" Aoo phi Nan.. haloo anak ganteng.." Sapa Rain saat dirinya tak sengaja bertemu Nan, sekertaris Phayu di toko roti langganannya
" Hai Rain.. Kau juga beli kue? haloo unis(uncle manis).." balas Nan yang diakhir kalimat menirukan suara anak kecil dan mengayunkan tangan putranya seperti melambai pada Rain
" Uuhhhh... gantengnya sih, iya phi aku ingin beli kue kesukaanku. Phi sendiri disini?" tanya Rain lagi yang tak melihat batang hidung suami phi Nan
" Iya Rain, phi ingin mengambil kue pesanan phi. Kau terlihat kurusan ya Rain, apa kau diet?" Rain bukan sekali duakali ini saja mendengar banyak yang bilang dirinya menjadi lebih kurus, padahal Rain sama sekali tak melakukan diet dirinya hanya kehilangan nafsu makan saja akhir-akhir ini
" Tak phi.. aku hanya kehilangan nafsu makanku saja."
" Apa kau sedang hamil Rain?"
" Belum phi, aku kemarin sudah mengeceknya dan hasilnya negatif." Rain mencoba tersenyum menyembunyikan perasaan sedih mengingat dirinya belum kunjung hamil
" Coba periksa ke rumah sakit Rain, karena dulu aku juga begitu. Waktu aku tes sendiri hasilnya negatif tapi begitu cek ke dokter hasilnya positif." jelas Nan yang melihat mata sendu Rain
" Ah begitu ya phi, baiklah nanti akan aku periksakan." Wajah Rain kini menjadi lebih terlihat cerah setelah mendengar ucapan Nan
" Ya, itu bagus Rain." Nan menepuk pundak Rain lembut, dirinya tahu bahwa Phayu sangat menyukai anak kecil
" Oh iya phi, apa si kecil suka ikut kerja bersamamu? apa tak berisik kalau ikut denganmu terus phi,"
" Ah tidak juga Rain, sekarang aku sudah punya pengasuh untuk Mix. Hanya saja tadi dia aku suruh dirumah karena aku ingin berdua dengan Mix. Yakan sayang?" seolah mengerti ucapan ibunya, si kecil yng berada di dalam stroller kini tengah tersenyum lebar menampilkan senyum tanpa gigi
" Hahaha.. lucunya, oh begitu phi." Rain ikut tersenyum melihat Mix yang tak hentinya tertawa, entah menertawakan apa
" Phi.." panggil Rain saat dirinya memasuki ruang kerja suaminya
" Lho kemana dia?" monolog Rain saat tak mendapati sang suami di tempatnya
Rain kembali keluar dan bertanya pada phi Sig, sekertaris Phayu yang lain. Karena semenjak phi Nan mengandung, Phayu sudah menambah sekertarisnya agar pekerjaannya tak ada yang terganggu jika phi Nan tiba-tiba harus cuti melahirkan.
" Phi Sig, dimana phi Phayu?" tanya Rain sopan sambil menampilkan senyum ramah
" Ahh itu.. eeuumm.. Tuan Phayu sedang meeting diluar bersama klien nong Rain." Rain memang menyuruh semua bawahan Phayu yang lebih tua darinya untuk memanggilnya nong, melihat jawaban Sig yang terkesan gugup dan bingung membuat Rain mengernyit heran, apa yang salah dengan pertanyaannya
" Oh begitu, yasudah.. aku kembali saja, bye phi.." tak ingin menunggu suaminya yang tak pasti kapan pulangnya dari meeting, Rain berpikir ingin pulang saja dan istirahat
Rain menyandarkan tubuhnya di kursi penumpang dan menatap jalanan kota Bangkok yang entah mengapa terasa padat sore ini, belum lagi cuaca mendung yang sering kali menghiasi langit Bangkok. Matanya tak sengaja menatap siluet tubuh yang sangat dikenalnya tengah menggendong seorang balita dan berjalan menuju toko mainan.
" Ah.. pasti aku salah lihat. Mungkin aku terlalu lelah, besok aku harus periksa sepertinya" Rain menggelengkan kepalanya mengusir pikiran-pikiran nakal yang mulai bersarang di otaknya
Rain nampak was-was menanti namanya dipanggil, hari ini dia memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke rumah sakit tempat temannya bekerja. Untungnya hari ini antrian pasien yang berobat atau berkunjung nampak sedikit.
" Halo phi One.." sapa Rain seramah mungkin pada sosok dokter di depannya kini
" Ah Rain, kau sudah kembali. Kudengar kau menghilang seperti ditelan bumi, aku sangat menyesal mendengar kepergianmu waktu itu." ucap One yang menjadi saksi bagaimana dulu Rain berjuang dengan masa lalunya
" Hehehe.. maaf phi aku kemarin tak mengundangmu ke pernikahanku kembali karena memang hanya untuk kerabat saja."
" Tak apa, apa itu dengan Phayu?"
" Ya phi."
" Ya kau tau, saat kau menghilang dia jadi menggila. Semua teman kita kena amukannya, untungnya ada Praphai juga adiknya Saifah yang bisa menghentikannya. Kalau tidak mungkin semua teman yang dulu kau kenal sudah tak bernyawa. Uhh menyeramkan.." One bergidik ngeri mengingat bagaimana dulu Phayu mengamuk begitu saja membuat semua temannya juga teman Rain ketakutan setengah mati menghadapinya
" Hahaha... maafkan aku phi kalau begitu." Rain tak enak hati mendengar bahwa Phayu sempat mengamuk karenanya
" Hei, itu bukan salahmu. Itu memang salah mereka. Ah sudahlah, sekarang ayo aku akan memeriksamu." One memutuskan obrolan mengenai masa lalu dan mulai memeriksa Rain
Rain mengikuti semua arahan yang diberikan One padanya, dan entah mengapa rangkaian pemeriksaan ini terbilang cukup banyak dan rumit bagi Rain. Atau memang Rain saja yang tak tahu pemeriksaan untuk kehamilan memang sebanyak ini.
" Rain apa kau sudah lama merasakan mual dan tak nafsu makan?"
" Iya phi, mungkin sekitar satu bulan."
" Apa tak ada keluhan lainnya?"
" Oh aku sering merasa seperti demam phi tapi mungkin karena aku memang sedang kelelahan."
" Rain.. aku ingin kau lusa kembali kesini. Ada yang harus aku pastikan terlebih dahulu."
" Aoo.. apa pemeriksaan tadi masih belum cukup phi?"
" Belum, hanya kurang sedikit lagi. Bisakan?"
" Baiklah phi.." Rain meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang sulit dijelaskan, dirinya ingin tahu apakah benar hamil atau tidak tapi ternyata semua masih butuh proses yang panjang
" Phi.." Rain mendongak menatap Phayu dari bawah, dirinya saat ini tengah membaringkan kepalanya di paha Phayu sambil menikmati akhir pekan
" Ya baby, ada apa?" Phayu mengecup singkat kening istri mungilnya itu
" Phi ingin anak perempuan apa laki-laki?" tanya Rain yang membuat Phayu mengernyit heran
" Eeuummm... apa saja phi tak masalah, laki-laki atau perempuan phi tetap akan menyayangi mereka. Kenapa hemm?"
" Tak.. aku hanya bertanya saja."
" Ah, apakah ini semacam kode untuk kita bekerja lagi?" Phayu tersenyum miring sambil mengerling nakal menggoda istrinya
" Isshh.. dasar mesum!!" Rain memukul pelan dada sang suami yang justru tertawa kencang karena berhasil menggoda istrinya
Hari ini Rain kembali melakukan serangkaian tes pemeriksaan bersama One selaku dokternya, setelah menunggu hampir satu jam untunglah hasil yang sangat dinanti Rain akhirnya keluar juga.
Rain berjalan pelan melangkah kembali kerumahnya dengan wajah penuh senyum dan tangannya yang mengelus lembut perutnya. Airmatanya terasa ingin keluar saat mendengar ucapan phi One juga phi Luke dokter yang ikut memeriksanya tadi. Langkah Rain terasa ringan seolah tubuhnya hampir melayang terkena hembusan angin yang menerpanya.
" Selamat datang sayang.. Terimakasih sudah datang di hidup papa.." Rain menangis melihat perutnya yang kini masih rata karena memang usia kehamilannya masih di tahap awal
tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
FanfictionKesempatan.. Apa yang akan kalian lakukan jika diberi kesempatan? Akankah kalian memanfaatkan kesempatan yang mungkin saja tak akan ada lagi.. Atau berharap akan ada kesempatan yang lain menanti Bagaimana jika kesempatan kedua itu kesempatan terakhi...