Macau Side

127 17 8
                                    

Hidup sebagai seorang pewaris tunggal, mungkin bagi sebagian besar orang adalah impian yang hanya bisa diimpikan jika dia terlahir dari kalangan orang kaya. Tapi bagiku yang memang ditakdirkan sebagai pewaris kekayaan besar, itu hanyalah embel-embel yang tak begitu berarti dihidupku.

Apa gunanya memiliki banyak harta jika kau tak memiliki keluarga yang akan mendekapmu disaat kau merasa sedih, kecewa ataupun bahagia. Aku terbiasa hidup sendiri, bukan dalam artian tak ada siapapun di belakangku. Tapi adakalanya aku begitu merindukan sosok keluarga.

Phi Mile juga Phi Apo, mereka adalah keponakan mamaku. Mereka yang merawatku dari aku berumur tujuh tahun. Mereka begitu menyayangiku sama seperti putra mereka Praphai dan juga sepupuku Phayu. Memenuhi semua kebutuhanku dan mereka juga yang sementara waktu mengurus perusahaan kedua orangtuaku.

Kecelakaan naas yang hanya menyisakanku seorang, kadang membuat tatapan orang memandangku dengan iba, atau terkadang dengan tatapan seolah bagaimana bisa hanya seorang anak kecil yang selamat, sedangkan kedua orangtuanya tewas di tempat kejadian. Tatapan yang mengatakan seakan akulah penyebab kematian kedua orangtuaku, walau aku tau itu tidaklah benar tapi ada saatnya mungkin apa yang mereka pikirkan benar adanya.

Aku menjalani hidup yang sudah diatur oleh Phi Mile, keseharian yang monoton meskipun terkadang sesekali aku akan melakukan beberapa hal gila dengan sepupu-sepupuku yang memang sesusiaku. Hingga akhirnya aku memilih pergi ke Korea memimpin perusahaan cabang yang saat itu mengalami kendala, untungnya disana ada teman semasa kuliahku dulu, jadi hariku mungkin tak terlalu sepi.

" Siapa dia Pat?" tanyaku pada temanku yang bernama Pawat

" Oh itu adikku, namanya Noeul." Pawat menjawab dan kembali fokus pada laptopnya, yaa hari ini aku mampir sebentar kerumah Pawat karena ada berkas yang harus dicek ulang olehnya

Mataku terfokus pada seseorang yang tengah asyik menyiram tanaman, celana pendek dan juga kaos polos nampak apik ditubuh rampingnya. Jantungku seakan ingin berdesakan melompat dari tempatnya saat mata itu menatap kearahku, senyum manis yang dia berikan demi kesopanan membuatku sedikit melambung berharap senyum itu memang hanya ditujukan untukku saja.

" Phi.. Apa mau aku ambilkan minum?" tawarnya basa basi mengingat aku tamu kakaknya mungkin

" Ah tidak apa-apa, aku belum haus." rasanya tenggorokanku tercekat saat menjawab pertanyaannya yang harusnya mudah aku jawab, tapi menjadi sulit seakan aku tengah ikut wawancara kerja

" Tak apa phi selagi dirimu menunggu phiku.." Malaikat itu berjalan menjauh yang kuyakin itu jalan menuju dapur, karena beberapa waktu dia datang kembali dengan nampan berisi dua gelas jus dan buah yang sudah dipotong

" Silahkan phi.." Senyum itu lagi yang aku lihat, oh.. mungkin jantungku sudah rusak, kenapa daritadi tak berhenti berdetak cepat, sial.. apa dia dengar?!

" Pat, apa adikmu sudah memiliki kekasih?" tanyaku pada Pawat yang kini menatapku penuh selidik

" Sepertinya belum, ada apa? kau ingin mendekatinya?" seperti cenayang saja si Pawat ini

" Ya, jantungku terus berdetak
cepat saat melihatnya. Sepertinya aku menyukai adikmu.." jujur memang itu yang kurasa, aku jatuh dalam pandangan pertama

" Coba saja jika dia mau." gotcha, lampu hijau kudapat. Noeul tunggulah aku!!

Mendekati adik Pawat ternyata tak semudah yang aku pikirkan, pesona tampan dan dompet tebal yang tak mungkin tipis nyatanya tak langsung membuatku bisa untuk mendapatkan penerimaan disetiap undangan makan siang ataupun makan malam. Noeul selalu menolakku dengan berbagai alasan dan berharap aku tak mengganggunya lagi.

" Phi.. sehari saja kau tak menggangguku apa tak bisa? sebenarnya apa yang kau kerjakan disana, sampai kau setiap makan siang sudah berada di kantorku dan setiap makan malam sudah menungguku pulang juga.. Kau itu bekerja apa main saja?" Waahh.. kalimat terpanjang yang baru kali ini dia ucapkan untukku, membuatku senang walau ada sindiran di dalamnya tapi apa peduliku

" Ah.. aku kan sedang melakukan pendekatan Eul, jadi aku tak akan berhenti sebelum kau mau makan siang atau makan malam denganku." Kucoba tampilkan senyum tampanku, berharap dia luluh dan mengiyakan ajakanku

" Aku bisa makan sendiri phi, sudah pergilah phi. Kau makan saja dengan phiku.." Lagi- lagi penolakan yang kudapat

" Temanilah dia Eul, kau tak kasian padanya? dia sudah jauh-jauh kesini setiap hari dan kau selalu menolaknya. Kalau itu aku, mungkin aku sudah menyerah.." Pawat membujuk adiknya agar mau makan siang denganku, tapi kenapa aku merasa dia juga menyindirku yaa..

" Haaahhh.. baiklah," tak bisa lagi aku sembunyikan senyum dan senang di hatiku. Kulihat Pawat tersenyum mengejek yang jelas aku abaikan karena aku saat ini sedang senang, biarkan saja dia yang penting Noeul mau makan denganku

Waktu terus berjalan dengan aku yang masih gencar melakukan pendekatan, hingga akhirnya sehari sebelum aku kembali ke Thailand karena memang perusahaan disini sudah stabil, Tuhan menjawab doaku, Noeul memberiku kesempatan menjadi bagian dari kisah cintanya. Jangan ditanya lagi bagaimana perasaanku, tentunya bunga-bunga yang ada di dalam khayalanku semua mengembang dan bersinar.

Korea-Thailand tak menyurutkan semangatku menemui Noeul, bahkan aku meluangkan waktu seminggu tiga kali untuk bertemu dengannya, dia sempat protes karena aku terkesan menghambur-hamburkan uang, tapi aku selalu beralasan toh aku punya uang, apa masalahnya?? lagipula rindu itu berat kawan..

Aku sempat kecewa saat kuhubungi kekasihku dan dia lupa hari besarku, haahh... rasanya aku ingin terbang ketempatnya dan menghukumnya karena melupakan hari ulangtahun kekasihnya. Tapi Phi Mile juga Phi Apo sudah melarangku untuk melakukan penerbangan sementara waktu demi kelancaran acara yang membutuhkanku tetap sehat dan terjaga.

Dia datang!! Kekasihku yang kurindukan yang katanya tak ingat ternyata membohongiku, dasar malaikatku itu.. suka sekali dia menjahiliku, tapi aku menyukainya. Dia nampak bersinar dengan lampu yang menyorot tubuhnya, kulihat semua mata memandangnya dengan tatapan takjub, ya.. kalian tidak salah itulah malaikatku, untuk kali ini aku biarkan kalian melihat kekasihku, hasil ciptaan Tuhan yang begitu indah. Lain kali? Jangan harap!!

Kebahagiaan yang datang bersamaan setelah aku mengenal Noeul membuatku lupa sesaat bahwa disetiap kebahagiaan pasti ada penderitaan. Semua yang diimpikan mungkin tak sejalan dengan kenyataan, dan itu benar terjadi. Phayu yang memintaku menemuinya mendadak justru mengungkapkan sesuatu yang membuat kakiku lemas, tubuhku seperti kekurangan pasokan udara dan bergetar.

Apa yang aku lihat dengan mata kepalaku saat melihat foto yang diberikan Phayu, Noeul tersenyum lebar dengan seorang pria yang merangkul pinggangnya dan aku kenal betul pria itu, dia adalah Phayu. Pantas saja berkali-kali dia seperti menggangguku yang awalnya kupikir hanya candaan biasa, tapi ternyata semua karena ini. Dia menginginkan Noeulku...

Semuanya semakin rumit ketika Phayu mengatakan perceraian mereka dulu belum didaftarkan, yang artinya Noeulku masih miliknya. Seperti bom waktu yang dijatuhkan dan menghancurkan segalanya, kenyataan itu begitu menghancurkan hatiku dan harapanku. Tapi sekali lagi Noeul tetap menggenggam erat tanganku, seolah mengatakan bahwa dia masihlah milikku, dia memilihku!

Ingin rasanya aku egois menjauhkan Noeul dari Phayu, tapi takdir lagi-lagi mengujiku. Phayu koma setelah mengalami kecelakaan, melihat dirinya terbaring lemah dengan berbagai alat penunjang membuat sebagian hatiku sakit, bagaimanapun dia saudaraku.. Aku juga menyayanginya dan aku juga mencintai Noeul.

Namun melihat mata Noeul yang menyiratkan keresahan membuatku tersadar, entah apapun yang kulakukan hatinya bukanlah milikku. Mendengar ucapannya mengatakan masih mencintai Phayu, seperti ribuan jarum tengah menancap tepat di jantungku.




Sakiitt... ini teramat menyakitkan Eul, haruskah aku merelakanmu?? haruskah aku yang mengalah??
tak bisakah aku juga bahagia..









tbc...

dari awal buat chap ini, edit, publish ulang selalu nyesek😥😥

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang