26

168 5 3
                                    

Anhar meremas handphone ketika membaca pesan dari Jenna. Hatinya sakit mengetahui Jenna sudah dilamar orang lain. Ia merasa tidak terima. Anhar tau dia bukan siapa-siapanya Jenna, tapi hatinya tidak ikhlas dengan kenyataan ini.

Ini juga salah dirinya yang telat melamar Jenna serta memberikan kabar kepada perempuan itu. Mungkin jika tepat waktu memberi kabar, Jenna akan menunggunya. Dan ini semua tidak akan terjadi.

Anhar menaruh handphonenya diatas nakas dengan kasar, ia lalu melenggang keluar kamar.

Diluar, ada Kakek dan Toni yang sedang menonton bola. Keduanya menatap Anhar yang melengos begitu saja.

"Har? Kamu mau kemana?" tanya Kakek.

Anhar tidak menggubris ucapan sang kakek, pria itu tetap melangkah pergi dengan wajah menahan amarah. Entahlah kemana ia akan pergi.

"Toni, anakmu kenapa itu? Keliatan marah gitu." ucap Kakek.

"Gatau Pa, apa ada masalah ya?"

Tak lama, Anhar tiba di sebuah rumah. Pria itu turun dari motor lalu segera mengetuk pintu.

Tok.. Tok...

Cklek.

"Ehh nak Anhar datang. Ayo silahkan masuk nak." ucap Retno yang merupakan ibunya Cynthia.

Anhar hanya diam, ia mengangguk lalu duduk di sofa.

"Mau ketemu Cynthia ya? Sebentar ya, ibu panggilkan dulu."

Anhar hendak menjawab, namun terurung ketika Cynthia tiba-tiba datang. Perempuan itu tersenyum, membuat Anhar mengalihkan pandangannya.

Apakah perempuan itu gila? Anhar sudah memberitahu padanya kalau ia sudah ada calon yang akan ia lamar, namun reaksi perempuan itu sekarang seperti tidak terjadi apa-apa.

"Loh nduk, tiba-tiba dateng ngagetin aja."

Cynthia nyengir tak berdosa. "Cynthia bikin minuman dulu ya bu, buat Mas Anhar."

"Iya nduk, Mas Anhar ibu yang nemenin." ucap Retno.

Cynthia tersenyum, ia melirik Anhar yang tak menatapnya lalu melenggang ke dapur.

Retno menatap Anhar lalu segera duduk disamping pria itu.

"Bagaimana kabar Ibu, bapak sama kakekmu?"

"Semuanya sehat bu, alhamdulillah."

"Alhamdulillah kalo gitu."

Anhar tidak bertanya balik, ia sedang tidak ingin basa-basi. Ada hal yang harus Anhar sampaikan.

"Maaf Bu, saya kesini mau bicara sama pak Syahrul. Apa beliau ada?"

"Walahh, bapaknya Cynthia lagi kerja, nak. Emang ada apa toh?"

Cynthia datang lalu menaruh secangkir teh hangat ke meja.

"Diminum Mas." Cynthia tersenyum.

Anhar mengangguki ucapan Cynthia, lalu menyesap teh buatan Cynthia.

"Ada hal yang mau saya sampaikan. Kalau gitu, saya pamit bu tidak bisa lama-lama." Anhar berdiri membuat Retno ikut berdiri. Kemudian, Anhar menyalimi tangan Retno.

"Ohh iya iya, hati-hati ya nak Anhar." ucap Retno. "Nanti ibu sampaikan ke bapaknya Cynthia."

"Iya bu, terimakasih. Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." jawab Retno dan Cynthia.

Cynthia hanya diam sedari tadi, tatapannya gamang memandang kepergian Anhar. Apakah ia salah telah jatuh cinta pada pria itu? Pria yang bahkan enggan untuk melihatnya dan bertemu dengannya.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang