BAB 25 (Menyesal)

488 54 1
                                    

Saat ini Freen dan Becca duduk berbincang berdua menikmati kebersamaan mereka setelah membersihkan diri dari seharian magang diperusahaan Armstrong Group, hal itu membuat Freen dan Becca jarang untuk memiliki waktu bersama selama diperusahaan karena Becca yang seharian ini disibukkan dengan kunjungannya dengan Love ke lokasi proyek sedangkan Freen disibukkan dengan pekerjaan di kantor.

"Babe.."

"Hum?"

"Bagaimana kunjunganmu ke lokasi proyek hari ini?"

"Melelahkan babe, aku tidak tahu jika kunjungan ke lokasi proyek akan selelah ini.."

"Apa kau baik-baik saja?"

"Hum, P'Love mengajakku untuk makan bersama di tempat yang enak.."

"Kau dekat dengannya?"

"Dia banyak mengajariku dan menyemangatiku.."

"..."

"Apa magangmu lancar sayang?"

"Lancar, P'Yaya banyak membantuku jika aku kesulitan.."

Freen sebanarnya ingin mengungkapkan kegundahannya saat melihat kedekatan sang kekasih dengan Love, namun Freen merasa hal itu bukanlah langkah yang tepat. Ia berpikir harus mempercayai kekasihnya sekarang. Bukankah mereka sudah bertunangan sekarang? Apalagi yang harus di takuti.

Beberapa saat kemudian terdengar suara ponsel Becca berbunyi. Freen dapat dengan jelas melihat siapa yang menelpon kekasihnya.

Drrt.. Drrt.. Drtt.

(Panggilan masuk : P'Love)

Becca : Hallo pi?

Love : Hei. Apa aku menganggumu?

Becca : Tidak pi, kau tidak mengganggu. Ada yang bisa ku bantu pi?

Love : Aku ingin memintamu menemaniku besok ke lokasi proyek lagi, ada hal yang harus kita rapatkan lagi dengan para investor disana..

Becca : Tentu saja. Aku akan menemanimu lagi.

Love : Baiklah. Terimakasih Nong kau sangat baik. Aku akan meneraktirmu makan lagi besok sebagai permintaan terimakasihku.

Becca : Itu harus, aku ingin kau membawaku makan ke tempat yang lezat.

Love : Tentu saja. Istirahatlah. Bye

Becca : Bye.

Becca memutuskan sambungan teleponnya dan meletakkannya kembali ke nakas samping ranjang.

"Sayang, peluk aku, aku mengantuk.."

"Kemarilah.."

Freen kemudian merentangkan tangannya dan menarik Becca ke dalam pelukannya. Becca kemudian membenankan wajahnya di curuk leher kekasihnya dan menjadikan lengan Freen sebagai bantalnya. Dihirupnya dalam-dalam wangi harum tubuh kekasihnya yang selalu manjadi aroma favoritnya itu, ia kemudian berkata sambil memeluk kekasihnya.

"Aku tahu kau cemburu sayang, tapi aku tidak mungkin memilih orang lain dan malah meninggalkanmu.."

"..."

"Ini hanya sementara, setelah kita magang, tidak akan ada lagi orang yang menganggu kebersamaan kita.."

"..."

"Jangan sedih lagi, aku tidak suka melihat raut wajah sedihmu.."

Freen yang mendengarnya tersenyum lega mendengar sang kekasih memahami kegelisahannya sedari tadi.

"Apakah cemburuku sejelas itu babe?"

"Hum. Ekspresimu selalu begitu saat cemburu. Aku sudah sangat hafal.."

Lean On Me (Freenbecky) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang