BAB 27 (Keinginan Mr. Armstrong)

530 44 0
                                    

Waktu berlalu begitu cepat, Becca saat ini masih tertidur dipelukan Freen ketika jam masih menunjukkan pukul 9 pagi. Kejadian semalam benar-benar membuat seluruh badan Becca terasa sakit di tambah dengan luka dikepalanya yang masih basah walau sudah diperban dan diobati. Freen perlahan membuka matanya dan mengusapnya menjernihkan penglihatannya, ia terbangun dalam keadaan telanjang setelah pergulatan panas dengan kekasihnya sepulang dari kantor polisi. Freen sebenarnya menolak 'having sex' dengan kekasihnya karena keadaan Becca yang terluka, tapi karena nafsunya yang tidak pernah disalurkan selama seminggu lebih membuat Becca tidak memperdulikan rasa sakit disekujur tubuhnya. Baginya yang terpenting adalah dapat mengeluarkan panasnya gairah yang sudah bersarang dalam dirinya.

Freen saat ini memandang wajah kekasihnya yang sedikit membengkak dan membiru, dilihatnya dengan tatapan lekat sambil mengusapnya halus. 'Apakah cinta harus senekat ini?' pikiran itu yang muncul dibenak Freen saat melihat luka-luka menghiasi wajah Becca saat ini karena dirinya. Freen masih tak mengerti dengan cara berpikir Becca yang kelewat ekstrim menurutnya dalam mengambil tindakan hingga dengan gampang merelakan tubuhnya terluka karena cinta.

Freen kemudian terbangun dan menggunakan kaos longgar kekasihnya untuk membalut tubuh bagian atasnya ia kemudian hanya menggunakan celana dalam saja untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Freen berjalan keluar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk tunangannya yang keras kepala dan nekat itu. Freen dengan cekatan memasukkan bumbu dan membuat hidangan kesukaan kekasihnya tanpa ada yang terlewat. Hampir 4 tahun mereka hidup bersama di apartemen sudah benar-benar membuat Freen seperti istri pada umumnya, hanya tinggal mengesahkannya saja dimata hukum dan agama. Ia kemudian kembali ke kamar setelah sejam berkutat dengan bumbu untuk menyiapkan sarapan.

"Babe, bangun.."

Freen naik ke atas ranjang mereka dan memberikan ciuman-ciuman kecil pada kekasihnya itu untuk membangunkannya.

"..."

"Babe, ayo bangun. Kau harus sarapan dan segera minum obat. Ini hampir jam 10"

Becca masih tidak bergeming dan masih pulas tertidur saat ini.

"..."

"Babe.."

Becca masih tidak menjawab. Apakah dia sangat lelah dengan kejadian semalam ditambah pergulatan panas mereka? 

Namun saat Freen hendak bangun dan meninggalkan si nekat itu, Becca menarik lengan Freen dengan mata yang masih tertutup ke dalam pelukannya.

"Aku masih ingin memelukmu seperti ini.." Becca bergumam dengan suara khas bangun tidur sambil kembali melanjutkan tidurnya.

"Apa kau sangat lelah babe?"

"Hum.."

"Tapi aku sudah masak untukmu. Kau harus bangun sarapan dan minum obat lalu kau bisa tidur lagi.."

"Aku tidak ingin sarapan itu, aku ingin kau yang menjadi sarapanku.."

Freen yang mendengarnya tersenyum lucu saat ini. Apakah pantas untuk berkata seperti itu saat ia sedang terluka seperti ini.

"Babe, kita tadi malam sudah melakukannya, apa kau masih belum puas? Lihatlah dirimu, bahkan luka di tubuh dan wajahmu belum sembuh"

Becca kemudian membuka matanya dan menatap Freen dengan tatapan penuh protes seperti ini karena kau.

"Ini semua karena kau mengabaikanku hampir seminggu.."

"Tapi kau juga membalaskan dendammu dengan mengabaikanku juga"

"Itu karena terpaksa sayang, jika bukan karena mendapatkan bukti untuk memenjarakan lelaki mesum itu, aku tidak mungkin akan mengabaikanmu.."

"Tapi tetap saja mau mengabaikanku. Kau bahkan mengusirku.."

Lean On Me (Freenbecky) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang