Bab 8

962 134 3
                                    

Mature Scene 21+

Happy reading, semoga suka. Part 32 - tamat sudah diupdate di Karyakarsa, bagi yang mau baca duluan.

 Part 32 - tamat sudah diupdate di Karyakarsa, bagi yang mau baca duluan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paket lengkap dari bab awal sampai tamat sudah tersedia juga ya.

Paket lengkap dari bab awal sampai tamat sudah tersedia juga ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

___________________________________________________________________

Aku memimpikan Craig malam itu – mimpi yang cukup jelas dan jernih sehingga ketika aku terbangun, aku masih mengingat potongan-potongan mimpi tersebut. Aku mendapati diriku terbangun, sendirian, berpeluh dan juga frustasi. Denyut di antara kedua kakiku membuatku semakin kesal dan frustasi. Aku tidak menginginkan pria itu dan segala yang menjadi perwakilannya tapi ternyata tubuhku terus menerus mengkhianatiku.

Seks tanpa cinta, tanpa status hubungan, aku tidak tahu apakah aku mampu melakukannya? Bisakah aku memanfaatkan gairah yang timbul di antara kami dan tidak terpengaruh oleh itu? Bisakah aku tidak melibatkan perasaan dan hati dan tidak merasa terikat dengan pria itu dengan cara apapun jika kami tidur bersama? Aku tidak yakin akan hal itu, aku juga tidak yakin kalau terlibat dengan Craig McFarLand merupakah hal yang baik.

Ya, aku tahu. Tubuhku menginginkannya. Ya, aku juga tahu kalau pria itu bisa mengajariku banyak hal. Dibanding dengan para pria muda lainnya, Craig terlalu ahli, terlalu berpengalaman, terlalu matang dan bahkan itu juga membuatku sedikit takut. Dihadapkan dengan pria secanggih itu, apa aku yakin aku bisa memisahkan antara hati dan tubuhku? Tapi gairah yang ditimbulkan pria itu padaku sungguh dahsyat. Hanya dengan berada di dekatnya, tubuhku sudah merespon dengan cara yang membuatku terkejut juga takut. Aku merasa aku selalu kehilangan kendali di hadapan pria itu.

Aku berguling ke sisi yang lain dan meninju bantalku dalam rasa frustasi yang membungkusku. Aku kini berusaha menghilangkah bayangan pria itu, yang telanjang di atas ranjangku dan yang sedang memberiku kenikmatan – aku berusaha keras menghapus potongan mimpi meresahkan itu dari benakku! Tapi yang ada, kebutuhan mengalir deras dalam diriku dan aku nyaris saja mengerang keras.

Bagaimana dengan Craig? Apa dia tersiksa seperti aku sekarang ini? Apakah dia juga berbaring sendirian di ranjangnya, terbangun, marah dan frustasi karena aku? Aku bisa dengan mudah meraih vibrator di laci nakas dan menuntaskan kebutuhanku - sudah terlalu lama, mungkin itulah yang menjadi masalah. Aku mungkin hanya butuh sebuah pelepasan.

Aku melirik jam di atas nakasku. Sial! Baru jam 3 lewat 10 menit, masih ada tiga jam lebih sebelum alarm berbunyi tapi sepertinya aku sudah tidak bisa terlelap lagi.

Damn McFarLand!

"Fuck!"

Aku menyerah lalu meraih vibrator di dalam laci nakas. Aku berusaha mengabaikan suara tawa kecil di dalam sudut benakku, yang menggodaku... Ya ampun, apa yang akan dikatakan oleh Sang Naga jika saja dia tahu kalau kau...

Shit! Shut up!

Aku memiliki sebuah vibrator pink kecil, hadiah yang kuberikan pada diriku sendiri setelah aku mendepak kekasih terakhirku dua tahun yang lalu. Aku membelinya dari sebuah toko online karena aku malu jika harus membelinya di toko mainan seks lokal – bagaimana jika ada yang mengenaliku, bukan? Jujur saja, aku hanya pernah menggunakannya beberapa kali. Dan rasanya sudah lama sekali aku pernah mengalami orgasme sehingga aku mulai ragu apakah aku masih bisa mendapatkannya?

Aku menyelipkan satu tanganku ke balik celana piyamaku dan menemukan lembap di antara kedua kakiku dan tubuhku mengejang saat jariku menyentuh klitorisku. Rasanya sungguh menyenangkan. Aku sudah lupa akan rasanya. Aku melenguh dan menyusupkan satu jemariku dan mendesah keras saat menemukan sumber panas lembap tersebut. Satu bulan yang lalu, aku bahkan tidak akan pernah memimpikan dan membayangkan pria itu melakukan semua ini padaku, tapi kini...

Hanya dia yang aku inginkan...

Vibratorku terlupakan, digantikan oleh jari jemariku sendiri, aku mencari dan mempelajari lagi rahasia tubuhku sambil terus memikirkan tentang pria itu. Aku bisa melihat wajah tampannya itu, bahu lebarnya, panas tubuhnya dan betapa menuntutnya ciuman pria itu.

Apakah ukuran tubuh bawah pria itu besar? Panjang? Oh, aku mendesah lembut. Tapi dengan ukuran tubuh sebesar itu, aku yakin itu sudah menjadi indikator yang sangat menentukan. Tapi tidak peduli seperti apa ukuran Craig, aku yakin dia akan bisa memenuhiku begitu dalam dan penuh sehingga aku akan menjerit dalam nikmat – seperti yang dijanjikan pria itu padaku kemarin siang.

Bayangan pria itu dan aku berhubungan seks memenuhi benakku. Apakah dia menyukai tubuhku? Apakah aku akan mennyukai tubuhnya? Apakah dia bisa menemukan dan menyentuh semua titik sensitif dan nikmatku? Apakah dia akan tahu bahwa aku sangat suka ketika puncak dadaku dikulum dan dihisap? Bayangan bahwa pria itu menunduk di atas dadaku, mulut laparnya mengisap rakus sementara aku terus menyentuh diriku di bawah dan klimaksku meledak dengan cepat. Aku mengerang nikmat dalam kamarku yang gelap.

Kontraksi dari orgasmeku memang mengirimkan getar nikmat tapi masih belum cukup untuk meredakan panas yang membakarku. Aku hanya seperti menggaruk rasa gatal itu sejenak dan kini rasa gatal itu menjadi-jadi. Dengan rasa frustasi yang mendesak, aku mendesah sambil berbaring menatap langit-langit kamarku yang gelap. Jam masih belum menunjukkan jam 4, malam masih lumayan panjang dan aku tidak bisa melakukan apapun, bahkan tidur sekalipun dan hanya bisa memikirkan tentang pria itu.

Craig McFarLand... this is insane.

Hate to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang