07

182 7 0
                                    

Jenna pov

Aku naik ke dalam bis, netraku menelusuri bangku kosong lalu duduk disana.

Aku melambaikan tangan pada salah satu temanku yang satu tempat duduk denganku, namanya Lela.

Namun tiba-tiba bangku disamping ku terisi. Aku menoleh cepat menatap orang yang berani-beraninya duduk tanpa seijin ku.

"Ishh! Luthfi lu ngapain sih! Ini tempat buat Lela! Sono ih lu pergi!" usirku pada Luthfi. Cowok itu malah cengengesan.

"Gua mau duduk bareng mantan, siapa tau balikan lagi." ucapnya.

"Luthfi sono pergi!" itu suara Lela.

"Yeh lu di situ tuh bareng Rijal. Dia demen sama lu!" ucap Luthfi mendapati pukulan dari Lela.

"Pergi gak lu! Gua bilangin buketu nih ya!" ancam Lela dengan kesal.

"Sono bilang. Gua mau duduk bareng mantan emang apa salahnya?" ucap Luthfi dengan gerakan tangan.

"Mantan itu harusnya dibuang! Kayak gini nih," aku mendorong kencang tubuh Luthfi. Pas banget dia memiliki tubuh kerempeng, jadi dengan mudahnya dia terjatuh.

Aku menarik tangan Lela untuk duduk di bangku samping ku lalu kami tertawa.

"Akh!" ringis Luthfi sambil memegangi tangannya yang terkena kaki bangku. "Dasar mantan terkampret!" ejek Luthfi lalu melangkah pergi.

Aku menutup mulut ku untuk menahan tawa saat melihat muka kocak cowok itu.

"Gua dapet fotonya nih," ucap Lela tiba-tiba.

"Hah? Foto apa?" tanyaku bingung.

"Foto desanya. Gak terlalu kumuh si, cuma nanti kita disuruh bantu bersihin sama menghibur anak-anak disana." Lela menunjukkan sebuah foto di hpnya.

Aku manggut-manggut.

"Kata buketu juga nanti ada dokter gitu yang dateng. Para dokter di tugasin buat memeriksa kesehatan warga di sono." ucap Lela lagi.

"Emangnya, dokter kerjasama gitu sama kampus kita?"

"Em...mungkin."

....

Tak terasa, 5 jam perjalanan akhirnya tiba di tempat tujuan. Aku turun dari bis lalu mengamati suasana pedesaan. Kemudian aku tersenyum seraya menarik napas dalam menghirup udara segar dan sejuk disini.

"Jena, Fani kalian tata box makanan itu di sana ya!" suruh buketu seraya menunjuk sebuah plastik.

Aku tersenyum lalu mengangguk. Kemudian menata box makanan bersama Fani untuk makan siang nanti.

"Jen kesono kuy!" seru Fani mengajak ku ke sebuah tempat yang menghubungkan hutan.

Aku menatap tempat yang di tunjuk Fani lalu menggeleng. "Jangan ah, serem."

Fani mencebikkan mulutnya. Setelah selesai , kami menghampiri kak Titi. Tapi saat dijalan, tiba-tiba ada anak kecil yang terjatuh.

Aku melotot lalu menghampiri anak kecil itu.

"Kamu gapapa sayang?" tanya ku sambil mengusap-usap dengkulnya yang terdapat pasir disana.

Anak kecil itu terdiam detik berikutnya menangis kencang.

Aku terkekeh. "Cup cup sayang jangan nangis ya..." aku mengusap kedua pipinya yang dipenuhi air mata.

Anak kecil itu sesenggukan. "Oh iya, kak Jena punya permen nih...nihh permen ceri mau gak?" ucapku dengan nada heboh berniat menenangkan anak kecil itu.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang