°°°
Malam ini keluarga bram dan keluarga wijaya sedang makan bersama di sebuah restoran termahal. Mereka semua terlihat sedang menikmati makanan nya. Tidak lama kemudian, adara terlihat sudah selesai makan. Adara pun langsung meminum air putih.
"Kok udah sih, sayang?" Ucap anita.
"Udah Kenyang, bun."
Anita mengangguk paham. Deril pun juga terlihat sudah selesai makan. Setelah itu deril langsung menatap adara.
"Ra, ikut abang bentar." Ucap deril.
Semua mata langsung tertuju pada deril. Termasuk arhan. Arhan langsung menatap tajam ke arah deril.
"Mau kemana?!" Ucap Arhan ketus.
"Ada yang mau gue omongin." Saut
"Ya ngomong langsung disini kan bisa!"
"Ga bisa! Ini penting." Saut deril, Deril kembali menatap adara. "Ayo, ra."
Adara langsung menatap ke arah sang pacar. "Bentar ya, yang."
Arhan membuang nafas kasar. setelah itu ia mengangguk dengan wajah yang masih terlihat kesal.
Deril beranjak dari tempat duduknya lalu menggenggam tangan adara. Arhan langsung melotot ke arah deril.
"Ga usah pegang-pegang tangan pacar gue juga kali!" Ucap Arhan kesal.
"Apa sih! Brisik!" Saut deril.
Adara pun langsung berdiri. Adara langsung berpamitan dengan wijaya, bram, Anita, dan juga sang pacar. Setelah itu deril langsung membawanya pergi.
"Jangan lama-lama!" Teriak arhan.
"Astaghfirullah, Gak usah teriak-teriak, Malu di liatin orang." Ucap bram.
"Ya lagian bang deril bikin emosi aja."
Bram terkekeh. "Mereka itu cuma kakak adek, Masa kamu cemburu."
"Yakan bukan kakak adek kandung, Jadi ya wajar lah kalo aku cemburu. Kalo misal bang deril juga suka sama adara gimana coba." Ucap Arhan ketus.
"Gak mungkin, sayang. udah, daripada ngomel-ngomel mending lanjutin aja makan nya." Saut Anita.
Arhan menghela nafasnya. Setelah itu ia langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Mau kemana kamu?" Tanya bram.
"Toilet bentar."
Setelah itu arhan pun langsung pergi. Sedangkan wijaya sedari tadi hanya diam saja. Setelah deril mengajak adara pergi, prasaan Wijaya menjadi tidak tenang.
°°°
Kini deril dan adara sudah berada di tempat yang tidak jauh dari restoran. Deril langsung duduk di kursi panjang yang berada di sana. Setelah itu ia langsung menyuruh adara untuk duduk.
"Mau ngomong apa, bang?" Tanya adara.
Deril mengehela nafasnya. "Em, gimana ya."
"Gimana apanya?" Tanya adara bingung.
"Abang bingung harus mulai dari mana."
Adara langsung terkekeh. "Tinggal langsung ngomong aja apa susahnya."
"Jadi gini, ra. Abang sayang sama kamu."
"Iya, bang. adara tau, aku juga sayang sama abang."
"Tapi ini beda, ra." Saut deril.
"Maksud abang?"
"Abang sayang sama kamu lebih dari sekedar adik. Abang suka sama kamu."
Mata adara membulat dengan sempurna. "Hah?! Abang suka sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[POSESIF BROTHER]
Teen Fictionpengen ga sih punya kakak kaya deril? Atau malah sebaliknya? Risih karna selalu ngelarang-ngelarang & ngatur-ngatur?🚷🚻