Vote dulu sebelum baca ☺️
____________________________Jam dinding menunjukkan pukul sebelas lewat empat puluh lima menit. Keadaan mansion Rajendra sepi. Seluruh manusia di mansion sudah terperangkap di alam mimpi mereka. Waktu yang tepat bagi para roh-roh di mansion berkeliaran sesuka hati.
Seperti saat ini, Dean dan anak itiknya yakni roh anak maid itu sedang duduk di dekat jendela ujung lorong. Mereka menatap bulan yang malam ini terlihat sangat indah. Bulat sempurna dan memancarkan cahaya biru.
Sebenarnya itu warna abu-abu.
"Tuan muda, kemarin aku melihat ibuku bertemu seorang pria, kurasa dia dapat melihatku" ucap sosok anak perempuan yang selalu menempel pada Dean.
"Lalu?"
"Pria itu menyuruh ibuku untuk merelakan kepergian ku, aku takut Tuan muda"
"Takut apa?"
"Aku takut tidak bisa bertemu Tuan muda lagi!! Huaaaa!"
"Dasar aneh"
"Iyakan, kita sudah bersama selama dua puluh lima tahun, mana mungkin aku bisa berpisah dengan Tuan muda, aku tidak akan sanggup hidup tanpa Tuan muda!! Huaaa!!"
Dean memutar kedua bola matanya. Lalu mendorong sosok anak maid itu menjauh darinya. "Kamu memang sudah mati"
Anak maid itu terdiam. Seperti baru menyadari sesuatu. "Iya juga ya, kita kan sudah menjadi hantu"
Dean menghela nafas. Berniat ingin beranjak dari tempatnya namun sosok di sampingnya itu malah menariknya dan memeluk lengan Dean erat. "Jangan pergi Tuan muda, dengarkan ceritaku sampai selesai"
Sebenarnya bisa saja Dean tidak mengikuti keinginan si sosok gadis itu, namun sejak dia tidak bisa berkeliling di dekat si bungsu hanya sosok anak maid inilah yang bisa dijadikan pengganti. Dean kesepian, sungguh. Meski roh di mansion ini juga tak terhitung jumlahnya, tetap saja Dean merasa ada sesuatu yang kosong. Hanya si bungsu yang bisa mengembalikan suasana hati Dean seperti sediakala.
"Ah, aku jadi ingin melihatnya" gumam Dean.
"Tuan muda kan tau jika ibuku tidak bisa melihatku...." Sosok anak maid itu terus berbicara meski dia tau jika Dean tidak mendengarkan ucapannya.
Ceklek
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Dean dan anak maid itu bersamaan menoleh ke asal suara. Mereka mendapati Levi baru saja keluar dari kamar Zeeval. Dia terlihat sempoyongan dan kedua matanya setengah terbuka. Alias Levi masih setengah sadar.
"Tuan muda, sepertinya Tuan muda Levi tidur sambil berjalan lagi"
Dean juga bingung. Sejak dulu Levi tidak pernah tidur sambil berjalan seperti ini, tapi semenjak kejadian terakhir kali itu (saat jiwa Levi ingin diambil oleh roh jahat) si bungsu sering tidur sambil berjalan. Dan tujuan utamanya tentu saja dapur untuk mencari susu strawberry.
Dengan langkah pelan, Levi berjalan ke arah tangga. Dean pun dengan sigap memantau adiknya itu. Sejenak melupakan niatnya yang tidak ingin melihat si bungsu.
Dengan langkah pasti Levi berhasil menuruni anak tangga dengan selamat. Meski setengah tertidur, dia sama sekali tidak menabrak benda apapun yang dilewatinya. Bahkan dia berhasil mencapai dapur dan langsung menemukan susu rasa strawberry dalam kemasan kesukaannya.
Herannya, Zeeval yang tidur bersama Levi tidak sadar jika adik bungsunya itu sudah menghilang dari sampingnya. Tapi untungnya, Levi hanya mengambil apa yang menjadi kesukaannya. Tidak melakukan sesuatu yang bisa membuatnya berada dalam bahaya. Jika hal itu terjadi, tentu saja Dean yang memantau Levi dua puluh empat jam akan melakukan segala cara untuk menyelamatkan adiknya. Apapun itu, seperti membanting kulkas misalnya.
Levi kembali berjalan menuju arah kamar. Berbeda dari mana dia keluar, Levi menuju ke arah kamarnya sendiri. Namun, belum sampai si bungsu membuka pintu kamarnya, Zeeval sudah keluar dari kamar dengan panik karena baru menyadari jika Levi tidak ada di sampingnya.
"Oh astaga, kamu membuat Kakak takut"
Dengan nafas yang masih terputus-putus, Zeeval segera menghampiri Levi dan menggendongnya di depan. Menepuk punggung Levi pelan untuk membuat si kecil kembali tertidur pulas.
Dean menghela nafas lega setelah melihat Zeeval menggendong adik bungsu mereka kembali ke dalam kamar. Setelahnya, Dean kembali ke ujung lorong untuk melihat bulan yang memang malam itu terlihat sangat indah.
Keesokan harinya, Zeeval sudah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya, sedangkan si bungsu masih tertidur pulas sambil memeluk boneka kesayangannya.
Tok tok tok
Pintu kamar Zeeval di ketuk dari luar. Si empunya kamar pun berjalan santai ke arah pintu dan membukanya. Ternyata itu Sylvia.
"Levi belum bangun, Sayang?" tanya Sylvia.
"Belum, Ma"
Sylvia masuk ke dalam kamar Zeeval dan melihat keadaan si bungsu yang benar-benar masih tertidur pulas. Tangan Sylvia terangkat untuk mengusap surai hitam sang anak. "Ya sudah, jangan dibangunkan"
"Iya, Ma"
Sylvia pun keluar dari kamar Zeeval. Dia kembali menuruni tangga menuju ruang makan.
"Anak-anak sudah bangun?" tanya Gerald yang sudah rapi dengan setelan jasnya.
"Sudah, Pa. Hanya tinggal Levi yang masih tidur"
"Oh, biarkan saja"
"Mama ingin ambil cuti, Pa. Akhir-akhir ini kita terlalu sibuk sampai tidak menemani Levi meski sebentar" ucap Sylvia meminta izin.
Gerald mengangguk mengiyakan. Memang benar akhir-akhir ini mereka sangat sibuk karena mendapat project yang besar yang bernilai milyaran. Mereka tidak bisa melepas project ini begitu saja.
Namun, jika memang Sylvia membutuhkan quality time bersama si bungsu, sebisa mungkin Gerald akan mengizinkannya. Ini juga demi kebaikan Levi agar tidak merasa kesepian.
Tak lama, ketiga putra mereka turun bersamaan dan duduk di tempat mereka masing-masing.
"Ma," panggil Aaron. "Sam mengirimkan pesan bahwa nanti jam sepuluh Jaegar ada pertandingan bola basket di lapangan dekat taman bermain. Kemarin Levi sudah berjanji untuk melihat pertandingan anak itu"
Sylvia hanya mengangguk. Waktu yang tepat untuk menghabiskan harinya bersama si bungsu. Jujur dia sedikit lelah mengurus pekerjaan kantor. Sesekali dia ingin duduk santai di rumah sambil menemani Levi seharian. Weekend pun Gerald dan Sylvia memantau project yang mereka tanda tangani.
"Ma-ma"
Suara serak khas bangun tidur itu membuat seluruh anggota keluarga menoleh. Ternyata itu si bungsu yang sudah berada di anak tangga terakhir. Mengusap mata dengan genggaman tangan mungilnya dan tangan yang bebas menenteng bonekanya.
"Ah, kesayangan Papa sudah bangun" Gerald beranjak dari tempat duduknya dan segera menghampiri si bungsu. Dengan satu gerakan dia mengangkat si bungsu dalam gendongannya.
"Aku haus"
"Sini Sayang, minum dulu" Gerald mendudukkan Levi di kursi samping Sylvia.
Sylvia menuangkan segelas air putih dalam gelas lalu memberikannya kepada Levi. Si kecil pun langsung meminum habis air tersebut.
Sebenarnya Levi belum benar-benar bangun. Kedua matanya bahkan masih terpejam.
Tiba-tiba si kecil menarik tangan sang ayah untuk dijadikan sandaran. Sedetik kemudian, Levi kembali ke alam mimpi. Dengkuran halus terdengar dan itu membuat satu keluarga terkekeh melihatnya. Semakin hari Levi semakin menggemaskan.
Takut terjatuh, Gerald beranjak pelan-pelan lalu membawa si bungsu ke pangkuannya. Dia mengusap-usap lembut punggung si bungsu.
Sylvia yang tidak bisa menahan gemas mencubit pipi gembul Levi. Membuat si empu mengernyitkan keningnya. Sylvia terkekeh melihat itu.
"Dia memang sangat menggemaskan"
Ucapan Sylvia diangguki oleh Gerald dan ketiga putranya. Mereka pun menyantap sarapan tanpa membangunkan si bungsu.
Aku dah kehabisan ide😌
Mohon maapTbc
See you next chapter 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesayangan
Teen Fiction║𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀║ ❤️ UPDATE SESUKA HATI ❤️ Cerita Aiden, seorang anak berusia sepuluh tahun merenggut nyawanya sendiri dengan melompat dari jendela? Tapi bukannya ke alam baka dia malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak kong...