04

199 7 0
                                    

Benar-benar tampan.

"Kamu, ada apa?" ucapnya.

Jenna mengerjapkan mata, lalu mengalihkan pandangannya. "Saya mau nanya," ucapnya tanpa berani menatap pria di hadapannya.

"Silahkan masuk. Tadi saya sudah bilang masuk tapi kenapa kamu gak masuk?" ucapnya seraya masuk ke dalam ruangannya.

Wajah Jenna nampak kebingungan. "E...maaf saya gak denger." ucapnya sambil membuntuti langkah dokter itu masuk ke ruangan.

"Ada apa?" Dokter itu duduk di sebuah kursi putar. Pria dengan lengan kemeja yang dilipat hingga siku dengan seluruh jari yang menyatu itu, menatap ku.

"Maaf saya ganggu dok. E...saya...mau nanya." Jenna terdiam sebentar karena grogi ditatap dokter ganteng bak malaikat seperti dokter di hadapannya saat ini.

"Iya silahkan nanya aja..." ucapnya terbuka.

"Emm..."

"Kenapa?" tanya Dokter itu dengan kedua alis terangkat.

"Gini Dok. Saya mau nanya, maksud dokter tadi itu apa ya? Yang Dokter bilang kalau udah di bayar pihak rumah sakit, maksudnya gimana Dok?" ucap Jenna tanpa menatap Dokter di depanya.

"Oh itu..." Dokter itu beroh ria. "Sebenarnya..."

Merasa ada yang aneh, Jenna pun menatapnya.

"Saya-"

"Dokter? Dokter yang bayar biaya ibu saya?" ucap Jena menyela ucapannya.

Dokter itu mengangguk kecil.

Jenna terdiam menahan emosi. Dokter ini seakan ikut campur urusan keluarganya. Dan ia tidak suka dikasihani.

"Kamu jangan--" ucapan dokter tersebut mendadak terhenti.

"Berapa semuanya Dok?" tanya Jenna cepat.

Dokter itu tidak menjawab, ia hanya terdiam.

"Berapa Dok? Saya sanggup kok! Saya mampu ganti bahkan saya mampu bayar biaya ibu saya tanpa bantuan siapa pun!" ucap Jenna dengan nada kesal yang tertahan.

"Biayanya...20 juta." ucap Dokter itu.

Jenna terkejut mendengar nominal itu. Ia menatap dokter tersebut tak percaya.

Segitu sanggup? Dasar lo sok sok an, Jen!

Tak mau menampakkan wajah miskin, Jenna bedeham.

"Saya akan ganti uang dokter secepatnya, kalo gitu saya permisi." final Jenna.

Suara decitan kaki kursi terdengar memenuhi ruangan. Jenna bangkit dari kursi kemudian melangkah pergi.

***

Pukul 19.50

Jena membuka lemari kemudian membereskan beberapa pakaiannya dan sang ibu ke dalam tas.

Jenna duduk di kasur, tangannya mengambil benda pipih dari saku celana lalu mencari nomor Dela.

Dela adalah teman kuliahnya. Kata temannya itu, kalau lagi cari kerjaan bilang aja padanya.

"Halo Del." ucap Jenna saat telpon tersambung.

"Halo Jen, ada apa?" tanya Dela disebrang.

"Del gue butuh pekerjaan dari lo. Lo pernah bilang kan kalo ada yang butuh kerjaan kabarin lo."

"Ohh iya iya. Lo mau kerja apa?"

"Apa aja Del, yang penting gue dapat uang banyak." ujar Jenna.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang