Bab 7B

1K 168 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca cepat, bisa ke Karyakarsa, bab 29-31 sudah update - babnya mengandung adengan 21+ ya.

Luv,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Luv,

Carmen

_______________________________________________________________________________

Aku duduk untuk sesaat, memikirkan perkataan pria itu. Apakah Craig pantas mendapatkan sebuah penjelasan? Tapi dia menanyakannya secara baik-baik, hampir sopan atau itu hanya taktiknya? Aku tidak mempercayai pria itu tapi aku merasa aku harus jujur padanya, setidaknya mungkin dengan begitu, kami bisa melupakan apapun yang pernah terjadi.

"Aku tidak seharusnya pulang bersamamu kemarin malam, itu adalah sebuah kesalahan, Craig," ujarku kemudian.

"Tapi tidak ada apapun yang terjadi," ucap pria itu dengan nada agak dingin. Ekspresinya lagi-lagi datar dan tak terbaca.

"Aku tahu, tapi bagiku itu adalah pilihan yang buruk. Aku juga tidak seharusnya menciummu," sambungku lagi, kali ini tak berani menatapnya dan hanya menundukkan kepalaku, berpura-pura tertarik pada garis permukaan meja kayu di hadapanku.

"Jika aku tidak salah ingat, aku yang menciummu," ralat pria itu.

"Baik. Tapi tetap saja, pulang dengan pria bukanlah kebiasaanku. Aku tidak pernah melakukan itu sebelumnya, Craig dan aku tidak seharusnya memulainya. Aku tidak berpikir jernih malam tadi, tapi tidur denganmu akan menjadi kesalahan." Aku kembali menunduk, menatap permukaan meja sambil memperhatikan pria itu dari sudut mataku. Craig kini melangkah mendekatiku.

Aku kembali melanjutkan. "Bagiku, itu sangat tidak profesional, Craig. Rasanya salah. Aku juga harus memikirkankan karirku, juga reputasiku. Aku sudah bekerja sangat keras untuk bisa mendapatkan pekerjaan di firma ini dan aku tidak bisa membuang semua itu hanya karena aku ingin tidur denganmu. Aku buka tipe seperti itu, Craig dan aku yakin kau juga bukan tipe pria seperti itu."

Pria itu berada di belakangku sekarang, berjalan mondar mandir seperti seekor binatang liar yang gelisah sementara aku terus melanjutkan. "Kita harus bekerja sama untuk menyelesaikan proyek ini dan setelah itu, mungkin aku akan berbicara langsung pada George agar tidak lagi mempertemukan kita dalam satu tim. Dia mungkin tidak akan suka, tapi inilah yang terbaik."

Craig merunduk dari belakangk, kedua lengan kuatnya mengungkungku dari belakang, menekan meja di sisi kiri dan kananku lalu suara beratnya berbisik parau. "Lalu bagaimana dengan kita?"

Aku mereguk ludah. "Bagaimana dengan kita? Tidak ada apapun yang terjadi, Craig dan kita sebaiknya menjaganya tetap seperti itu."

"Mengapa?"

Aku ingin memutar tubuhku dan menatap wajah Craig, tapi dia mengunci semua ruang gerakku. Bahkan panas napasnya terasa di leherku.

"Ke... kenapa?" gagapku. "Aku... aku sudah memberitahumu alasanku."

"Tidak," geram pria itu berbahaya, begitu dekat dengan telingaku. "Kau memang memberiku segudang omong kosong, semua argumen dan alasanmu panjang lebarmu tadi masih tidak menjelaskan alasan kenapa kau pergi begitu saja tadi malam."

"Aku sudah memberitahumu, bukan? Bahwa itu tidak benar. This isn't right, Craig."

Aku memang tidak bisa melihat wajah pria itu tapi aku tahu kalau saat ini salah satu alisnya pasti terangkat. "Aku lajang, kau juga lajang. Aku menginginkanmu dan kau menginginkanku. Aku tidak melihat ada masalah. Mengapa kau justru mempermasalahkannya?"

Aku mendesah frustasi dan wajahku mulai membara malu. "Oke, Craig. Aku ketakutan, oke? Apakah itu yang ingin kau dengar?"

"Kenapa?"

Fuck! Pria itu tidak akan membuatnya mudah untukku, bukan?!

"Aku takut. Kau membuatku takut. Ini..." Aku menyentuhkan tanganku pada punggung tangannya, dengan ringan, dengan ragu dan melihat bagaimana sentuhan itu mempengaruhi kami. "This... scares me, Craig. Aku sudah bilang padamu, aku tidak pernah melakukan ini sebelumnya, tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Kau... kau membuatku..."

"Hilang kendali?"

Aku merutuk dalam hati. "Ya! Kau membuatku bertindak impulsif, membuatku hilang kendali. Kau juga membuatku merasa begitu tidak berpengalaman, begitu bodoh, begitu ceroboh... dan... aku tidak menyukainya, oke? Sekarang kau puas?!"

"Kau pikir pria seperti apa aku ini, Kaylee? Kau membuatku terdengar seolah aku sangat berengsek. Seolah aku senang melecehkan gadis polos, seolah aku ini pria bajingan yang memangsa gadis-gadis lemah? Kau merasa terintimidasi dengan keberadaanku?"

"Itulah masalahnya! Aku tidak mengenalmu, Craig. Aku tidak tahu apapun tentangmu. Aku hanya tahu bahwa kau atasanku di kantor ini, kau arsitek jenius, tapi kau selalu membentak dan memarahi para bawahanmu, kau punya reputasi mengerikan di antara para arsitek di sini, kau tidak segan-segan merobek-robek bawahanmu yang membuat kesalahan. Kau juga memperlakukanku seperti itu. Kau berteriak dan menghinaku lalu di saat berikutnya, kau menciumku, kau lalu membawaku pulang tapi setelahnya kau membiarkanku pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Jadi aku tidak tahu kau pria seperti apa. Apa yang kau inginkan dariku? Aku tidak tahu!"

"Jadi apa yang ingin kau tahu dariku?" tanya pria itu kemudian, terdengar sarkas. "Aku 38 tahun, sepuluh tahun lebih tua darimu. Aku pernah gagal bertunangan karena wanita itu lebih memilih bersama pria yang lebih mapan. Aku menghabiskan sepuluh tahun terbaikku di sini dan berharap suatu saat George akan menjadikanku partner di firma ini. Bahwa aku sudah melihat ratusan arsitek junior datang dan pergi dan kau satu-satunya yang menarik perhatianku? Maksudku, kau berbakat, Kaylee. Kau begitu berbakat sehingga terkadang aku merasa tersaingi."

Aku merasa tercekik. "Ak... aku?" Aku tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan pria itu, tentu saja.

"Kau memiliki bakat, Kaylee. Aku sangat bangga tapi di saat yang sama, aku terkadang juga merasa tersaingi. Kau muda, penuh harapan, begitu antusias, aku seperti melihat diriku yang dulu di dalam dirimu. Tapi bagian tergilanya, aku menginginkanmu, aku sangat menginginkanmu, lebih daripada aku pernah menginginkan wanita lain. Itu mungkin terdengar klise, tapi percayalah, aku tidak melebih-lebihkan."

Aku bisa merasakan napasku yang semakin keras sementara pria itu terus berbicara. "Aku terjaga di malam hari, memikirkanmu dan semua yang ingin kulakukan padamu. Aku tidak peduli jika kau masih muda dan tidak berpengalaman, aku ingin mengajarimu semuanya tentang seks, aku ingin memenuhimu begitu dalam sehingga kau berteriak, aku ingin menunggangimu dengan begitu keras sehingga kita berdua hilang akal, aku ingin memenuhimu dengan gairahku sehingga kau bisa merasakan betapa dahsyatnya aku menginginkanmu, Kaylee."

Dia berhenti, napasnya terdengar keras di telingaku, tapi napasku juga berhembus keras. Aku tidak bisa bergerak, tidak bisa berpikir. Bayangan pria itu di antara kedua kakiku membuat seluruh tubuhku bergetar.

"Kau mengancam segala yang kumiliki, Kaylee... pekerjaanku, karirku, libidoku, kewarasanku, tapi aku tidak menyesal bertemu dan menginginkanmu." Pria itu mendekatkan dirinya dan menyapukan bibirnya pada tengkukku. "Kau sekarang tahu apa yang kuinginkan, apa yang kupikirkan, sisanya terserah padamu. Aku tidak akan mengganggumu lagi sampai kau yang datang padaku, Kaylee."

Dan setelah itu, Craig pergi.

Napasku yang tadi tertahan lepas dalam satu helaan keras. Aku lalu menekankan kepalaku ke permukaan meja yang dingin untuk menenangkan kulit panasku yang terasa membara. Aku tahu kalau aku harus bangun, berdiri dan berjalan keluar, kembali ke mejaku, kembali kepada pekerjaanku tapi saat ini aku tidak percaya kalau kedua kakiku bisa menopangku.

Hate to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang