Decision

121 17 1
                                    

Setelah kejadian malam itu, Noeul seperti menghilang membuat Phayu uring-uringan karena tak menemukan keberadaannya. Phayu masih ingat betul bagaimana hari itu Rain menangis dan memintanya berhenti untuk mengejarnya lagi.





***


" Tak bisakah phi berhenti menggangguku? Aku ini kekasih sepupumu, dan apa yang kau lakukan padaku.. ini tak benar phi!" Noeul memunguti dan memakai kembali pakaiannya yang memang dia buang sendiri

" Aku mencintaimu Rain, maafkan aku.. aku juga tak tahu kalau semua ulah daddy, setelah aku tahu semua kebenarannya aku sudah berusaha mencarimu.. tapi kau menghilang, aku tak bisa menemukanmu. Dan tiba-tiba kau datang kembali dengan nama baru, terlebih kau menjadi kekasih phi Macau." Phayu mencoba menjelaskan pada Rainnya bahwa dirinya sangat menyesal karena pernah melepaskan Rain dan percaya begitu saja bahwa Rain mengkhianatinya

" Lalu apa yang kau lakukan? ini sama seperti tuduhanmu dulu phi, kau sekarang ini membuatku seolah berselingkuh denganmu. Bagaimana aku harus menjelaskannya pada phi Macau?" Noeul berteriak frustasi mengingat kejadian beberapa jam lalu

" Kau milikku Rain, hanya milikku. Aku ingin kau memilihku kembali. Aku tahu kau masih mencintaiku." Phayu berucap penuh keyakinan menatap dalam Noeul yang justru menatapnya datar

" Dalam mimpimu phi.."Noeul pergi dengan pandangan buram, airmatanya ingin sekali jatuh menetes tapi dia menahannya sekuat yang dia bisa, dia tak ingin lagi lemah



***





" Dimana Rain adikmu phi?" Phayu akhirnya hanya bisa menemui Pawat kakak Noeul

" Hahaha.. Siapa Rain? Mungkin anda salah orang Tuan Phayu." Pawat terkekeh melihat siapa orang yang kini datang kehadapannya dan menanyakan keberadaan adiknya

" Entah dia Noeul atau Rain, dia tetaplah orang yang sama. Dimana dia phi? Aku tak ingin membuat keributan, katakan saja." Phayu memasang wajah serius menatap Pawat yang juga menatapnya sengit

" Bukankah kalian hanya Mantan?" tanya Pawat kembali

" Aku masih mencintainya phi dan aku akan mendapatkan hatinya kembali." Pawat tahu kata-kata Phayu mengandung kejujuran didalamnya

" Dia sudah tak ada disini, dia menyerahkan semuanya padaku dan menyusul kekasihnya lagi." Pawat memberikan informasi yang mengejutkan bagi Phayu tentunya

" Kapan dia berangkat phi?"

" Tadi pagi."

Phayu bergegas ingin menyusul Noeul kembali pulang ke Thailand.

" Jangan menyakiti hati adikku lagi, aku tahu dia masih mencintaimu. Jika aku mendengar kau menyakitinya, aku sendiri yang akan membuat perhitungan denganmu." Ancam Pawat serius dengan kata-katanya, dia tahu adiknya masih mencintai orang yang kini berdiri didepannya, walaupun adiknya terus menyangkal tapi hati tak pernah bisa berbohong

" Aku janji phi, aku akan membahagiakan adikmu." Phayu tersenyum dan secepatnya memesan tiket pulang





" Sayang.." Panggil Macau yang melihat kedatangan sang kekasih di kantornya

" Kapan kau sampai? padahal aku berencana mengunjungimu lusa, ternyata kau yang lebih merindukanku, heemm.." Macau menyambut pelukan hangat sang kekasih yang memeluknya erat sambil terisak tiba-tiba

" Hei.. aAda apa? Kenapa kau menangis?" Macau panik mendengar isakan Noeul yang terdengar lirih

" Aku merindukanmu phi."

maafkan aku phi..


Ucapan dimulut dan hatinya bahkan tak sama, Noeul ingin sekali berteriak bahwa dia sudah mengkhianati kepercayaan Macau, tapi mulutnya tak sanggup berucap yang sebenarnya.

ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang