15. Seseorang Dari Masa Lalu

1K 101 9
                                    

Tamu-tamu yang biasanya datang saat acara berkumpul yang kini dilaksanakan menjadi sebulan sekali itu mulai berdatangan. Arumi tentu saja bergembira melihat kendaraan kini mulai memenuhi halaman depan rumah suaminya dan mulai memahami mengapa halaman rumah pria itu dibuat sangat luas, ternyata memang dirancang untuk saat-saat seperti ini.

Para penumpang dari beberapa kendaraan beroda empat berbeda itu keluar secara bersamaan. Reigan langsung menyapa dan menanyakan kabar begitu delapan orang dewasa serta empat anak-anak itu berjarak tak kurang dua meter darinya, mengobrol beberapa hal kecil.

Para orang tua lebih dahulu menyuruh anak-anak untuk menyapa dan menyalami Reigan, sementara mereka menyalami Arumi, dan kemudian melakukan hal yang sebaliknya.

Alih-alih langsung meninggalkan halaman untuk ke tempat biasa berkumpul, mereka lebih dahulu menunggu orang-orang yang belum sampai yang menurut informasi akan segera tiba dalam beberapa menit.

"Makin cerah aja muka lo bro!" seru Bumi sebagai orang yang kini berdiri begitu dekat dengan Reigan, pria itu tidak segan-segan menepuk bahunya dengan keras.

Mendengar seruan tersebut, jelas saja mayoritas orang di sana kembali menatap Reigan, demi melihat aura berbeda yang kini memang terpancar dari wajahnya. Bisa jadi memang dipengaruhi cahaya matahari yang kini menyorot begitu cerah sehingga wajah orang yang sedang diberikan godaan tersebut ikut cerah juga, tetapi setiap orang di sana pasti menyadari bagaimana sedari tadi kedua sudut bibir pria itu tersungging ke atas bahkan kini tertawa kecil sebagai respons menerima godaan.

"Pasti dikasih jatahnya lancar!" Saskia menyahut sebelum Reigan dapat membuka mulut untuk menyanggah godaan Bumi.

Reigan kemudian hanya menggelengkan kepala atas godaan dari sepasang suami istri itu. Berbeda dengan Arumi yang tengah mencium pipi anak-anak satu per satu, ia melirik Saskia dengan tatapan tajam bermaksud menegur, takut apa yang dikatakan wanita itu dapat mengkontaminasi otak anak-anak yang suci menyadari ke mana arah godaannya. Tentunya, Saskia membalas dengan kekehan, merasa puas berhasil menggoda Arumi.

Kurang dari 10 menit kemudian, dua mobil lainnya memasuki halaman dan langsung parkir di tempat tersedia. Lagi, penumpang benda-benda tersebut keluar secara kompak, ada Megumi yang tentunya bersama Rakan, Gyna, dan Maudya.

Satu lainnya seorang laki-laki seumuran keempat orang itu yang untuk pertama kalinya bergabung pada acara ini karena memang baru menginjakkan kaki lagi di negara ini.

Laki-laki itu menyunggingkan kedua sudut bibir ke atas dan mulai meloloskan kalimat sapaan kepada setiap manusia yang tertangkap indra penglihatannya.

Sebaliknya, Arumi terdiam kaku kala menatap wajah yang langsung akrab di ingatannya itu. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya lenyap seketika, jantung yang tadinya berdebar tenang kini bergerak menggila.

Arumi meremas ujung dress di masing-masing sisi tubuhnya ketika laki-laki itu mulai melangkah ke arahnya dan pada akhirnya mata mereka saling beradu.

Arumi gemetar. Suara-suara obrolan yang tadinya silih berganti memasuki indra pendengaran kini mendadak menghilang bersamaan dengan telapak tangan dan kakinya mulai mendingin seperti es.

Ketakutan menyerang.

Alih-alih menyapa Arumi lebih dahulu, laki-laki itu justru langsung mengalihkan tatapan dari Arumi kepada Reigan.

"Mas, apa kabar?" tanyanya seraya mengulurkan tangan yang langsung Reigan respons detik itu juga.

Setelah mendapatkan balasan, barulah laki-laki itu bergantian menghadap Arumi seratus persen dan melakukan hal yang sama seperti kepada orang-orang.

"Arumi!" sapa laki-laki itu dengan senyum yang tidak luntur sama sekali. "Apa kabar? Udah lama nggak ketemu!"

Arumi hanya menatap laki-laki itu. Mengabaikan uluran tangannya dan membiarkan tangannya menggantung di udara. Jangankan mengangkat tangan untuk membalas uluran tangan laki-laki itu, mengangkat ujung bibir supaya membentuk senyum untuk meresponsnya saja Arumi tidak tidak mampu.

Rasanya Arumi kehilangan orientasi, kehilangan sebagian fungsi tubuh saking terkejut atas pertemuan pertamanya lagi setelah sekian lama dengan orang yang kini berdiri di hadapannya itu.

Arumi semakin mengencangkan cengkraman pada dress yang dikenakannya.

"Lo nggak mau salaman sama gue?" tanya orang itu dengan raut kecewa yang sangat jelas hanya dibuat-buat saja.

Merasa harga dirinya terinjak karena diabaikan, ia menarik tangannya kembali, tahu Arumi juga tidak sudi membalas uluran tangannya.

"Kamu kenal Arumi?" tanya Reigan seraya mengangkat salah satu alis, mewakili orang-orang yang baru mengetahui juga kalau saudara mereka yang sebelumnya tidak pernah bertemu dengan istri Reigan itu, ternyata mengenalnya.

Pria itu penasaran karena selama ini adik sepupunya itu tidak pernah menyinggung soal Arumi sama sekali. Meski sedang belajar di luar negeri dan tidak menghadiri acara pernikahannya, Reigan yakin Shaka setidaknya melihat rupa Arumi dari foto yang diposting orang-orang yang hadir di acara pernikahannya di sosial media dan setidaknya laki-laki itu pasti menanyakan Arumi sekali saja kepadanya.

Sementara Arumi, Reigan memaklumi kalau Arumi tidak mengenal Shaka.

Selama ini Shaka melanjutkan pendidikan di luar negeri dan ia pun tidak pernah membawa Arumi berkunjung ke kediaman adik orang tuanya yang mana adalah orang tua Shaka. Maklum kalau Arumi tidak pernah melihat ternyata ada orang yang dikenalinya di salah satu foto keluarga suaminya.

Menjawab pertanyaan yang dilontarkan Reigan, Shaka kemudian menatap pria itu dan mengangguk mengiyakan.

"Gue selama ini sengaja nggak lihat foto-foto pernikahan lo karena gue pengennya liat secara langsung dengan mata kepala sendiri siapa istri lo. Sengaja gak mau maksain hadir di acara pernikahan lo begitu tahu nama istri lo familiar banget di gue karena mikirnya nanti aja gue ketemu istri lo pas gue udah nggak terlalu sibuk biar bisa ketemu lebih lama, biar gue bisa mastiin lebih leluasa apa istri lo itu sama dengan yang gue kenal atau nggak, dan nggak sia-sia, ternyata bener istri lo itu orang yang gue kenal, Arumi Putri Qianara."

Shaka mengakhiri kalimatnya dengan menatap Arumi. Jelas saja ucapan yang menyebut nama secara lengkap dan apa yang laki-laki itu lakukan kepada Arumi mengundang sorakan heboh dan beberapa godaan.

Orang-orang tampaknya telah salah paham atas kalimat Shaka. Namun, Arumi justru tidak menangkap sama sekali adanya unsur guyonan dalam setiap kata demi kata yang laki-laki itu lontarkan. Setiap kalimat yang lolos dari mulutnya, Arumi bahkan menahan napasnya dengan debar jantung yang semakin bertalu-talu.

Daripada jenaka, Arumi lebih menangkap sebuah ancaman dari nada yang laki-laki itu gunakan.

"Wah ini sih kayaknya ada yang keserobot sama abang sepupu sendiri!" sahut Bumi yang sontak mengundang kekehan beberapa orang, menyetujui kalimat itu karena memang ucapan Shaka lebih seperti seseorang yang tidak menerima orang yang disukainya telah memiliki pasangan lain.

Batara yang berdiri cukup dekat dengan Shaka, menepuk bahunya beberapa kali. "Cari cewek lain Shak, Arumi istri Reigan!"

Mendengar pernyataan yang dilontarkan Batara, Shaka sontak menatap pria itu dengan raut wajah tidak terima.

"Nggak Mas, gue nggak suka Arumi!" Laki-laki itu membantah. "Gue malah heran, Mas Reigan kok mau sih sama dia?!"

We Are CheatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang