Chapter 8

1.4K 144 12
                                        

-Devil in a Dress-

Pada pagi yang berusaha membawa kembali kedamaian di dalam Keluarga Kim, dan kehangatan dari seberkas sinar mentari itu masih mengalir, sekalipun tidak sepenuhnya bahagia setelah masuknya para pendatang baru di dalamnya.

Seperti biasa, ruang makan selalu menjadi saksi bagi seluruh kesempatan yang keluarga itu miliki. Atas waktu yang mereka gunakan untuk tetap bisa berkualitas satu sama lain di antara kesibukan pekerjaan yang terus mendesak mereka semua untuk tidak di rumah.

Namun sarapan pagi seperti ini, dan setiap harinya adalah momen harus bersama. Tidak akan mereka lewatkan sama sekali jika masih ingin merasakan kehangatan keluarga di dalam rumah mereka.

Kecuali Ji Won, yang memang sangat sulit menyatu dengan keluarga itu. Suatu alasan mengapa ia juga enggan untuk ikut serta di meja makan setiap paginya, ketika ia merasa bahwa kehadirannya tidak pernah benar-benar diharapkan.

Ji Won masih mencintai dirinya. Ia tak akan menjebak diri pada situasi menyedihkan dengan ikut serta. Lebih baik baginya menghindar, sekalipun menjadi penilaian buruk terhadapnya. Ji Won bahkan tidak lagi perduli tentang itu.

Di sanalah mereka, duduk berhadap-hadapan dengan percakapan ringan antar mereka satu persatu. Bagaimana pekerjaan mereka dan bagaimana hidup mereka belakangan.

Namun jelas situasi itu tidak selamanya bekerja untuk Junho yang memang belakangan menjadi lebih banyak diam. Setidaknya setiap kali ada Soo Hyun dan Yoona bersamaan di hadapannya.

Namun tetap ia usahakan untuk selalu ikut serta, menahan semua lukanya melihat pasangan itu, dan berusaha berdamai dengan itu.

Ya, dia mencintai keluarganya. Dia tak mau perasaan cintanya kepada Yoona membuatnya jauh dari keluarganya.

Percakapan-percakapan di sana mulai berubah menjadi pembahasan yang serius di saat Tuan dan Nyonya Kim saling memberi kode bahwa sudah saatnya mereka mengatakan apa yang belakangan ini mereka sering bahas dan bicarakan.

Sebelum mereka kehilangan momen seperti ini, dimana semua anggota keluarga mereka ada, maka mereka putuskan untuk menyampaikannya. Sebelum Junho yang mereka ketahui dalam proses perencanaan perjalaan bisnis ke London mulai esok hari dan untuk 2 minggu ke depan.

Untuk menarik seluruh perhatian orang, Tuan Kim lebih dulu berdehem. Menatap seluruh mereka di sana yang sudah lengkap dengan pakaian kerja, dan harus segera di katakan sebelum mereka kehabisan waktu.

"Sebenarnya ada hal dan permintaan penting yang ingin kami sampaikan"

Lalu Tuan Kim menatap ke arah Soo Hyun dan Yoona secara bergantian. Menyadari juga bahwa belakangan ini pasangan itu menjadi terlihat lebih dekat dan nyaman satu sama lain, dan bahkan sudah seperti pasangan suami istri pada umumnya.

"Soo Hyun, mungkin kalian sudah harus mulai memikirkan tentang memiliki anak"

Tuan Kim menyampaikan maksudnya, mengejutkan semua orang di sana dengan permintaan mereka yang mendadak itu.

"What?" "Memiliki anak?" "Anak?"

Di detik yang sama semua tatapan tertuju kepada Tuan Kim. Mengejutkan pria itu pada sebuah permintaan yang seharusnya sudah mereka duga cepat atau lambat akan diminta kedua orangtua mereka.

"Jangan berikan reaksi itu...", protes Nyonya Kim, "seolah kalian tidak punya rencana untuk punya anak", lanjutnya kepada Soo Hyun yang menatap kepada Yoona. Ingin menarik tatapan wanita itu, agar mereka bisa memberikan jawaban yang tepat secara bersamaan.

"Kami harus membahasnya lebih dulu, Eomma", jawab Soo Hyun tidak mau mengambil keputusan sepihak seperti yang pernah ia katakan kepada Ji Won.

"Kami tidak bisa mengambil keputusan begitu saja, karena keputusan soal anak itu urusan yang.....", ucapan Soo Hyun di taIm Yoona seketika dengan menahan tangannya. Mendiamkan pria itu kemudian menatap pada Yoona atas sesuatu yang ingin dijawabnya.

Devil in a DressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang