09

154 6 0
                                    

"Hfft! Ngeselin banget jadi cowok!" gumamku kesal. Langkahku mendadak berhenti saat dokter Rey bertanya.

"Kamu mau kemana?" tanyanya.

Aku menatapnya tak berekspresi. "Ke dalam!" Akupun melanjutkan lagkahku.

"Se--"

"Rey!"

Aku tak memperdulikan dokter Rey dan satu orang yang tadi memanggil nama pria itu. Aku sudah tau siapa dia, Dokter Ameera.

Aku menarik kursi kayu lalu mendudukkan bokongku di sana. Tangan ku tergerak mengambil ponsel di saku celana lalu mengetik dial nomor ibuku.

"Halo Jenna."

"Halo, bu aku udah sampe."

"Alhamdulillah, udah makan belom? Kapan pulang? Oh iya jangan lupa ya bawa oleh-oleh khas Bogor." Cerocosnya.

Aku menghela napas. Bibirku yang hendak menjawab terhenti terus seperti ikan kekurangan air.

"Bawain mochi, mie soto bogor sama kerak telor tuh kesukaan ibu." Lagi. Akupun hanya pasrah. Perkataan ibuku mungkin saja masih aku ingat, tapi gak tau nanti saat hendak pulang.

"Kerak telor mah bukan dari Bogor bu tapi dari Jakarta." Koreksiku.

"Masa sih? Setau ibu mah di Bogor." Ucapnya.

"Jakarta bu. Yaudah nanti aku bawain tapi kalo gak lupa ya."

"Awas aja kalo lupa!" Ancamnya.

"Iya bu iya gak lupa. Yaudah ibu istirahat ya kemungkinan aku pulangnya sore."

"Iya dan inget tuh jangan sampe lupa."

"Iya ibuuu, siap bos!"

Di sebrang aku mendengar tawa kecil darinya.

"Jangan lupa sholat."

"Iya bu aku udah sholat kok."

"Yaudah ibu tutup."

Tut.

"Ternyata di sini."

Suara itu membuat aku menoleh, dokter Rey datang bersama dengan piring di tangannya. Pria itu menaruh piring ke meja lalu menarik kursi dan duduk di hadapanku.

"Saya disuruh kasih ini ke kamu." Ucapnya.

"Makasih." Ucapku lalu mengambil sosis bakar dan melahapnya. Kebetulan aku lapar ehehe. Gausah gengsi di depan cowok, karena gengsi itu menyiksa diri.

"Tapi kok ini banyak?"

"Sekaligus punya saya." Ucapnya lalu ikut melahap sosis bakar. "Padahal tadi saya ngambil obat nyamuk untuk kamu."

Aku hanya diam seraya menaruh tusuk sate di tepi piring, lalu beranjak mengambil minum. Aku mengambil dua air mineral kemasan sekalian untuk dokter Rey.

"Dokter kenapa sksd sih sama saya? Kita kan gak kenal." Ucapku seraya meletakkan air mineral ke hadapan dokter Rey.

(Sksd : Sok Kena Sok Deket)

"Tak kenal maka tak sayang." Singkatnya.

"Yah sayang doang salah tuh, harusnya tak kenal maka ta'aruf." Jawabku lalu meneguk air mineral.

"Kapan mau saya seriusin?"

Uhuk uhuk..

"Minum pelan-pelan." Dokter Rey memberikanku tisu yang langsung aku gunakan untuk mengelap jejak air di bibir.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang