuatu dengan bisikan, juga air mata dari keduanya.

"Ini yang kau mau? Melihatku hidup seperti ini?" Sebuah desahan putus asa terlepas, dan entah apa saja yang sudah mereka ributkan dari beberapa waktu lalu sebelum Ji Won dan Soo Hyun tiba.

"Kata seseorang yang menghamili wanita lain", jawaban yang lain kembali terdengar.

Suara Im Yoona kepada Junho yang segera mengkonfirmasi dugaan Ji Won, bahwa mereka berdua belum selesai. Dan seharusnya Soo Hyun tahu itu.

"Aku tidak tahu bagaimana kami bisa melakukan itu, dan..."

"Oh ayolah, apakah kau sungguh akan mengelak dan membuatnya terdengar memaksamu?" Timpal Yoona menolak percaya bahwa Junho masih ingin mengingkari apa yang dilakukannya dengan Ji Won sesuatu yang ia inginkan.

"Dan sebenarnya, itu bukan urusanku lagi. Kau bisa tidur dengan siapapun, dan lihat kau sekarang menjadi suaminya"

Mendengar itu, Junho semakin putus asa untuk menjelaskan. Bahwa dia tak menginginkan itu.

"Dulu aku seharusnya tahu, bahwa kau tidak akan pernah bisa lepas dari Ji Won"

Yoona berusaha membuka pintu, ingin meninggalkan Junho yang justru menariknya keras dan memaksa memeluk wanita itu.

"Bukan berarti itu yang ku inginkan", tukas Junho jujur, dan terus menahan tangan Yoona yang memberontak.

"Dulu, aku pernah meninggalkannya untuk bisa bersamamu. Mengapa kau tidak bisa melakukan hal yang sama untukku?"

Oh astaga....

Usaha Yoona untuk melepaskan diri juga dihentikan wanita itu. Jauh di dalam dirinya, ia juga sangat merindukan ini. Satu pelukan dari Junho yang sudah sangat lama tidak ia rasakan.

Devil in a DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang