Bagian - 20

3.1K 213 3
                                    

Sampai rumah, Joanna disambut oleh ibunya Bastian yang tengah mengobrol dengan orang tuanya di ruang tamu. Joanna langsung mendekat dan menyalami wanita paruh baya yang sebentar lagi akan menjadi mantan mertuanya dengan sopan. Jika sebelumnya Joanna sudah berpesan pada orang tuanya untuk tidak menerima wanita ini di kediamannya, tapi kali ini Joanna merubah keputusannya tersebut. Kehadiran ibunya Bastian di sini untuk menemui Joanna, sehingga ia akan menghadapinya sendiri.

"Sudah lama, Mi?" Tanya Joanna, lantas duduk di sofa.

"Baru kok, Nak. Gimana kabarmu? Sehat, ya." Tidak paham kenapa semua orang mendadak kalem saat berinteraksi dengannya

"Ibu sama Bapak tinggal ke belakang, ya. Kamu ngobrol baik-baik sama Mamimu." Ibunya menepuk pundak Joanna sambil berlalu.

Mami Aaliyah berpindah tempat duduk di samping Joanna. "Sudah sebulan lebih nggak ketemu kamu, Jo. Ya Allah Gusti, rasanya kangen banget Mami sama mantu Mami ini."

Joanna tersenyum canggung. "Aku betah tinggal di sini, Mi. Mungkin nggak akan balik lagi ke Surabaya."

"Nggak apa-apa, kalau memang kamu mutusin tinggal di Malang. Nggak ada orang yang nggak suka tinggal di sini. Hawanya dingin. Sejuk." Hening sejenak. Mami Aaliyah menyentuh jemari Joanna dan menatap lembut. "Mami minta maat, atas kesalahan Mami selama ini. Perbuatan Mami yang bikin kamu sakit hati dan milih ninggalin kami semua. Mami benar-benar menyesal." Saat mengatakannya, mata Mami Aaliyah tampak berkaca-kaca.

Sebenarnya, sejak awal kenal, keduanya selalu cocok. Hubungan antar mertua dan menantu yang ideal. Tapi, Joanna tidak menyangka akan mendapati respon yang bertolak belakang dari ibu mertuanya saat mengetahui Bastian berselingkuh. Seharusnya, sebagai seorang ibu, Mami Aaliyah bisa lebih bijaksana dalam bersikap. Tapi, wanita ini justru meminta selingkuhan anaknya masuk ke dalam keluarga besar.

Istri mana yang tak sakit hati bila, ibu mertuanya justru berpihak pada yang salah?

"Bastian ngelarang Mami nemuin kamu. Tapi Mami kekeuh datang. Tadinya, kalau kamu nggak mau nerima Mami. Mau Mami peluk kamu sampai kamu luluh. Sekarang, Mami boleh ya, Jo, peluk kamu?"

Tanpa berpikir dua kali, Joanna mengangguk.

Mami Aaliyah terisak kecil. "Mami sudah berdosa sekali sama kamu. Bukannya paham sama perasaanmu, Mami malah bikin kamu makin trauma. Mami benar-benar jahat ya, Jo."

Joanna mendorong pundak calon mantan mertuanya pelan. "Insya Allah aku sudah memaafkan semuanya, Mi. Semuanya memang butuh proses. Aku lagi dalam tahap berusaha untuk ikhlas sama semua takdir Tuhan. Mami kan juga cuma manusia biasa. Wajar kalau ada salah."

"Makasih, Nak." Mami Aaliyah menatap haru. "Mami sudah bilang ke Bastian, kalau dia mau hidup di Malang, Mami nggak akan larang. Di sini udaranya enak. Cocok buat anak-anak. Sesekali aja kalau pengin berlibur ke Surabaya, kalian bisa nginap sehari-dua hari. Rencananya, nanti saat Mami dan Papi sudah tua, ngabisin hari tua, pengin tinggal di kampung yang jauh dari hiruk pikuk."

"Mami ...." Joanna tidak membiarkan angan-angan mantan mertuanya ini terlalu jauh mengembara. Kondisi rumah tangga anaknya sudah hancur. Bastian tidak akan pernah pindah di Malang, sebab hanya Joanna saja yang akan hidup di kota ini. Tidak dengan Bastian, dan anak-anaknya. Joanna ingin memulai lembaran baru tanpa bayang-bayang masa lalu. "Bantu aku dan Bastian mengurus perceraian ya, Mi. Waktu itu aku sudah sewa pengacara, tapi orangnya tiba-tiba mundur. Aku tahu Mami yang sudah bikin pengacaraku berhenti dari tanggung jawabnya. Mami mau kan bantu kami? Aku yakin setelah kami resmi berpisah, hubungan kami akan semakin baik karena nggak ada lagi ikatan yang bikin aku tertekan, Mi."

NYARIS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang