I'm Tired

198 20 13
                                    

***

" Rain.. kau benar hamil, usia kandunganmu masih empat minggu." One mengatakan hasil tes yang dilakukan Rain kemarin lusa

" Benarkah phi.." Rain menyentuh perutnya yang sekarang ada buah cintanya dengan Phayu

" Tapi Rain, ada hal lain yang harus kau tahu. Luke yang akan mengatakannya." One menatap Luke agar dia mengatakan hasil lain dari serangkaian tes yang baru saja dia lakukan

" Anda mengidap kanker prankeas stadium lanjutan." wajah Rain langsung berubah pias mendengar ucapan dokter dihadapannya

" Apa maksudnya ini phi?" Rain menatap One mencari kejelasannya

" Kanker ini sulit dideteksi pada tahap awal, sehingga saat sudah menyebar dan pada tahap akhir akan susah untuk diatasi lebih lanjut. Bahkan kemoterapi tak akan bisa membantu kalau sudah dalam tahap anda ini. Maafkan kami.."

" Berapa?" Rain menunduk menatap perutnya, airmatanya ingin menetes tapi dia harus menahannya

" Rain, kau tak bisa mempertahankannya." One mengerti pemikiran temannya, dan tak ada yang bisa dia lakukan

" Dalam kasus anda mungkin maksimal anda bertahan hanya dua atau tiga bulan." Luke berbicara dengan jujur karena presentase hidup pasien dihadapannya saat ini sangat rendah mengingat pasien ini juga tengah mengandung

" Haa... bahkan dia tak bisa melihat dunia,"

" Rain, kita bisa mencoba kemoterapi walaupun hasilnya kecil. Tapi setidaknya kemungkinan hidupmu masih bisa lebih lama." One mencoba meyakinkan Rain untuk menggugurkan kandungannya

" Tidak phi, aku sangat menantikannya. Phi Phayu juga menantikannya, aku harus bertahan setidaknya saat aku pergi, dia akan menjadi kekuatan daddynya." Rain tersenyum menatap One yang sudah ingin menangis melihat ketegaran temannya yang berada diambang kematian

" Phi.. bisakah kau tak mengatakan hasil tesku pada siapapun?" pinta Rain pada One juga dokter Luke

" Rain.."

" Berjanjilah phi.. setidaknya berjanjilah demi hidup temanmu yang tak lama lagi."

" Baiklah, aku berjanji." One mengangguk pasrah menjanjikan hal yang hanya dia, Rain juga dokter Luke tahu

" Terima kasih phi.." Rain tersenyum sekali lagi sebelum pergi dari ruang dokter Luke

***






Ruangan serba putih dengan ranjang berada ditengahnya yang terisi tubuh seorang pria ramping terbaring lemah, tubuh rapuhnya kian kurus hari demi hari, kulit putihnya kian memucat, mata indah yang sering menatap dengan binar ceria nampak sayu dan lelah. Bunyi alat penunjang detak jantung mengalun merdu seperti suara nyanyian yang sejak dua minggu lalu mengiringi setiap waktu sosok itu terbaring.

Empat orang pria dengan dua pria paruh baya dan dua pria dewasa menatap sedih tubuh yang sudah dua minggu ini terbaring lemah dengan berbagai alat terpasang ditubuhnya. Melupakan fakta bahwa di dalam tubuh lemah itu tengah tumbuh keajaiban yang secara tak langsung merupakan anugerah dan juga penyebab kian rapuhnya tubuh mungil itu.

" Pa..." suara lirih dengan mata yang mencoba terbuka itu memanggil sosok yang duduk tak jauh darinya

" Ya sayang, ini papa.." Type mendekati putra bungsunya, putranya yang sekian lama menghilang dan terasa baru kemarin dia temukan, kini tengah berjuang dengan pertaruhan nyawanya

" Daddy.." suara itu juga memanggil sosok lain yang mencoba sekuat tenaga untuk tegar dan tak menangis melihat putranya nampak rapuh di depan mata

" Ya sayang daddy juga disini.." Tharn bergerak kearah berlawanan dari istrinya, ikut mendekati sang putra

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang