Disturbed

102 20 1
                                    

Seharian ini Noeul terus saja mengikuti semua kegiatan Macau, dirinya seperti ekor yang tak mungkin meninggalkan badan karena terus menempel pada Macau.

Hingga waktu menunjukkan waktu pulang dan Macau benar saja membawanya menuju kerumahnya. Noeul beralasan ingin mengambil barang-barangnya yang dibawa sang papa, tapi sialnya semua barangnya bahkan sudah diantar ke tempat Macau.

Tak ada alasan lagi untuk menolak, Noeul akhirnya hanya bisa menurut saja keinginan Macau.

" Phi.. kau tak tinggal sendiri?" tanya Noeul saat mobil Macau memasuki halaman sebuah mansion

" Tidak sayang, hanya saja aku tinggal di bangunan belakang.. Phi Mile juga Phi Apo tak akan mengijinkanku tinggal sendiri, kau tenang saja.." Macau menjeda sebentar kalimatnya dan mendekat kearah telinga sang kekasih

" Kamarku kedap suara, jadi kau bisa teriak sepuasnya.. hahaha," Macau menggoda Noeul yang kini wajahnya berubah merah karena malu

" Mulai gilanya!" Noeul menoleh kearah lain menutupi rasa malunya

" Hahaha... ayoo!"

Saat Macau juga Noeul masuk ke rumah utama, mereka berdua melihat ruang keluarga sudah penuh dengan orang yang tak lain keluarga Praphai juga Phayu. Semua menatap pasangan yang masuk sambil bergandengan tangan mesra dan menghentikan langkah mereka.

" Ah, kalian sudah pulang.. bagaimana harimu Macau? Dan apa kekasihmu akan berkunjung? kenapa tak bilang pada Phi?" suara lembut phi Apo menyapa pendengaran Macau juga Noeul

" Hari ini tentu melelahkan phi, untungnya kekasihku ada disampingku seharian jadi semua terasa menyenangkan. Oh, Noeul akan tinggal denganku dirumah belakang.. Maaf phi, aku akan membawa Noeul istirahat dulu." Senyum terus menghiasi wajah Macau saat dirinya membawa Noeul menuju rumah belakang







" Sayang, boleh?" Macau memeluk pinggang ramping Noeul sesaat mereka memasuki kamar Macau

Noeul tak menjawab, dirinya bingung harus menjawab apa. Macau tak tinggal diam, dirinya mencium tengkuk Noeul, membuat Noeul meremas erat kedua ujung bajunya.

" Phii..." Suara lembut Noeul semakin membuat Macau bersemangat

" Kalau kau tak mau katakan saja, tapi kalau kau diam.. aku akan menganggapnya boleh."

Macau mengikis jarak diantara mereka dan melumat lembut bibir manis yang sempat dicobanya beberapa waktu lalu saat Noeul mengantarnya di bandara. Noeul merasakan gairah Macau dan dirinya tak menampik tubuhnya juga menginginkan lebih dari sekedar ciuman.

Ciuman yang awalnya lembut berubah penuh nafsu dan tuntutan untuk saling membalas, tangan Macau tak tinggal diam melucuti baju yang Noeul pakai dan membuangnya sembarangan, menjamah dada mulus dan putih itu membuat nafsu Macau kian menggelap.

Seolah sudah tak tahan, Macau melucuti seluruh pakaian yang masih tersisa di tubuh Noeul hingga kini Noeul telanjang tanpa sehelai benangpun. Noeul memalingkan wajah kearah lain saat Macau membaringkan tubuhnya dan menatap lekat tubuh dibawah kungkungannya.

" Kau siap?" Hembusan nafas Macau di telinga Noeul membuat seluruh bulu halus di tubuhnya meremang

Noeul hanya mampu mengangguk lalu menggeleng dan masih tetap menatap kearah lain, dirinya hanya melihat sekilas tangan Macau mencoba melucuti sendiri pakaiannya. Hingga tangan itu sampai pada celana yang dikenakan Macau, dan sebuah suara dari arah luar menginterupsi kegiatan keduanya.

" Phi... ada orang di luar,"

" Biarkan, nanti juga pergi sendiri!"



Toktoktoktoktok


ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang