Bab 3

1.4K 180 6
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, boleh ke Karyakarsa, Bab 12-13 sudah update, bab2 itu mengandung adegan 21+ ya.

Yang mau baca duluan, boleh ke Karyakarsa, Bab 12-13 sudah update, bab2 itu mengandung adegan 21+ ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Luv,

Carmen

______________________________________________________________________

"Tutup pintunya," ujar pria itu dingin saat aku tiba di kantor mewahnya itu.

"Kau seharusnya bilang, tolong tutup pintunya," balasku, berusaha membuat suaraku terdengar sama dinginnya. Aku juga kesal karena pria itu menginterupsiku di tengah-tengah pekerjaanku. "Atau kau bisa bilang, tutup pintunya, please, - kesopanan tidak akan membunuh seseorang, kau tahu?"

Dalam kekesalan, aku sama sekali tidak peduli betapa kasarnya aku terdengar. Pria itu melotot padaku dan jika saja tatapan bisa membunuh, aku mungkin sudah terkapar di lantai. Perutku kembali bergolak tapi aku berusaha mengendalikan rasa takut dan gugupku. Aku tidak boleh membiarkan pria itu menginjakku. Tapi aku tetap menutup pintu kantornya.

"Duduk. Please." Nada berlebih pria itu membuat napasku seolah ditarik dari paru-paruku.

Aku lalu duduk.

"Jadi kau sering berkomunikasi dengan Nyonya McNeil. Sudah berapa lama ini berlangsung?" Pertanyaan pria itu lebih terdengar seperti menuduh, seolah aku telah melakukan kesalahan besar.

Aku duduk dalam diam untuk sesaat, sambil mencoba mengontrol tanganku yang gemetar. Mengapa pria itu dengan mudah membuatku merasa bahwa aku sudah melakukan sesuatu yang salah?

"Sejak dari awal," jawabku dengan suara lemah. "Aku pikir kau tidak ingin direpotkan dengan hal-hal semacam ini karena George memintaku untuk mengontak langsung Nyonya McNeil saat dia menugaskanku untuk proyek ini."

Alis tampan Sang Naga terangkat naik. "Dan mengapa dia harus memintamu melakukan itu?" tanyanya kasar.

"Aku tidak tahu," jawabku kemudian. Aku sebenarnya ingin menambahkan bahwa kurasa karena aku bajingan busuk yang tidak punya keahlian berkomunikasi dan bersosialisasi. Tapi tentu saja aku tidak berani melakukannya. "Mengapa kau tidak pergi dan bertanya padanya saja?"

Mata biru abu pria itu menggelap dan tampak dingin, ekspresi itu membuatku ingin segera berbalik dan kabur tapi aku memaksa diriku untuk tetap duduk dan menghadapi pria itu. Apa yang sudah kulakukan sehingga dia begitu membenciku?

"Kau membuaku terkesan, Kaylee," ucap pria itu, nadanya rendah tapi mengandung rasa tidak suka yang kental. "Kau datang ke firma ini dengan pakaian ketat yang memamerkan lekuk tubuhmu dan membuat semua pria di sini terpesona hanya dalam hitungan minggu." Pria itu lalu menelusurkan tatapan dinginnya pada tubuhku dan membuatku bergetar di bawah tatapan tak berperasaan itu. Dan itulah saat pertama aku mendengarnya tertawa dan aku benar-benar tidak menyukainya, karena tawa pria itu mengalirkan getar ke sepanjang tulang punggungku.

Hate to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang