Happy reading, semoga suka.
Cerita ini seperti biasa, bakal fast update di Karyakarsa dan yang wattpad tetap update cuman ya agak slow ya. Di Karyakarsa sudah update sampai bab 6. Have fun.
Luv,
Carmen
_____________________________________________________________________________
Tangan Craig yang besar dan atraktif itu bergerak menekan pintu di samping kepalaku, menahanku agar tidak membukanya dan kabur keluar.
"Never walk away from me," raungnya pelan dan kembali membalikkan tubuhku agar menghadapnya dan tiba-tiba saja aku mengerti mengapa mereka menjuluki pria ini sebagai Naga.
Pria itu merunduk di atasku, kedua tangannya menekan daun pintu, memerangkapku di tengah. Mata biru abunya yang pucat tampak begitu dingin dan ekspresinya terlihat liar. Napas pria itu terdengar keras dan aku tidak akan terkejut jika dia mulai mengeluarkan api dari mulutnya.
Oh Lord...
Kedua lututku terasa bergetar dan tapi harga diri mencegahku menunjukkan rasa takut. Aku mendongakkan kepalaku lebih tinggi dan menantangnya. Aku tidak mungkin menunjukkan kelemahanku dan mundur dari pria sombong ini atau dia akan selamanya berpikir dia bisa menginjak-injakku.
"Jika ada yang mau kau katakan, Craig, katakan saja!" Lalu aku berpura-pura menunduk dan menatap jam di pergelangan tanganku sebelum mengangkat wajah dan tersenyum sangat manis padanya. "Aku masih ada meeting dengan George lima menit lagi."
Kilat dingin dalam mata pria itu berubah dan kini Sang Naga tersenyum padaku, senyum yang mengerikan, kalau boleh kutambahkan saat dia menelusurkan satu jarinya pada rahangku dan mengirimkan getar ke seluruh tubuhku. Aku terkesiap sementara pria itu terkekeh pelan. "Oh, jadi kau lebih suka bermain-main dengan George, tapi tidak denganku?"
"Aku tidak bermain-main dengan siapapun, terutama dirimu," semburku kesal dan lebih kesal lagi karena aku merasa sesak akibat jarak di antara kami. Jantungku berdebar begitu hebat dan aku terus menerus meyakinkan diriku bahwa itu karena aku merasa takut.
"Sayang sekali, Kaylee. Kau yakin kau tidak ingin bermain-main denganku?" tanya pria itu, matanya yang masih menyorot dingin terlihat misterius dan tak terbaca, aku tidak tahu apa yang ada di balik tatapan sedingin es itu.
"Bermain apa? Kucing dan tikus?" ejekku. "Denganmu? Oh kurasa tidak, terima kasih."
Pria itu menjulang lebih dekat dan napas panasnya terasa di kedua pipiku yang bersemu panas. "Lihat dirimu, Kaylee, bersemu merah seperti itu tapi masih saja mencoba bersikap sopan." Satu alis pria itu terangkat. "Apakah kau selalu mengucapkan terima kasih dan please?"
"Salah satu dari kita harus melakukannya."
Ucapanku sepertinya tidak membuat pria itu senang. Ekspresinya terlihat keras dan itu jauh lebih menakutkan daripada tatapan dinginnya. Aku mencoba mengingat cara untuk bernapas dan berdoa agar lututku masih bisa menopangku. Ada panas denyut yang tak asing di bagian antara kedua kakiku dan aku tahu itu berkaitan erat dengan Sang Naga dan aku benci sekali karena terpaksa harus mengakui hal tersebut.
Sial!
Tapi Craig benar-benar tampan, apalagi dari jarak sedekat ini.
Pria itu mendekat dan menutup jarak lagi, menutupi jarak pandangku dengan dada lebarnya itu dan dia menunduk, berbisik panas di telingaku. "Saat aku selesai denganmu, kau akan memohon padaku... please, please, Craig."