Finally

157 21 1
                                    

" Phi..." lirih Noeul memanggil tubuh yang hanya diam tanpa ingin menyahut panggilannya

Tangannya terulur menyentuh wajah yang selama ini dirindukannya, wajah tampan yang dulu mengisi penuh harinya juga hatinya itu kini nampak pucat dan lebih tirus. Tak ada senyum terpancar ataupun sorot mata tajam yang juga selalu menatap teduh dirinya.

Tanpa diminta air matanya jatuh begitu saja, dadanya terasa sesak melihat semua ini.

" Kenapa phi..? Bangun Phi, jangan membuatku semakin berat meninggalkanmu. Jangan membuatku menoleh kembali padamu, bangun dan temukan kebahagiaanmu phi. Aku tak ingin berharap lagi padamu phi, aku tak ingin terluka lagi phi. Bangun!! hiks.. hiks.. hiks.."

" Aku.. aku masih mencintaimu phi, bahkan tak ada hari tanpa aku mengharap kehadiranmu. Aku selalu berharap perpisahan kita hanyalah mimpi buruk yang akan hilang jika aku terbangun, tapi.. tapi seolah aku tersadar bahwa yang aku kira itu mimpi adalah kenyataan begitu pula sebaliknya." Noeul menjeda kalimatnya karena sesak yang semakin membuat isak tangisnya terdengar memilukan

" Tak bisakah kau lepaskan aku phi.. aku harus kembali pada phi Macau phi, Aku tau mungkin aku egois.. aku tak ingin melihatmu seperti ini phi, tapi aku juga tak ingin melihat phi Macau terluka. hiks.. hiks.. hiks.. bangun phi, tak bisakah kau lihat bubu juga daddy menangisimu.."Noeul terus saja berucap sambil menangis

Entah keberanian darimana, Noeul mendekatkan wajahnya kearah Phayu, memandang lekat wajah Phayu yang masih terpejam, menatapnya dengan perasaan yang tak menentu.

" Maafkan aku phi, ijinkan aku egois sekali saja karena setelah ini aku akan kembali pada phi Macau.. Kau harus bangun phi, aku selalu mencintaimu phi bahkan sampai sesak rasanya memikirkanmu bahwa kita tak bisa bersama, selalu ada ruang dihatiku untukmu phi.. tapi aku selalu takut kau menyakitiku phi, maafkan aku.. cup, cup, cup, cup.." Noeul mengecup kening, bibir, mata, juga pipi Phayu sebelum menjauhkan wajahnya dan beranjak pergi dari ruangan itu, hingga..

" Mau kemana kau? Aku tak akan mengijinkanmu melepaskan tanganku kembali Rain.." tangan Noeul ditahan, suara serak lirih yang terdengar di telinganya membuat tubuhnya kembali berbalik menatap tak percaya pada penglihatannya

" Kau sudah bangun phi, sebentar akan ku panggilkan dokter.." Noeul ingin segera keluar tapi tangannya kembali dicekal oleh Phayu

" Tak akan kubiarkan kau berlari kembali Rain.. Tak bisakah kau lihat kalau cintaku masih milikmu? Kalau kau tak bisa menjadi milikku, lebih baik aku mati saja.." ucap Phayu tegas membuat perasaan lega yang tadi sempat dirasakan Noeul kembali pias

" Phi.. jangan seperti ini, aku harus memanggil dokter untuk memeriksamu segera. Dan jangan katakan hal seperti itu, bubu pasti akan sedih kalau mendengarnya." Noeul masih mencoba membujuk Phayu agar melepaskan tangannya

" Berjanjilah Rain.. Berjanjilah kau tak akan lagi lari dariku.." Phayu memaksakan kehendaknya yang membuat Noeul bingung harus menjawab apa

" Ya, Noeulku tak akan melarikan diri darimu." suara itu, suara Macau dari balik tirai di belakang Noeul

Tubuh Noeul menegang, sejak kapan Macau ada disana, apakah dia mendengar semuanya, dan apa maksudnya menjanjikan hal yang bahkan dia bingung harus menjawab apa..

" Phi..." Noeul melepas paksa cekalan Phayu dengan sekuat tenaga dan berjalan menghampiri Macau

" Aku yang akan menepati janji itu, aku yang akan membuatnya tak meninggalkanmu.." ucap Macau melihat kearah Phayu juga Noeul bergantian

" Phi..." Noeul menatap sang kekasih yang berbalik menatapnya, Noeul bisa melihat Macau sudah membuat keputusannya sepihak tanpa bertanya pendapat Noeul

" Aku akan memanggil dokter dan juga keluargamu phi.. Maaf ada yang harus aku lakukan, aku pergi dulu.." Noeul menarik tangan Macau keluar, sebelumnya dia mengatakan pada Pete juga Vegas bahwa Phayu sudah sadar

Kabar baik itu tentu saja disambut gembira semua orang, semua merasa lega akhirnya Phayu mau membuka kembali matanya. Kekuatan cinta memang bisa menggerakkan hati dan tubuh yang hampir putus asa, tapi dibalik suasana kegembiraan ada hati yang tengah bertahan menahan luka didada.

Macau mengikuti langkah Noeul yang menyeret tubuhnya masuk kedalam mobil dan mengemudikannya menuju kerumah Noeul.

" Apa maksudmu phi?" Noeul menatap sang kekasih dengan banyak pertanyaan di dalam kepalanya

" Kembalilah pada Phayu.." ucap Macau tertahan

" Apa maksud semua ini phi.." Noeul masih tak bisa mencerna maksud kekasihnya, kenapa dia harus kembali pada Phayu

" Aku mendengar semuanya Eul.. Aku sadar cintamu bukanlah untukku, aku tak akan mungkin mendapat cinta itu. Kita sudahi saja hubungan kita dan kembalilah pada Phayu." Air mata Macau menetes saat dirinya mengatakan untuk mengakhiri hubungan yang sudah dia perjuangkan selama hampir dua tahun ini

" A-apa.." Noeul bahkan tak sanggup berucap, dirinya terlalu syok mendengar Macau mengakhiri hubungan mereka

" Phayu juga bagian dari hidupku Eul, Kau bagian dari hidup dan hatiku, tapi.. melihatnya yang memilih mati daripada melihatmu bersamaku, membuatku tak sanggup Eul.. Aku ingin egois, tapi kelebat bayangan waktu yang kita habiskan untuk tumbuh bersama terus membayangiku.. Kembalilah Eul, biar aku yang pergi." Tangis itu tak lagi terbendung, Noeul juga ikut menangis bahkan diluar sana hujan juga ikut turun, mungkin langit merasakan kepedihan yang mereka rasakan

" Phi.. tapi aku," Macau menghentikan ucapan Noeul yang pasti ingin meyakinkannya bahwa dia bisa mencintainya

" Terima kasih untuk beberapa bulan terakhir kita bersama sebagai kekasih.. Terima kasih untuk waktu satu tahun aku mengejarmu yang terasa indah di hidupku, Aku benar-benar mencintaimu Noeul Varain Nuttarat.." Macau mencium lembut bibir Rain, menyalurkan perasaan cinta yang nanti harus berakhir secepat bibir mereka terpisah

" Bolehkah aku memilikimu untuk terakhir kalinya sayang sebelum aku harus pergi.. bolehkah aku egois sekali saja?" tanya Macau yang entah bagaimana dirinya bisa dengan gilanya meminta hal itu, dan dibalas anggukan Noeul

" Miliki aku phi.." Noeul kembali melumat bibir Macau, tubuh dan pikirannya sedang kacau

Baik Noeul atau Macau tak ada yang mengalah, mereka saling menuntut untuk memiliki satu sama lain. Mereka akan egois untuk kali ini saja, disetiap sentuhan Macau selalu mengucapkan kata cinta untuk Noeul yang dibalas tangis disela desahan Noeul.

" Phi.. tak bisakah kau memelukku lebih erat," pinta Noeul disela sesi bercinta mereka dan Macau akan menurutinya,memeluk erat tubuh noeul dan mengecup setiap jengkal tubuhnya

" Berjanjilah kau akan bahagia bersamanya Eul.. Sebab aku tak akan sanggup melihatmu menderita karena aku sudah merelakanmu untuknya." Macau mengecup kembali mata Noeul setelah mereka selesai

" Aku tak bisa berjanji phi.. karena aku tak tahu masa depan, tapi aku berjanji di kehidupan selanjutnya aku akan menjadi milikmu seutuhnya. hiks hiks hiks.." tangis Noeul memeluk tubuh Macau, mereka berpelukan cukup lama sebelum akhirnya Macau melepaskan pelukan itu

" Aku mencintaimu, ingat selalu itu.. aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu Noeul Varain Nuttarat." Macau menatap dalam Noeul, menatap semesta yang harus dia tinggalkan karena ada kehidupan lain yang harus dia jaga agar tetap hidup

" Hiks hiks hiks... haaaaaaaaaaaa...." Noeul memeluk erat selimut yang menutupi tubuhnya, menangis dan berteriak melihat kepergian Macau





tbc...

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang