Bab 6. Di Serempet Putra Mahkota

6.4K 423 11
                                    

Happy Reading!!

janlup vote dan komen ya!!

Rhea dan Serena bersorak kegirangan karena berhasil keluar dari mansion Baron Fredrin. Masalah kabur-kaburan Rhea jagonya, semasa sekolah dulu ia selalu pulang lebih awal dan berakhir kena omel ibunya.

"Kita akan pergi ke pasar naik apa?" tanya Serena.

"Entahlah, aku juga tidak tahu." Jika saja ini dunia modern, Rhea pasti akan memesan taxi online.

"Bagaimana jika kita berjalan kaki saja," ujar Serena.

Rhea menatap Serena datar. Ide Serena adalah ide yang sangat buruk. Apa katanya, berjalan kaki? Rhea tidak ingin kaki mulusnya ini kapalan, huhuhu nanti ia tidak laku lagi.

"Ya sudahlah tiada pilihan lain lagi bukan?" Mungkin untuk saat ini Rhea akan mengalah, daripada dirinya tidak jadi menikmati aneka kuliner yang ada di pasar.

Akhirnya Serena dan Rhea berjalan kaki menuju pasar. Setengah jam berlalu, mereka tak kunjung sampai pada tujuan. Kaki Rhea seperti sudah mati rasa, apalagi dengan gaun yang sangat berat ini.

Rhea jadi teringat dengan novel genre transmigrasi yang ia baca, pasti tokoh utamanya akan mempunyai bakat yang dapat mengubah alur. Seperti, bakat sebagai desainer, berbisnis, atau bahkan bela diri, sedangkan Rhea? Ah sudahlah tak perlu ditanya lagi, bakatnya adalah menghabiskan uang dan menjadi beban keluarga.

"Aku sudah tidak kuat, Serena," ujar Rhea, karena terlampau lemas tubuh Rhea sampai limbung ke tanah. Untung saja disini banyak pepohonan, semilir angin membuat tubuh Rhea menjadi lebih segar.

"Bangun Rhea, sebentar lagi kita akan sampai." Entah sudah ke berapa kali Serena berkata seperti itu, tapi apa? Mereka tak kunjung sampai ke pasar.

Rhea menjadi menyesal menerima ajakan Serena. Ia menyesal meninggalkan Arthur di hutan. Ia menyesal tidak menuruti perkataan neneknya, neneknya berpesan agar jangan pergi ke garasi tua itu. Sepertinya hidup Rhea penuh dengan penyesalan.

Rhea dibantu berdiri oleh Serena. Ia memilih melanjutkan perjalanan, disini adalah wilayah hutan, ia takut akan diterkam serigala. Jika Rhea sampai mati bagaimana? Bagus jika ia kembali ke dunia modern, kalau langsung masuk ke alam baka bagaimana? Dosa-dosa Rhea masih banyak, ia tidak mau masuk neraka.

5 menit perjalanan, suara khalayak ramai terdengar. Rhea yang awalnya berjalan menunduk kemudian mengarahkan pandangannya ke depan. Rhea dan Serena terpekik senang, akhirnya setelah menempuh 35 menit lebih perjalanan mereka sampai pada tujuan.

Wajah lesu dan lelah milik Rhea langsung berubah sumringah. Rhea menarik tangan Serena lalu berlari menghampiri pada pedagang makanan.

5 menit, 10 menit, 30 menit, 2 jam sudah berlalu, mereka tidak menyadari bahwa hari sudah semakin siang. Serena dan Rhea duduk di sebuah bangku, mereka mengelus perut mereka yang kekenyangan. Bahkan tanpa tahu malunya, Rhea bersendawa di depan Serena. Serena dan Rhea saling bertatapan,

1 detik,
2 detik,
3 detik,

Seketika tawa mereka pecah. Ternyata sangat menyenangkan ya, jika mempunyai saudari perempuan.

"Apakah kita akan pulang berjalan kaki lagi?" tanya Rhea.

"Tentu saja," balas Serena dengan santai. CK CK CK gadis ini selalu saja terlampau santai, tanpa mengetahui bahwa mungkin ada bahaya yang bisa mengancam nyawanya.

"Hari sudah semakin siang, Serena. Lebih baik kita pulang sekarang," ajak Rhea.

"Baiklah." Baru saja berjalan beberapa langkah, mereka sudah dikejutkan dengan kereta kuda yang hampir menyerempet badan Serena, untung saja Rhea lebih dulu menarik tubuh Serena.

Dengan wajah garang serta berkacak pinggang, Rhea menghampiri kereta kuda yang hampir menyerempet saudari tirinya. Rhea mengetuk pintu kereta kuda itu, seorang pria turun dari kereta kuda itu.

'Tampan!' batin Rhea terpesona sebentar lalu menormalkan ekspresi wajahnya.

"Tuan yang terhormat, bisakah anda tegur kusir anda yang tidak lihai mengendali kuda dengan benar?! Kereta kuda anda hampir menyerempet saudari saya," ujar Rhea panjang lebar disertai dengan wajah sinis.

Pria itu menghela napas pelan. "Hanya hampir 'kan? bahkan saudarimu tidak ada kelecetan sedikit pun," balas pria didepan Rhea.

Rhea mendelik tak terima, ternyata makhluk menyebalkan di dunia ini tidak hanya Arthur saja.

"APA KATAMU?!! Telat 3 detik saya tidak menarik saudari saya, mungkin ia akan tertabrak kereta anda."

"Lady-" sebelum pria didepan Rhea menyelesaikan ucapannya, sebuah suara lembut lebih dulu memotongnya. "Ada apa yang mulia?"

Rhea tertegun sejenak, ia menatap lamat-lamat wanita di depannya. Netra abu-abu hanya dimiliki oleh Evelyn, sang tokoh utama. Wanita didepannya juga memiliki netra abu-abu.

Rhea menutup mulutnya, ia sangat shock.

"Maafkan kusir kami, Lady, kami memang baru saja memperkerjakannya sebagai kusir kami," ujar Evelyn sembari tersenyum lembut. "Kami sedang buru-buru, jadi saya pergi dulu Lady," lanjutnya.

Wajar saja jika Arthur menyukai Evelyn, lihatlah senyumannya yang lembut itu. Evelyn sangat manis!

"Ayo Rhea, aku baik-baik saja kok," ucap Serena berusaha meyakinkan Rhea bahwa dirinya baik-baik saja. Rhea hanya mengangguk.

"Rhea, apakah kau tahu? Pria tadi adalah putra mahkota Gaspard."

"APA?!!"

Di sisi lain, seorang pria yang baru saja hampir menabrak Serena baru tersadar. Perempuan yang tadi mengomel adalah seseorang yang selalu mengejar-ngejar dirinya seperti orang gila. Ya! Pria itu adalah Gaspard de Bourbon dan istrinya Evelyn.

Gaspard kembali teringat, bukankah Duchess Bianca sudah meninggal karena diterkam serigala?

Bersambung...

6 Mei 2024

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang