Happy Reading!
Setelah memakan sarapan yang dibawakan oleh Marie dan Anne, Rhea berniat untuk melanjutkan tidurnya.
Namun, suara ketukan pintu menghentikan aktivitasnya. Rhea merasa kesal, kenapa semua orang mengganggu tidur nyamannya. Rhea berjalan dengan kaki yang di hentak-hentakan, ia membuka pintu dengan kasar.
“Apa?!” bentak Rhea. Rhea membulatkan matanya, saat melihat orang yang didepannya adalah Baron Fredrin.
Rhea menundukkan kepalanya. “Maafkan Rhea, ayah. Rhea tidak tahu kalau yang mengetuk pintu adalah ayah,” sesalnya.
“Tidak apa Rhea, sekarang ayo ke ruang tamu, ada Duke Montfort yang sedang mencari mu,” ujar Baron Fredrin dengan senyuman manis yang terukir diwajahnya.
Baron Fredrin berjalan menuju ruang tamu, dengan Rhea yang mengekorinya dari belakang.
Sampai di ruang tamu, Baron Fredrin membungkukkan setengah badannya.
“Tulusnya penghormatan saya kepada Yang Mulia Duke Montfort. Semoga Yang Mulia senantiasa diberkati dengan kebijaksanaan dan keberuntungan dalam semua tugas dan tanggung jawabnya.” Baron Fredrin melakukan penghormatan kepada Arthur. Sedangkan Rhea memandang sinis ke arah Arthur.
“Terima kasih telah menjaga istri nakalku selama ini, Baron Fredrin,” ujar Arthur dengan senyum penuh makna.
Baron Fredrin menundukkan kepalanya. “Maafkan saya Duke, saya tidak tahu jika Rhea adalah Duchess Bianca,” ujar Baron Fredrin dengan nada takut.
“Ah ternyata istriku ini menyamar ya, baiklah Bianca ayo pulang ke kastil kita,” ujar Arthur dengan menekankan kata ‘kita’.
“Kenapa kau ingin aku pulang? Bukankah akan lebih menguntungkan jika aku tidak ada?” sarkas Rhea sembari bersedekap dada.
“Sebenarnya aku juga tidak mau menjemputmu pulang, namun aku kasihan melihat Count Beaumont yang terlalu larut dalam kesedihan karena mendengar putri kesayangannya sudah mati.”
“Sekarang pulanglah bersamaku,” titah Arthur.
Rhea memberengut kesal. “Baiklah tuan Duke.” Rhea berbalik hendak mengambil bukunya, sedangkan gaun dan perhiasan lainnya, Rhea memilih untuk meninggalkannya.
Rhea dan Arthur berada di halaman depan kediaman Baron Fredrin, Rhea mengucapkan kata 'terima kasih' kepada Baron Fredrin karena sudah mengizinkannya untuk tinggal di kediaman Baron Fredrin.
Ketika hendak berbalik, seseorang lebih dulu menubruk tubuh Rhea.
“Rhea, lain kali kunjungi aku dan ayah ya!” ujar Serena dengan nada sedih.
“Iya Serena, kau juga boleh kok mengunjungi kediamanku.”
Rhea dan Arthur berjalan menuju ke arah kuda. Dahi Rhea berkerut, kenapa Arthur hanya membawa satu kuda saja?
“Kenapa kau hanya membawa satu kuda saja? Maksudku kenapa kau tidak membawa kereta kuda. Apakah kau ingin istrimu yang cantik ini gosong?” tanya Rhea dengan nada dramatis.
Arthur berdecak pelan. “Kenapa aku harus membawa kereta kuda? Menjemputmu saja sudah sangat merepotkanku, apalagi membawa kereta kuda juga.”
Rasanya Rhea ingin mencabik-cabik wajah Arthur, memutilasi tubuh Arthur lalu menjadikannya sebagai pakan ikan. Namun, Rhea tidak akan setega itu, wajah Arthur terlalu tampan!
Arthur memutar bola matanya malas. “Apakah kau akan melamun dan berdiri disini hingga esok hari?” sarkas Arthur.
“Tidak, sekarang bagaimana aku bisa naik ke atas kuda? Kuda ini terlalu tinggi.” Rhea tidak pernah naik kuda sebelumnya, akan sangat sulit untuk naik ke punggung kuda, apalagi kuda ini sangat tinggi.
Jantung Rhea nyaris copot kala Arthur menggendongnya untuk naik ke atas kuda secara tiba-tiba.
Arthur menyusul naik ke atas kuda, ia duduk di belakang Rhea. Arthur menghembuskan nafas kasar.
“Kau sangat berat!” ejek Arthur.
“Kau mengejekku gendut?” teriak Rhea. Berdekatan dengan Arthur sama saja dengan makan sate kambing terlalu banyak. Hanya wajahnya saja yang tampan, tapi mulutnya tidak.
“Siapa yang mengejekmu gendut? Aku hanya berkata kalau kau itu berat,” ujar Arthur membela diri.
Muak! Rhea sangat muak, pantas saja Bianca asli memilih mengejar-ngejar putra mahkota.
***
Di pagi yang cerah itu, kisah tragis mengguncang kedamaian di Lysdor: keluarga Count Beaumont dari kerajaan Dorvalle menjadi korban pembantaian yang mengerikan.
Selembar surat tiba dengan berita memilukan: kediaman Count Beaumont yang megah telah di luluhlantakkan oleh serangan misterius. Hanya seorang pelayan wanita yang selamat dari bencana tersebut, lalu dengan gemetar ia mengisahkan serangan itu dilakukan oleh sekelompok orang berjubah hitam.
Seketika, kediaman yang dulu anggun itu menjadi puing-puing, direduksi menjadi reruntuhan tanpa belas kasihan. Sebuah benda kecil, seolah sebuah kotak kecil, meledak di tengah-tengah, merubah segalanya menjadi kehancuran. Apakah itu bom? Ledakan yang begitu dahsyatnya seakan letusan gunung di tengah malam yang sunyi. Dan di antara para pelaku, satu di antaranya ber netra hijau.
Dalam kebingungan, Rhea menyelidiki surat itu dengan seksama, mencoba memahami setiap kata yang ada.
Namun, satu pertanyaan mengganggu pikirannya: apakah sebenarnya objek kecil yang mampu menciptakan kehancuran begitu besar? Yang pasti benda itu tidak mungkin bom, karena teknologi di sini belum mencapai taraf tersebut.
Bersambung...
9 Mei 2024
Siapa pria dengan manik mata hijau ya?
Aku terima segala kritik dan masukan ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melintasi Garis Waktu (On Going)
FantasyFOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA! Rhea Dhaneswari gadis pengangguran yang hobinya rebahan. Tiba-tiba masuk ke dalam novel yang dibacanya semalam? Bahkan Rhea masuk ke dalam tubuh istri dari pahlawan perang, yang ditakdirkan akan mati dengan tr...