I Choose

119 17 1
                                    

Macau tersenyum saat dirinya membuka mata di pagi hari dan merasakan sebuah tubuh berada dalam pelukannya, tubuh ramping polos tanpa sehelai benang itu mulai bergerak mencari kehangatan dari tubuh lain.

" Sayang ayo bangun, apa aku terlalu kasar semalam..heemm?" suara Macau  berbisik di telinga Noeul

" Baru sekarang kau bertanya? heehh... Tubuhku rasanya remuk, aku malas bangun tapi tubuhku lengket." Noeul berujar manja yang langsung dimengerti Macau

" Ok ok, Aku akan memandikanmu ratuku.." Macau menggendong Noeul menuju kamar mandi, dan jangan salahkan Macau jika reaksi di pagi hari membuat seluruh staminanya bertambah, niat awalnya yang hanya mandi kini bertambah dengan desahan nikmat dari kedua insan itu




" Aoo sayang.. Tunggu aku, aku tau aku salah.. Ayolah maafkan na," Macau mencoba mengikis jarak dengan Noeul yang tengah merajuk dan meninggalkannya berjalan di belakang saat mereka sampai di mansion utama

" Kalian bertengkar?" tanya Tong yang melihat Macau mengejar kekasihnya yang memasang wajah cemberut

" Tidak/Iya" jawab Macau juga Noeul bersamaan

" Ihhh.. yang mana yang benar?" Tong menatap bingung keduanya

" Sudah.. sudah.. sini Noeul, tadi Pete membuat cake.." Noeul mendekat kearah Apo yang memintanya duduk disebelahnya juga Pete

" Enak kan?" tanya Apo lagi

" Enak phi.." Noeul tersenyum memasukkan potongan cake dari Apo

" Ehm.. Noeul bisa kita bicara sebentar tidak?" Pete bersuara disebelah Noeul

" Tentu phi."Noeul berjalan mengikuti langkah Pete yang menuntunnya menuju rumah kaca yang memang ada di dalam mansion utama


" Rain.." panggil Pete lirih

" Noeul tuan.. Namaku Noeul bukan Rain." Noeul menjawab tanpa melihat wajah Pete yang menatapnya sendu

" Apa kabarmu sayang? Maafkan bubu, saat itu bubu tak bisa berbuat apapun untukmu." sesal Pete yang memang dirinya hanya bisa menyaksikan sang menantu dulu menjadi korban keegoisan suaminya

" Apa hanya ini yang ingin anda bicarakan? Ya, kabarku baik.. Aku justru bersyukur karena setelah kalian membuangku seperti sampah dulu, aku menemukan keluargaku yang asli." Noeul berkata dengan nada datar

" Jika hanya ini yang ingin anda ketahui, saya sudah menjawabnya. Saya permisi.." Noeul melangkah menjauh, namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Pete berikutnya

" Phayu masih mencintaimu Rain.. Setelah kamu pergi, hidup Phayu seperti hilang. Phayu sering mabuk, marah bahkan menangis setiap malam.." Noeul berbalik menatap Pete yang juga menatapnya dengan wajah sendu dan air mata

" Saat mengetahui ternyata semua hanya keegoisan Vegas, Phayu bahkan mengamuk, Aku tahu bahwa Vegas bersalah Rain.. Tapi bukankah Phayu berhak mendapat kesempatan? Dirinya juga korban dari semua keegoisan kami sebagai orangtua." Pete menggenggam tangan Rain

" Aku tak bisa.. Aku tak bisa menyakiti seseorang yang mencintaiku begitu tulus, aku dan putramu hanya masa lalu. Biarkan semua memang hanyalah kenangan yang pahit, Saya mohon jangan mengatakan apapun pada phi Macau.. Biar aku sendiri yang mengatakannya." Noeul melepas genggaman tangan Pete dan berjalan meninggalkan Pete yang menangisi kesalahannya juga suaminya dulu hingga membuat rumah tangga putranya hancur

Phayu menatap kepergian Noeul meninggalkan bubunya dan berjalan ke rumah belakang, sebenarnya saat dirinya baru sampai tadi dia melihat kepergian bubunya juga Noeul. Mendengar ucapan Noeul sungguh membuat dadanya terasa sesak, tak bisakah Noeul memberinya kesempatan untuk kembali merajut kisah bersama?

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang