24

155 5 0
                                    

-04.30 wib

Jenna membuka mata ketika alarm di handphonenya berbunyi. Ia kemudian duduk, mengumpulkan nyawanya seraya mengucek mata.

Tidak ada Rey di sampingnya, karena Jenna dan Rey belum berani tidur berdua dalam status mereka yang hanya menikah siri. Takut terjadi yang tidak tidak, mereka pun memutuskan untuk pisah kamar.

Jenna tidur di kamar Rey, sementara Rey tidur di kamar Kiran.

Jenna bergegas untuk mengambil wudhu, lalu menggelar sajadah dan memakai mukena.

Cklek.

Terlihat Rey datang, membuat Jenna menolehkan kepalanya.

"Kita sholat berjamaah. Saya ambil wudhu dulu, tunggu ya." ucap Rey dan berlalu ke kamar mandi.

Jenna hanya diam sambil memandang pintu kamar mandi, tiba-tiba saja ia tersenyum. Kalau dulu Rey menjadi imam sholat berjamaah bersamanya dan teman kampusnya, kini hanya Jenna seorang yang akan di imami oleh Rey.

Terlihat Rey keluar dari kamar mandi, rambut dan wajahnya yang basah membuat ketampanan pria itu bertambah.

"Nanti saya ada praktek jam delapan, kita perginya sehabis saya praktek ya?"

Jenna mengangguk. "Iya dok, saya juga ada latihan jam sembilan."

"Jam berapa selesainya?" tanya Rey seraya menggelar sajadahnya.

"Abis dzuhur, dok." jawab Jenna. "Kalo dokter Rey?"

"Sama kita, nanti kamu saya jemput ya?" Jenna menganggukan kepalanya.

Mereka pun melaksanakan sholat berjamaah dengan khusyuk.

.

"Dokter mau saya buatin teh? Kopi atau susu?" tanya Jenna kemudian mengambil segelas air diatas nakas lalu meneguknya.

"Coba pinjem gelasnya." Rey mengulurkan tangannya pada gelas yang Jenna pegang.

Jenna mengerutkan dahinya bingung, lalu memberikan gelas itu kepada Rey yang diambil alih oleh pria itu.

"Mau minum air aja, lebih segar." ucap Rey.

Jenna menatap Rey yang sedang minum dengan tatapan tak mengerti, masalahnya Rey minum di tempat bekasnya.

"Dokter Rey gak jijik apa minum bekas gue?" -Batin Jenna.

"Dok..." ucap Jenna menggantung.

"Hm?" Rey mengangkat kedua alisnya.

"Tadi.. Dokter minum di tempat bekas saya." lanjut Jenna pelan.

"Iya gapapa."

"Emang dokter Rey gak jijik bekas saya?" tanya Jenna dengan polos.

Rey menggelengkan kepalanya. "Enggak sama sekali, kamu kan istri saya." ucapnya dengan senyuman.

Jenna ikut tersenyum, salting. "Yaudah, kalo gitu saya ke luar dulu dok."

"Mau kemana?"

"Mau ke dapur, bantu siapin sarapan."

Rey mengangguk, tangannya mengelus pipi Jenna. "Sebentar."

Jenna menatap Rey dengan bingung, "kenapa--" ucapan Jenna terhenti ketika Rey memajukan wajahnya dan...

Cup.

Pria itu mencium pipi Jenna. Membuat jantung perempuan itu berdegup cepat.

Rey tersenyum setelahnya. "Udah, kamu boleh ke dapur."

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang