part 4

28 3 0
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





HAPPY READING


⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝

Hari ini adalah hari sabtu, sekolah pun libur membuat Diyelline masih bergelung dengan selimut hingga jam sudah menunjukkan pukul 08.45, sudah siang menurut Diyelline.

Diyelline terbangun mengecek ponsel nya, lalu beranjak menuju kamar mandi, mencuci muka dan sikat gigi, kalau libur dirinya akan mandi agak siang.

Dirasa sudah selesai dirinya beranjak keluar kamar dan turun menuju dapur.

Dirinya membuat hot chocolate lalu beranjak menuju ruang televisi, saat sampai dirinya melihat sosok pria paruh baya yang sedang fokus pada iPad di tangannya.

"Papa sejak kapan dirumah?" tanya Diyelline seraya mendudukkan dirinya lalu menyeruput minumannya.

Pria paruh baya yang di panggil papa tadi menengok melihat anak gadis satu-satunya itu dan tersenyum.

"Semalam, kamu sudah tidur jadi nggak tau kalau papa pulang" ujar sang papa yang di angguki oleh Diyelline.

"Eyin gak kangen papa?" tanya sang papa lalu merentangkan tangannya.

Diyelline tersenyum hangat lalu masuk kedalam pelukan papa nya, jelas dirinya sangat rindu dengan pria di dekapan nya ini, papa nya mengurus perusahaan yang berada di luar selama sebulan, dan dirinya hanya melihat papa nya lewat vidio call.

"Apa semua baik-baik aja? kamu gak ada lecet kan?" tanya sang papa lalu menatap dirinya.

Diyelline menggeleng, "Baik-baik aja pa, Eyin juga gak kenapa-napa, cuma kayaknya dia harus dibawa ke psikolog pa" ujar Diyelline membuat papa nya terdiam.

"Ya papa memang sudah memikirkan itu, nanti kita bawa dia ke psikolog ya?" ujar sang papa kembali memeluk anak gadisnya penuh sayang, Diyelline mengangguk dalam pelukan hangat sang papa.

Mereka terdiam, pikiran papa nya melayang pada masa lalu, andai waktu dulu dirinya dan istrinya sama-sama tinggi ego mungkin anaknya tidak akan tumbuh dengan baik seperti sekarang, dirinya sangat bersyukur bahwa setelah permasalahan itu keluarga nya baik-baik saja, dengan tatapan sendu dirinya mengecup puncak kepala anak nya penuh sayang, terlalu banyak kesedihan dan kesakitan yang di rasakan anak nya dulu hingga menjadi pribadi yang lebih banyak diam sekarang, karena kesalahan diri nya.

|| quattro donne ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang