Part 17

15 2 0
                                    

•••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





HAPPY READING


⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝

Allexa mengantarkan Bella sesuai dengan apa yang di suruh Diyelline.

"Sana masuk, bersih-bersih terus langsung istirahat, gak usah di pikirin oke?" tanya Allexa.

Bella mengangguk, "Makasi ya, lo hati-hati pulang nya, kalau udah sampe kabarin" ucap Bella.

Allexa mengacungkan jempol nya lalu pergi kembali ke rumah.

Saat sudah sampai Allexa langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Melepas jaket lalu duduk di pinggir kasur, dua buah pesan masuk membuatnya terkejut.

Melepas jaket lalu duduk di pinggir kasur, dua buah pesan masuk membuatnya terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Allexa berkaca-kaca, benarkah ini? benarkah dia kembali?.

Allexa membalas pesan itu, namun baru saja terkirim pintu kamar nya terbuka menampilkan seorang lelaki tinggi dengan harum yang sangat Allexa sukai.

"Sweetie, don't want to hug me?" ujar lelaki itu, Allexa berlari lalu memeluknya.

Lelaki itu membalas pelukan Allexa dengan erat.

"Sorry to make you wait so long eve, im really sorry" ujar lelaki itu dengan menghujani puncak kepala Allexa dengan kecupan.

Allexa menangis, akhirnya penantian nya tercapai, dirinya menenggelamkan wajah nya di dada bidang lelaki itu, lelaki yang amat dirinya cintai, lelaki yang sangat penuh kasih kepada dirinya.

"Jangan nangis hei" ujar lelaki itu lalu terkekeh, ah gadisnya masih saja menggemaskan, bahkan sekarang jauh lebih menggemaskan.

"Aku bawa oleh-oleh buat kamu, kamu gak mau liat?" tanya lelaki itu.

Allexa menggeleng, "Kangen" ujar Allexa semakin mengeratkan pelukannya.

Lelaki itu semakin tersenyum, mengelus pundak gadisnya penuh kasih.

"Hey udahalan dulu pelukannya, ayo makan" ujar sang mamih yang berdiri di ambang pintu.

"Mamih ganggu aja" ujar Allexa membuat mamih nya terkekeh.

"Ayo makan dulu Gal" ajak sang mamih lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Ayo makan dulu sayang, nanti kangen-kangenan nya lagi" ujar lelaki yang dipanggil Gal itu.

Allexa mengangguk, lalu mereka berdua beranjak menuju ruang makan.

Lelaki yang di panggil Gal itu teman masa kecil Allexa, namanya Galleo Smith Amron, lelaki bertubuh jangkung dengan kulit putih dan mempunyai wangi khas mint yang membuat Allexa nyaman, selain teman masa kecil, Galleo juga kekasih Allexa, mereka memiliki hubungan sejak sekolah menengah pertama, hanya Diyelline yang tau karena masa-masa itu Allexa hanya berteman dengan Diyelline, Allexa dan Galleo menjalani LDR karena Galleo menempuh SMA nya diluar negeri, tapi lelaki itu selalu memberi kabar kepada Allexa, sebab dari itu hubungan mereka masih berjalan sampai sekarang.

Memang Allexa ni diem-diem menghanyutkan.

Diyelline merebahkan tubuh nya di atas kasur, membuka iPad nya untuk melihat perkembangan hal yang sudah dia buat, senyum nya terukir.

"Bermain-mainlah sampai kalian puas, setelah itu biarkan aku yang bermain-main dengan kalian, sampah" ujar Diyelline menyeringai menatap orang-orang yang berada di dalam iPad nya.

Tiba-tiba pintu kamar nya di ketuk.

Bana masuk seraya membawa kotak p3k.

"Obatin, lo berani nonjok berarti berani ngobatin juga" ujar Bana membuat Diyelline memutar kedua bola mata nya malas, baru segitu juga.

"Gara-gara lo nih cewe gue nangis" ujar Bana yang langsung di timpuk botol Betadine oleh Diyelline.

"Cewe lo cewe lo, jadian aja belum" ujar Diyelline.

"Nanti gue jelasin ke dia, setelah gue jelasin buru deh lo ajak jadian, kasian temen gue di gantung sama landak kayak lo" hina Diyelline kepada Bana membuat Bana menatapnya malas.

Bana dan Diyelline ini sepupuan, tak ada yang tau karena ya tidak ada yang nanya, Diyelline sengaja melakukan itu karena Naraya.

"Mantep kan acting gue" ujar Diyelline bangga membuat Bana menoyor kepala nya.

"Lo buru ya jadian, Tante Vaya udah ngedesek gue nih" ujar Diyelline kesal.

"Iya, udah lo jelasin dulu ke dia aja, biar semuany aman" ujar Bana dan Diyelline hanya mengangguk.

"Dah sana lo ah, ganggu aja" usir Diyelline lalu Bana keluar dari kamarnya seraya mengacungkan jari tengah.

Diyelline kembali fokus melihat layar di ipad nya.

"Gak sabar, cepet dong, gak sabar banget liat sampah ngoceh".





🍁 Grazie 🍁


⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝⸝⁠⸝⁠⸝ ӦӦӦ ⸝⁠⸝⁠⸝

|| quattro donne ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang