Happy reading, semoga suka.
Yang mau baca duluan dan lebih lengkap, silakan ke Karyakarsa. Bab 14-16 sudah update.
Luv,
Carmen
__________________________________________
Aku hampir tidak sadar saat ruangan di sekitarku mulai berubah gelap dan para karyawan mulai meninggalkan kantor ini, mengucapkan selamat malam dan menghilang satu persatu. Aku menjawab mereka tapi tak sekalipun kepalaku terangkat atau mataku meninggalkan sketsaku. Nyonya McNeil menelepon kembali tak lama setelah pertemuanku dengan George, memberitahu bahwa dia akan datang besok siang untuk menandatangani kontrak dan mereview estimasi biaya serta apa yang sudah kami rencanakan sejauh ini. Aku tentu saja setuju, dan kini berusaha menyelesaikan sketsa yang kubuat secepat mungkin. Bila perlu, aku bahkan akan lembur hingga pengerjaan ini selesai. Aku mengabaikan rasa kelu di tengkukku juga rasa lelah di kedua mataku.
Lalu sensasi menggelenyar seolah seseorang tengah mengawasi kini menjalar naik ke tulang punggungku. Aku dengan cepat mendongak dan melihat Sang Naga yang sedang berdiri di ambang pintu kantorku. Dia sudah melonggarkan dasinya sehingga sosoknya tampak lebih rileks. Di satu tangan, aku melihatnya memegang selembar kertas rancangan dan tangan lainnya memegang dua cangkir yang mengepulkan aroma yang harum.
“Ada… ada apa? Apa yang kau inginkan?” ucapku langsung, lebih karena terkejut.
Aku tidak ingin menatap pria itu terlalu lama. Mengapa dia harus terlihat setampan itu? Pasti akan lebih mudah menghadapi Craig jika saja pria itu gendut dan jelek.
Pria itu kemudian masuk dan meletakkan kertas rancangannya di atas mejaku dan yang mengejutkanku, dia menyerahkan satu cangkir teh panas untukku. Aku mengerjap terkejut dan menanyakan pertanyaan pertama yang terlintas di benakku. “Well, kau tidak memasukkan sesuatu ke dalam minuman ini, kan?”
Tawa pria itu terdengar tulus dan tidak dibuat-buat, nyaris hangat walaupun ekspresinya masih belum lembut. “Minum saja,” geramnya dengan suara berat.
Aku menyesap ragu. Earl Grey, dua sendok gula dan ditambah susu, persis seperti yang kusukai. Sebenarnya bisa dibilang, ini teh terenak yang pernah kucicipi setelah beberapa lama.
Aku lalu melirik rancangan yang diletakkan pria itu di atas mejaku – masih berupa gambar dasar yang kasar tapi garis-garisnya jelas dan kuat. Aku mengenali tulisan tangan pria itu. Rancangan itu masih merupakan rancangan awal yang masih sangat kasar, tapi tetap saja membuatku sangat terkesan. Pria itu memang genius.
“Kau yang menggambarnya?”
Alis pria itu terangkat, seolah tersinggung dengan pertanyaanku barusan.
“They’re very good,” tambahku.
“Tentu saja bagus,” jawab pria itu dengan sombong. Lalu dengan nada sedikit mengejek, ia melanjutkan. “Kau pikir apa yang kulakukan sepanjang hari di sini?”
Aku merasa sedikit bersalah mendengar perkataan itu. Aku bekerja keras selama tiga minggu ini tapi aku tidak sedikitpun berpikir bahwa Craig juga melakukan hal yang sama.
“Apa kita sudah siap untuk Mrs. McNeil besok?” tanyaku, agak takut mendengar jawaban pria itu. Aku tahu bahwa dia tidak akan berbohong dan ingin sekali mendengarnya mengatakan sesuatu yang positif. Satu lirikan pada gambar rancangan pria itu sudah membuatku merasa amatiran – Craig benar, aku hanyalah ikan kecil yang mencoba berenang di kolam yang besar.
Pria itu merunduk untuk menatap sketsa yang kubuat. Di mataku saat ini, sketsaku tampak agak tolol, seperti goresan asal-asalan dari sebuah struktur bangunan. Aku bahkan menambahkan warna pada beberapa outline dan entah kenapa, aku merasa malu.
Aku bermaksud membantu Mrs. McNeil agar lebih mudah memahami sketsa tersebut dan bahkan George tampak setuju-setuju saja tadi siang. Tapi entah kenapa, aku merasa kalau pendapat Sang Naga-lah yang paling penting buatku.
“Ini cukup bagus,” ucap pria itu sambil mengangkat skestsa dan memandangnya. Dia lalu menelusurkan telapaknya di sana, dengan lembut mengelus rancangan itu dan entah kenapa, aku merasakan hangat di tengah perutku, entah karena pujian pria itu, kedekatan kami atau aku sedang membayangkan tangan itu mengelus sesuatu yang lain…
Shit!
Aku biasanya hanya mendengar tentang reputasi pria itu tapi tidak benar-benar terlibat langsung di dalamnya. Kini aku tahu bahwa rumor itu bukan hanya sekadar rumor. Keahlian pria itu memang mengesankan. Tapi di sinilah aku duduk, di dekat pria itu, nyaris bisa merasakan panas napasnya dan hangat dari tubuh besarnya dan aku tidak bisa memikirkan tentang keahlian pria itu dalam bidang arsitek karena aku terlalu sibuk menepiskan pikiran-pikiran yang tak kuinginkan dan meredakan debar jantungku yang berloncatan.
Oh Lord…
Aku menutup mata dan berusaha menjauhkan diri dari pria itu, lalu mengambil napas dalam yang panjang untuk menenangkan debar jantungku. Ini adalah Sang Naga McFarLand, mengapa aku justru merasa gerah dan terganggu dengan kehadiran pria itu. Dia adalah pria yang telah membuatku ketakutan, meremehkanku, menghina dan mengejekku, aku bahkan tidak suka kepadanya tapi mengapa tubuhku memberi respon aneh pada pria itu? Mengapa aku berdebar untuknya?
Kalimat pria itu terhenti di tengah dan aku membuka mata dan melihatnya sedang menatapku.