Tanpa bicara Diyelline mengambil cookies itu lalu memakannya.
"Enak gak?" tanya Sefa dengan muka berharap, pasalnya Diyelline kalau ngomong selalu jujur.
"Enak, kapan bikinnya?" tanya Diyelline balik.
Sefa bersorak karena cookies nya disukai Diyelli...
Allexa, Bella dan Sefa sudah berada di kelas sedari tadi, menunggu Diyelline yang sampai sekarang tak kunjung datang padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6.55.
"Si Elline kemana dah, 5 menit lagi masuk tapi belum keliatan batang hidung nya" ucap Sefa kepada dua temannya.
"Gak tau, tumbenan banget belum dateng" timpal Bella.
Sedangkan Allexa sedang mencoba menghubungi Diyelline karena sedari malam WhatsApp nya tidak aktif, firasat nya sangat tidak enak entah karena apa.
Tepat pukul 07.00 Bel sekolah berbunyi membuat semua murid berhamburan memasuki kelas, namun sampai guru pelajaran pertama datang pun Diyelline tetap tidak muncul.
Saat di absen ketua kelas memberitahu bahwa Diyelline izin membuat ketiga temannya bingung.
"Dia izin kok gak bilang kita?" tanya Bella.
Allexa mengangkat bahu nya lalu beralih ke ponsel nya.
"Kemana dah tuh bocah mana keterangan nya cuma izin" ujar Sefa yang di angguki oleh Bella, mereka kebingungan karena tidak tau kabar Diyelline.
Sedangkan di lain sisi seorang gadis tengah terduduk dengan posisi terikat dan mulut di bekap dengan lakban.
Seorang pria datang menghampiri gadis itu.
"Lo terlalu banyak melawan, buat gue gak sabar untuk habisin lo" ujar pria itu menatap gadis dihadapannya yang masih terlihat kuat padahal sudah di hajar berkali-kali.
"Dan lo terlalu bodoh cuma karena cowo gak ada apa-apanya kayak dia" lanjut pria itu seraya tersenyum miring.
Pria itu menunjukan sebuah laptop yang berisi sebuah rekaman cctv, dimana disana ada sahabat-sahabatnya yang tengah di pantau oleh pria bajingan tersebut.
Anak buah pria itu membuka lakban yang menutupi mulut gadis itu.
"Brengsek, jangan pernah lo sentuh sahabat-sahabat gue, otak lo itu udah di cuci Rey" desis gadis itu kepada pria yang di panggil nya Rey.