keputusan

547 35 4
                                    

"Sabina bukan itu?" Ucap seseorang dari kejauhan 



"Eh itu sabina woiii" teriak seseorang yang ternyata adalah naya,pacar marselino

"Ayo kita samperin"

"Sabina?" Panggil zia yang berada di sana juga

"Sabina?" 

"Bina?"

"Bin?"

"ZI SABINA KENAPA?"

"Capet telfon arhan zi " perintah naya kepada Zia

Dengan segera zia pun menelfon suaminya,arhan

Tidak lama arhan dan marselino tiba di tempat dimana zia dan naya menemukan sabina

"Sabina kenapa?" Tanya marselino

"Dia pingsan,cepet tolongin dia" ucap naya dengan nada khawatir

Dan akhirnya sabina di bawa ke rumah sakit


Sesampainya di rumah sakit

"Misi,ada keluarga dari sabina?" Ucap suster yang ikut menangani

"Saya,saya kakaknya" ucap zia,dia sudah menganggap sabina sebagai adiknya sendiri

"Baik,mari ikut saya ke ruang dokter" ucap suster dan setelah itu langsung berjalan menuju ruang dokter di ikuti oleh Zia juga tentunya

Di ruang dokter

"Saudari zia ya?" Tanya dokternya

"Iya saya sendiri " Jawab zia

"Jadi gini,saya mau ngasih tau kalau penyakit yang sudah di idap oleh pasien sabina selama 3 tahun ini sudah semakin parah,penyakitnya sudah tidak berada di satu titik melainkan ada di beberapa titik"

"Saya mau menyarankan,kalau pasien sabina kita rujuk ke rumah sakit yang ada di luar negri bagaimana? Disana teknologinya lebih canggih,peluang sembuh juga besar" ucap dokter panjang lebar

"Bolehkah saya berdiskusi dulu dengan suami?" Izin Zia

"Oh iya boleh silahkan" ucap dokter

Zia pun keluar ruangan dengan ekspresi yang sulit di artikan membuat semua orang yang berada di luar pun bertanya Tanya

"Ada apa?" Tanya arhan kepada Zia

Zia tidak menjawab melainkan menangis

Hiks

"Sabina..hiks sabinaaa" rancau zia di sela sela tangisanya

Arhan yang melihat zia seperti itupun lantas membawa istrinya ke dalam dekapanya

"Sabina kenapa sayang?" Tanya arhan kepada sang istri

"Sabina hiks dia sakitnya hiks" zia tidak sanggup untuk menyelesaikan kalimatnya dan akhirnya dia menangis sesenggukan

"Oke oke,sayang tenang.tarik nafas lalu buang" intruksi arhan 

Dan beberapa menit kemudian zia pun tenang

"Kenapa? Ada apa?" Tanya arhan lembut

"Penyakit sabina udah semakin parah,dia harus dapat perawatan lebih.dan itu ada di luar negri" ucap zia dengan pandangan kosong

Zia sedih,bagaimanapun dia sangat menyayangi sabina,sabina adalah adik yang zia jaga dan sayang layaknya adik kandung sendiri.mereka sudah berteman lama,oleh karena itu mereka menjadi sangat dekat bahkan sudah menganggap seperti keluarga sendiri

"Ini gimana? dia pergi sama siapa? Sabina sendirian" ucap zia yang lagi lagi mengeluarkan air mata

"Kita,kita yang bakal nemenin dia.udah kamu jangan sedih ya"

☆☆☆☆☆

"Gapapa kok kak aku sendirian aja,aku udah biasa" ucap sabina dengan senyuman

Dia sudah mendengar penjelasan dari zia tadi

"Ngga,kamu jangan sendiri.kaka temenin ya? sama bang arhan" ucap zia

"Kak?" Setelah mengatakan itu sabina langsung menangis

"Cup cup jangan nangis sayang" zia menenangkan sabina sambil memeluknya

"Kak trimakasih ya udah selalu ada buat aku,aku sayang banget sama kaka.kaka trimakasih mau jadi kaka aku "ucap sabina berderai air mata

"Iya sayang sama sama " ucap zia yang juga menangis

Arhan yang melihat pemandangan itupun seketika ikut menitikan air mata,ini sangat sedih

"Kak" panggil Sabina

"Tpi klo aku boleh minta,boleh ngga tentang ini di rahasiain aja? Khususnya rafael" ucap sabina,dia ingin agar rafaelnya terbiasa dan mulai bisa melupakan sabina

"Dia pasti nyariin kamu" bukan zia,tetapi arhan

"Dia udah ada naura bang,dia bisa kok tanpa aku.yakin" ucap sabina

"Okey kalau itu mau kamu"































Segini aja dulu sayyy



Glimpse of us || rafael struick × ocTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang