Bab 10. Mereka Bermulut pedas

5.4K 346 10
                                    

Happy Reading!
Janlup vote dan komen!

Rhea terbangun saat gorden di jendela kaca besar di kamarnya ditarik, membuat cahaya matahari yang menyilaukan memasuki ruangan dan mengganggu matanya. Rhea mengangkat selimutnya untuk menutupi wajahnya, mencoba menghalangi sinar matahari yang mengganggu tidurnya.

Namun, tiba-tiba selimutnya ditarik dengan kasar dan dilemparkan ke samping. Rhea terpaksa membuka matanya, dan ekspresi kesal langsung terpancar di wajahnya saat ia menyadari bahwa orang yang mengganggunya adalah Arthur. Rhea bangun dari posisi tidurannya.

“Bisakah kau membiarkan aku tidur? Aku sangat mengantuk,” gerutu Rhea dengan suara yang penuh dengan kekesalan.

“Biasanya seorang istri akan bangun lebih pagi dari suaminya, sedangkan kau?” ujar Arthur sembari memijat pangkal hidungnya.

“Itu kan biasanya, aku ini spesies langka asal kau tau. Aku masih sangat mengantuk, badanku juga pegal-pegal, itu semua karena ulahmu!”

Arthur menautkan kedua alisnya pertanda bingung. “Aku? Tidak, tidak, itu salahmu sendiri. Kau tidur dengan tangan terlentang serta kaki yang terbuka lebar, bahkan wajahku sampai dipukul beberapa kali oleh tanganmu itu!” hardik Arthur dengan tatapan sengit.

Rhea membalas tatapan Arthur tak kalah tajam. “Kau harusnya tidur saja di sofa, tidak perlu menggulung badanku menggunakan selimut, lalu menjatuhkan aku ke bawah. Itu sangat menyakitkan.”

Perdebatan mereka berakhir ketika ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Arthur. Ah iya, Rhea semalaman tidur di kamar Arthur.

tok tok tok

“Masuk,” titah Arthur.

Seorang wanita berpakaian seperti pelayan datang sembari menundukkan kepalanya. “Maaf mengganggu yang mulia, diluar ada Duke Blanchard yang sedang mencari anda.”

“Baiklah.”

Pelayan itu keluar dari kamar Arthur.

“Cepatlah bersiap, aku akan menemui kakakku dulu,” ujar Arthur kemudian melenggang pergi. Rhea ikut keluar dari kamar Arthur, lalu berjalan menuju kamarnya sendiri.

***

Setelah selesai bersiap, Rhea menyusul Arthur di ruang tamu. Disana, terlihat Duke Blanchard sedang duduk bersama dengan Arthur, sembari menyesap teh yang dihidangkan oleh pelayan.

Sebenarnya Rhea sangat malas untuk menemui manusia menyebalkan kedua setelah Arthur. Lihatlah manik mata hijau Duke Blanchard yang sedang melirik sinis ke arah Rhea.

“Kau selalu terlambat, Duchess. Sangat disayangkan adik sepupuku malah menikah denganmu,” ujar Olivier dengan nada sinis.

Memang benar sih, Rhea selalu terlambat bangun. Tapi ada apa dengan ucapan pedas, serta lirikannya yang sinis? Mulutnya sama seperti wanita, cerewet dan selalu berkata pedas. Untung saja, orang tua Arthur sudah meninggal, anak dan keponakannya saja bermulut pedas apalagi orang tuanya.

Rhea menanggapi perkataan Olivier hanya dengan senyum simpul. Baru saja Rhea mendudukan bokongnya di kursi, mulut  Olivier sudah kembali nyerocos.

“Ku dengar, kediaman ayahmu dibantai habis-habisan oleh seseorang, seluruh penghuni kediaman mati secara mengenaskan. Namun, aku tidak melihat wajah sedihmu padahal ayah kandungmu baru saja meninggal.”

Rhea menatap Olivier dengan datar, ia jengah melihatnya. Ingin sekali Rhea berteriak di depan wajahnya, bahwa ia bukanlah putri dari Count Beaumont. Rhea menjadi serba salah, jika ia menampilkan raut wajah sedihnya kepada Olivier, ia pasti akan berkata,

Sangat tidak sopan, menyambut tamu dengan raut wajah sedihmu. Aku tau ayahmu baru saja meninggal, tapi menyambut tamu dengan raut wajah seperti itu akan sangat menggangu kenyamanan tamu.’

“Duke Blanchard, jika tujuan anda kemari hanya untuk mencibirku, lebih baik anda pulang saja,” ujar Rhea dengan senyum semanis mungkin.

Olivier mengetatkan rahangnya, mendengar perkataan Rhea yang mengusirnya. “Lihatlah istrimu, Arthur, dia bahkan tidak punya sopan santun kepada orang yang lebih tua darinya.”

Kuping Rhea sepertinya sudah sangat panas, ia memilih melenggang pergi meninggalkan Arthur dan Olivier.

***

Rhea mengintip dibalik pintu kamarnya, ternyata Olivier sudah pergi! Ia keluar dari kamar dan langsung duduk di sebelah Arthur. Rhea memeluk lengan Arthur dengan manja, lalu bersandar di lengannya.

Arthur menyergitkan dahinya, sikap perempuan di sebelahnya sangat aneh. Arthur menempelkan telapak tangannya ke dahi Rhea.

“Tidak panas, kenapa kau memeluk lenganku? Apakah roh penghuni kastil masih merasuki mu?” tanya Arthur merasa aneh dengan sikap Rhea.

“Arthur, bolehkah aku mengunjungi acara festival bunga besok?” tanya Rhea dengan nada manja.

Rhea tidak yakin Arthur akan memperbolehkannya untuk melihat festival bunga di alun alun kota, karena kejadian saat dihutan. Seperti cerita novel yang ia baca sebelumnya, male lead akan luluh dengan perempuan yang lemah, rapuh, dan manja. Jadi, Rhea memutuskan untuk membuat sebuah rencana, ia akan bersikap manja agar Arthur luluh dan memperbolehkannya untuk melihat festival bunga.

“Pantas saja kau bertingkah aneh, ternyata ada maksud tertentu,” ujar Arthur.

“Jadi, kau akan memperbolehkan aku untuk mengunjunginya 'kan?” ujar Rhea dengan mata berbinar.

Arthur tersenyum lembut menatap binar di mata Rhea. Ia menggelengkan kepalanya. “Tidak.”

Satu jawaban yang membuat senyum Rhea luntur seketika. Rhea memberengut kesal.

“Kenapa?” tanya Rhea.

“Apanya yang kenapa?” tanya balik Arthur.

“Kenapa kau tidak memperbolehkan aku melihat festival bunga?”

“Hanya ingin.”

Jawaban Arthur membuat wajah Rhea menjadi gelap. Sebenarnya bisa saja Rhea pergi sendiri ke alun alun kota untuk melihat festival bunga, tapi jika ingin melihat festival bunga akan dikenakan biaya. Sedangkan Rhea tidak diberi uang bulanan oleh Arthur, hanya karena Rhea tidak sengaja menghilangkan bolpoin kesayangan Arthur.

Bolpoin itu, sebenarnya tidak mahal, tapi benda itu adalah pemberian dari Evelyn tersayang.

Rhea menjentikkan jarinya, saat satu ide terlintas di kepalanya.

“Ayo melihat festival itu! Pasti Eve—ekhem, putri mahkota dan suaminya akan melihat festival itu juga.”

“Hmm, baiklah.” Benar saja! Arthur mau melihat festival bunga itu!

Bersambung...

Alurnya berantakan bgt plis😔

But, gimana tanggapan kalian soal bab ini??

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang