73

1.1K 50 2
                                    

°°°

Hari terus berganti. Tepat hari Minggu ini, deril sudah harus pindah tinggal bersama orangtua kandungnya.

Jam sudah pukul 17:00. Deril sudah memasukkan semua kopernya ke dalam mobil. Setelah itu ia pun menghampiri wijaya.

"Aku pamit ya, yah. Makasih selama ini ayah udah sabar didik aku sampai aku bisa di titik sekarang."

Wijaya mengangguk sembari tersenyum. Setelah itu deril langsung memeluk wijaya. Bram dan anita tersenyum melihat ke akraban wijaya dengan putranya. Beberapa Saat kemudian, Deril melepas pelukannya.

"Jaga kesehatan, Nurut sama ucapan orangtua kamu." Ucap Wijaya.

"Iya, yah. Ohiya, nanti titip salam aja buat adek."

Wijaya mengangguk sembari tersenyum. "Iya, nanti ayah sampein."

"Yaudah yok, sayang, keburu tambah sore." Ucap anita.

"Iya, bun."

Deril langsung mencium punggung tangan Wijaya. "Pamit ya, yah. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam."

Deril pun langsung masuk ke dalam mobil.

"Pak Wijaya, Kita Izin Pamit ya, Saya dan istri saya mengucapkan banyak terima kasih. Makasih selama ini bpak udah tulus ngerawat anak kami." Ucap bram.

Wijaya mengangguk sembari tersenyum. "Iya, sama-sama."

"Kalo misal pak Wijaya lagi gak sibuk, bpak main aja ke rumah. Tadi kan udah kita kirimin alamatnya." Ucap anita.

"Iya, gampang kalo masalah itu." Saut Wijaya.

Bram dan Anita mengangguk sembari tersenyum.

"Yaudah, pak. Kalo gitu Kita pamit dulu ya, Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsallam, Hati-hati."

"Iya, pak. Marii."

Bram dan anita langsung masuk ke dalam mobil. Deril pun menurunkan kaca jendela mobil. ia tersenyum menatap Wijaya. "Ayah sama adek jaga kesehatan ya, Kalo ada apa-apa jangan lupa langsung kabarin aku."

"Iyaa, kamu juga jaga kesehatan."

Deril mengangguk sembari tersenyum. Setelah itu ia kembali menurunkan kaca jendela mobilnya, Lalu mereka pun pergi meninggalkan pekarangan rumah Wijaya.

Wijaya menghela nafas berat setelah mobil mereka sudah tidak terlihat. Sebenarnya Wijaya merasa berat melepaskan deril pergi, Namun dirinya juga tidak boleh egois, Mau bagaimana pun Deril harus tetap tinggal bersama orangtua kandungnya.

°°°

Deril, Bram, dan anita sedang berada di perjalanan. Deril duduk sendiri di belakang, Sedari tadi deril hanya diam saja. Anita pun langsung menoleh ke belakang.

"Kamu kenapa, sayang? Kok diem aja." Tanya Anita.

Deril tersenyum. "Enggak kok, bun. Aku ga papa, Cuma ga nyangka aja, karna akhirnya aku bisa ketemu sama ayah bunda."

Anita tersenyum. "Bunda juga seneng banget, Bunda pikir kamu gak bakal nganggep ayah sama bunda sebagai orangtua kamu. Tapi ternyata sedikitpun kamu gak benci sama ayah bunda, Makasih ya, sayang."

"Sama-sama, bun." Ucap deril sembari tersenyum.

"Ohiya, Ayah lupa ngasih tau kamu." Ucap bram.

"Ngasih tau apa, yah?" Tanya deril.

"Kamu gak cuma sendiri, Kamu punya sodara laki-laki di rumah, Dia adek kamu." Jelas bram.

"Ohya?"

Bram mengangguk sembari tersenyum.

[POSESIF BROTHER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang