Untuk Phi Macau,
Maafkan aku phi karena selama ini aku seperti memberimu harapan lalu aku memukulmu dengan kenyataan yang menyakiti hatimu
Terima kasih karena selalu mencintaiku phi
Phi.. di kehidupan selanjutnya bisakah kau menemukanku lebih cepat dan buat aku hanya akan selalu melihatmu dan memilihmu
Maafkan aku phi karena mengingkari janji untuk selalu bahagia, tapi saat ini aku benar- benar sudah bahagia phi..
Terima kasih untuk semua kenangan dan cinta darimu phi
Aku pergi phi, bahagialah selalu di kehidupan ini
Aku akan menunggumu di kehidupan selanjutnya..
Noeul
Macau menjatuhkan tangannya lemas yang masih membawa surat dari Noeul tadi, perasaannya semakin tak enak setelah membaca surat dari Noeul. Dirinya berlari ke tempat dimana pimpinan tempat pelatihannya berada dan meminta ijin untuk pulang lebih awal malam ini karena ada hal mendesak yang harus segera dia pastikan.
" Halo Pat.. aku sudah menghubungi nomor Eul berulang kali tapi dirinya tak mengangkatnya, dia tadi kesini denganmu kan?" Macau akhirnya sedikit bernafas lega saat panggilannya yang kelima kali akhirnya diangkat oleh Pawat, dirinya tadi menghubungi nomor Noeul tapi sampai panggilan kesepuluh nomor itu tetap tak terhubung
" Kemarilah, Eul ada disini.. dia di Korea."
" Hei tak mungkin secepat itu dia sudah disana, kau bercanda kan?? Aku sedang serius Pat." Macau mengernyit heran tak mungkin Noeul bisa sampai ke Korea secepat itu padahal dirinya belum lama meninggalkan tempat latihan
" Kemarilah.." Macau bisa mendengar suara isakan yang tertahan dari Pawat, setelahnya Pawat menutup sambungannya. Dan Macau mencari penerbangan secepatnya menuju Korea
Apa lagi yang bisa mendefinisikan perasaan hancurnya seseorang, ketika melihat orang yang kita cintai tak lagi berada di dunia yang sama dengan kita. Macau melangkah pelan memasuki rumah duka yang tadi dikirimkan Pawat lokasinya, semakin dekat dengan foto juga karangan bunga yang mengelilinginya membuat lutut Macau melemas seketika, dirinya jatuh terduduk di depan pintu ruangan penghormatan terakhir.
Matanya bisa melihat jelas, disana berdiri kedua orangtua Noeul juga kedua orang kakak Noeul. Pawat menatap temannya yang masih terlihat syok dengan apa yang baru saja dilihatnya, penampilannya tampak kacau mungkin karena terburu-buru mengingat dia yang baru saja keluar dari pelatihan dan segera terbang kemari.
" Apa yang aku lihat tak benarkan Pat?" Macau mencoba menyangkal apa yang ada dihadapannya
" Masuklah dan lihat dengan jelas!" Pawat memapah tubuh Macau mendekat kearah foto Noeul
" Ini pasti tak nyata, semalam dia bahkan datang padaku. Ini pasti hanya mimpi Pat.." Macau meracau, menampar dirinya sendiri, mencoba membangunkan dirinya dari mimpi buruknya
" Kau tak bermimpi, Eul meninggal pagi kemarin. Tak mungkin dia menemuimu." Pawat mencegah temannya yang masih terus menampar dirinya sendiri
" Tidak, kau bohong! Kau lihat ini, Eul memberikannya padaku semalam.." Macau mengeluarkan secarik surat yang memang Noeul berikan padanya
" Haahh.. Setidaknya dia berpamitan padamu." ucap Pawat setelah membaca surat dengan tulisan tangan yang dia yakin tulisan tangan Noeul
" Tidak.. ini semua hanya mimpi! Kau bilang kau akan bahagia Eul, tapi apa ini?? Aku tak butuh maafmu kalau kau seperti ini! Katakan padaku kalau semua ini hanya mimpi Eul!! Kau berjanji untuk bahagia.. Kau berjanji.. hiks, hiks, hikss.." Macau terduduk lemas berlutut di bawah foto Noeul yang tengah tersenyum ceria dengan banyaknya bunga yang menghias sekitarnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
FanfictionKesempatan.. Apa yang akan kalian lakukan jika diberi kesempatan? Akankah kalian memanfaatkan kesempatan yang mungkin saja tak akan ada lagi.. Atau berharap akan ada kesempatan yang lain menanti Bagaimana jika kesempatan kedua itu kesempatan terakhi...