-Devil in a Dress-
"Hai..." sapa Ji Won dengan kegugupan yang menderu napasnya berat.
Soo Hyun yang masih diam mulai menatapnya heran, "Ji Won?" Tukas pria itu kebingungan, "hai..." lanjut pria itu lagi membalas sapaan Ji Won sesopan mungkin. Sekalipun sedikit merasa aneh melihat Ji Won mengetuk pintu kamarnya entah untuk keperluan apa, dimana siapapun bisa salah paham melihat mereka.
Sambil mengepal tangannya keras, Ji Won meyakinkan dirinya. Kemudian mencoba tenang untuk menyampaikan tujuannya yang tidak main-main ini.
"Mau pergi bersamaku?"
Sambil terkekeh, Soo Hyun menarik pintu kamar untuk tertutup, "ku harap bukan ke neraka, Ji Won", balas pria itu.
Soo Hyun mengarahkan Ji Won untuk mengikutinya menuruni anak tangga, namun Ji Won enggan setuju membicarakan itu selain di tempat mereka berdiri.
"Aku serius", jawab Ji Won sambil menggeleng arahan Soo Hyun turun.
"Tentu saja, tapi aku perlu menghabiskan kopiku sebelum kita pergi", tunjuk Soo Hyun pada gelas keramik di atas meja ruang menonton yang nampak dari lantai 2.
"Maksudku pergi dari semua omong kosong ini", tukas Ji Won memperjelas.
Mendengar itu, Soo Hyun mulai mengerutkan kening penuh tanya. Bingung dengan maksudnya dengan kalimat itu.
"Dari pernikahan tanpa rumah, dari kesedihan dan sepi yang tak berkesudahan ini, dan dari mereka", ujar Ji Won yang mulai merubah raut wajah Soo Hyun menjadi lebih tak percaya. Mencengangkannya pada kemampuan imajinasi Ji Won yang gila-gilaan.
"What do you mean?"
Ji Won membuang napas, menatap Soo Hyun dengan yakin kemudian tersenyum.
"Aku, kau dan kita akan memulai hidup yang baru. Dimana hanya kita di dalamnya. Hanya tawa, bahagia dan tanpa orang-orang menyedihkan ini", jawab Ji Won bahkan disaat Soo Hyun tertegun dengan ajakan pergi yang bermaksud meninggalkan kehidupan mereka yang sekarang.
"Kita bisa pergi ke kota kecil", lanjut Ji Won mulai meraih tangan Soo Hyun, "tidak akan ada orang yang mengenal kita"
Wanita itu membiarkan Soo Hyun terkejut akan keberaniannya menyentuh tangan Soo Hyun di dalam rumah yang mana dinding juga bisa bicara, dan cctv dimana-mana.
"Kau benci kota kecil," jawab Soo Hyun melepaskan pelan tangan Ji Won sambil menilik kiri kanan, "dan mengatakan itu terlalu kecil", lanjutnya saat benar-benar selangkah menjauh dari Ji Won yang sempat menatap aneh dengan reaksi tidak senang itu.
"Setidaknya itu lebih luas dari peti mati", balas Ji Won mengisyaratkan hidupnya dan Soo Hyun sekarang hanya menunggu mati disiksa oleh keadaan kesedihan mereka.
Soo Hyun merasakan kecewanya menjadi sesuatu yang ia lepaskan dalam bentuk helaan napas.
"Aku pikir kita teman, Ji Won"