Happy reading, semoga suka
...
Andrea sudah duduk di meja kami yang biasa saat aku tiba di restoran yang biasa menjadi tempat janji makan siang kami. Dalam balutan setelan putih dan blus biru muda, dia memang terlihat seperti seorang pengacara yang sukses, penampilannya juga sempurna, dari kuku-kuku jarinya yang dipedicure sampai rambut pirangnya yang tertata indah.
"Aku sudah memesan untukmu," ujarnya saat aku duduk. "Kau selalu memesan menu yang sama, bukan?"
Aku tertawa. Ya, itu salahnya restoran ini karena memiliki salad bayam terenak di kota.
"Oke, langsung saja. Ceritakan semua padaku, sekarang," tuntut Andrea.
"Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kuceritakan," akuku kemudian. "Aku sendiri saja nyaris tidak percaya."
"Kupikir kau membenci pria bernama Craig itu." Wajah cantik Andrea terlihat bingung.
"Ya, aku membencinya. Atau kupikir aku membencinya." Aku lalu mengangkat kedua bahuku. "Aku tidak tahu. Entahlah. Satu menit yang lalu kami masih saling memaki lalu menit berikutnya kami..."
"Kapan? Di mana?" Andrea sampai mencondongkan tubuhnya ke arah meja agar bisa menatapku lekat-lekat.
Aku tertawa lalu menceritakan detailnya pada sahabatku itu.
"Oh ya ampun! Kau gila!" Andrea masih terkekeh setelah aku selesai bercerita. "Ini tidak terdengar seperti dirimu, Kaylee."
Aku memainkan sedotan minumanku. "Aku tahu, tapi bersama Craig, aku tidak bisa menahan diriku, Andrea!"
"Menurutmu kau bisa memiliki masa depan dengan pria itu?" tanya Andrea lagi. "Maksudku, ke mana hubungan kalian ini akan dibawa?"
Aku mengerang mendengar pertanyaan itu. "Aku tidak tahu, Andrea. Dia terkadang bisa sangat menyebalkan sehingga aku ingin menendangnya. Tapi begitu di atas ranjang, aku..."
"Dia membuatmu melupakan segalanya?" bantu Andrea.
Aku merona malu. "Ya, kurang lebih seperti itulah. Apa yang harus kulakukan, Andrea?"
"Kau punya dua pilihan," jawab Andrea sambil melambaikan garpunya dengan dramatis. "Kau bisa mengakui bahwa kalian tidak punya masa depan dan memutuskan hubungan itu atau kau tidak perlu mengharapkan apa-apa dan hanya menikmati seks yang liar dan hebat. Semua terserah padamu."
Aku mendesah pelan, lalu memasukkan salad ke dalam mulutku tapi sayangnya, aku tidak merasakan apapun. Aku tidak tahu apakah standar makanan restoran ini telah berubah atau hubunganku dengan Craig yang mempengaruhi seleraku.
"Aku tidak benar-benar membantu, bukan?" tanya Andrea kemudian.
"Kalau kau, apa yang akan kau lakukan, Andrea?"
Sahabatku itu menimbang sejenak sebelum menjawab. "Aku? Kalau seksnya memang sehebat itu, aku akan meneruskan hubungan ini. Tidak banyak pria seperti itu di muka bumi ini. Aku saja cemburu padamu." Kami lalu tertawa dan terkikik bersama seperti dua remaja tolol. "Kalau aku bilang, lebih baik kau menikmatinya selagi masih bisa."
Aku mengangkat minumanku dengan gaya bersulang lalu menyeringai pada sahabatku itu. "Baiklah kalau begitu, for the great sex!"
Andrea mendentingkan gelasnya pada gelasku. "Semoga bertahan selama mungkin!"
____
Full version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa
Luv,
Carmen