18

105 5 0
                                    

"Jenna, jadi gini, saya sangat tertarik sama kamu untuk bekerjasama di Edge Top Model. Apa kamu bersedia?"

Jenna mendadak nge-blank mendengar itu. Sebelum suara Stella menyadarkannya.

"Jen? Lo kok malah diam?"

Jenna mengerjapkan matanya, "ma-maksudnya, Pak?"

"Kamu lihat." Pria baya itu menunjukkan sebuah kartu nama.

Jenna melihat kartu nama tersebut, nama pria baya itu adalah Aldrick Hariyanto, disana menyatakan kalau pria itu adalah fotografer di sebuah agensi model. Jenna sangat syok, dan...tidak percaya.

"Di perusahaan sedang mengadakan audisi untuk mencari beberapa model, saya mau ajak kamu untuk ikut . Kamu tinggi, cantik, dan ada passion dibidang itu. Saya harap kamu mau."

Jenna rasanya ingin menangis. Tanpa ba-bi-bu, gadis itu pun mengangguk.

"Iya, saya mau mencoba."

"Syukurlah, boleh saya minta nomor telepon kamu? Besok akan saya beritahu jadwalnya."

Jenna menganggukkan kepalanya alu segera memberikan nomor teleponnya.

😜😜😜

Dari rumah Stella, Jenna kembali ke kampus karena Rey akan menunggu disana. Setelah semuanya ia lalui, akhirnya ia mendapatkan tawaran kerja.

Pekerjaan brand ambassador yang dulu, ia merasa seperti di ghosting. Tidak ada kabar sama sekali, kalaupun sudah tidak membutuhkan Jenna, apa susahnya memberikan informasi atau semacamnya?

Mata Jenna berkaca-kaca, ia ingin menangis, ingin sekali memberitahu tentang kabar ini kepada Ella. Namun, masih belum ada kabar hingga saat ini.

Jenna menaiki angkot menuju kampus. Setelah sampai, ia menuju parkiran. Disana ada mobil Rey, namun orangnya tidak ada. Jenna seketika memandangi sekitar berniat mencari Rey, namun pria itu tidak kelihatan.

"Janjian jam berapa si emang?" ucap Jenna pada dirinya sendiri.

"Woy Jenna! Ternyata lo disini."

Jenna menoleh dan menemukan Liana yang berlari kecil ke arahnya.

"Gue ke kelas lo, tapi kosong. Lo kemana aja?" ujar Liana.

"Gue ada urusan, kebetulan gak ada matkul ketiga." jawab Jenna. "Emangnya ada apa lo nyari gue?"

"Ikut gue yok."

Jenna mengernyit heran. "Mau kemana?"

"Kita makan, gue traktir." ucap Liana.

"Yahh gue gak bisa. Gue udah ada janji sama temen."

"Siapa?" tanya Liana.

Jenna tidak menjawab, melainkan menatap sekitar mencari keberadaan Rey. Lagi.

"Ini mobilnya, tapi orangnya gak tau kemana."

"Cewek apa cowok?" tanya Liana.

"Hm...cowok."

Liana seketika melotot. "Jangan-jangan pacar lo ya?"

Disana, terlihat ada Rey keluar dari kampus menuju parkiran sehabis menemui temannya yang merupakan seorang dosen. Pria itu tersenyum ketika melihat Jenna disana lalu memanggil gadis itu.

"Jenna!"

"Ehh bukan--" ucapan Jenna pada Liana terpotong ketika seseorang memanggil namanya.

Jenna dan Liana sontak menoleh, menemukan Rey dengan rambut yang berantakan karena angin.

"Kamu sudah sampai? Dari kapan?" tanya Rey setelah berdiri di hadapan Jenna.

Jenna tersenyum, "baru aja, Dok."

Liana menatap Rey dari atas sampai bawah, matanya tak berkedip ketika melihat sesosok pria dengan kaos hitam dibalut jaket jeans putih, jangan lupakan lengan jaket yang digulung hingga siku, membuat Rey tampan berkali-kali lipat bagi Liana.

"Lo yakin dia orangnya?" bisik Liana.

Jenna menganggukkan kepalanya.

"Anjir Jen, tuh cowok ganteng banget. Keliatan banget outfit sama mukanya tuh mahal." bisik Liana. "Lo nemu dimana cowok model kayak gini? Gue jadi pengin." lanjutnya berbisik.

Jenna menghela nafasnya, dia juga heran dengan Rey. Kenapa Rey bisa se-ganteng itu.

"Kamu udah gak ada kelas 'kan?" tanya Rey.

"Gak ada Dok. Oh iya, kenalin Dok, ini temen saya." Jenna memperkenalkan Liana, dan dengan riang gembira Liana pun berkenalan dengan Rey.

"Liana." ucap Liana dengan senyum senang.

"Rey." balas Rey lalu ia melepaskan jabatan tangannya. "Yaudah yuk Jen." lanjutnya.

"Ehh pada mau kemana?" tanya Liana keheranan.

"Gue ada urusan. Duluan ya, Li." jawab Jenna.

Liana menatap kepergian mobil Rey yang melaju keluar parkiran kampus. Ada rasa iri yang mengganjal hatinya melihat Jenna bisa dekat dengan si tampan Rey.

Liana menghela napasnya lalu segera pulang. Namun, justru ia melihat Anhar. Liana memikirkan sesuatu sejenak, kemudian menghampiri Anhar.

"Pak, Assalamualaikum."

Anhar menghentikan langkahnya mendadak. "Iya, Waalaikumsalam."

"Bapak nyari Jenna ya?" Anhar tidak menjawab, pria itu malah menaikkan sebelah alisnya.

"Tadi saya liat, Jenna pergi. Sama cowok."

Mendengar itu, Anhar terdiam.

"Tapi Jenna kasih tau ke saya, katanya Pak Anhar boleh minta nomor teleponnya." ucap Liana mengada-ada.

Menurutnya, Anhar sangat menyukai Jenna. Namun entah kenapa Jenna seperti menghindari Dosen itu.

✨✨✨

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang