05. Kamar Sebelah

933 79 0
                                    

Malam ini mereka melakukannya kembali. Setelah pergulatan panas tersebut berakhir, Arumi kembali meletakan sebelah tangan di dada telanjang Reigan, kepalanya ikut merebah di sana. Menikmati detak jantung pria itu yang berdebar cukup cepat hingga kemudian berangsur-angsur normal. 

Arumi sedikit mengangkat tubuh demi melihat sang suami tengah menatap langit-langit kamar mereka yang remang hanya diterangi lampu tidur.

Arumi pikir Reigan sudah masuk ke alam mimpi karena detak jantungnya yang teratur. Merasa ditatap, Reigan mengalihkan atensinya kepada Arumi.

"Kenapa?" tanya pria itu. Arumi hanya menjawab dengan gelengan, ia kembali merebahkan kepalanya.

"Mas?" panggil Arumi. Tangan yang terletak di dada pria itu tidak diam, dengan jari telunjuknya ia membuat pola lingkaran yang abstrak.

Reigan kemudian hanya hanya menanggapi dengan deheman yang cukup panjang. Tujuan Arumi memanggil adalah ingin meminta izin soal pemikirannya pagi tadi, mumpung suasana di antara mereka sedang damai dan syahdu.

"Mas, aku kan kerjaannya kebanyakan di rumah, terus punya banyak waktu gitu ... boleh nggak kalau tugas masak aku aja yang ambil?"

"Kamu nggak keberatan?"

"Enggak sama sekali. Masak kan hobi aku Mas."

"Ya sudah. Silakan kalau kamu nggak keberatan."

"Serius?" tanya Arumi senang, ia bahkan mengangkat kembali tubuhnya untuk menatap pria itu.

Reigan hanya mengangguk yang membuat Arumi memekik. Ia kembali merebahkan kepala, semakin merapatkan tubuh mereka dengan melingkarkan tangannya di dada pria itu dengan erat.

"Makasih ya Mas!" seru perempuan itu. 

Arumi bukan mau sok jago, tetapi memang ia sangat percaya diri kalau memang masakannya ini dijamin tidak akan mengecewakan. Sejak dirinya menginjak sekolah menengah pertama, masak menjadi tugasnya di rumah. Bukan tugas juga, tetapi sebuah kewajiban yang diberikan Mayang kepadanya tidak hanya memasak, tetapi juga seluruh pekerjaan seperti menyapu, mengepel, mencuci piring, dan mencuci baju. Itu kewajibannya di rumah kalau tidak mau dicaci dan dimaki oleh wanita itu karena wanita itu menganggap Arumi hanya menumpang di sana dan ia harus tahu diri dengan mengerjakan pekerjaan tersebut.

Ya, alih-alih menggunakan jasa asisten pembantu rumah tangga, wanita itu memanfaatkannya dengan baik, katanya agar hemat biaya.

Dari semua pekerjaan yang Arumi dapat, tentu yang sangat Arumi sukai adalah memasak. Dulu, Arumi tidak boleh makan kalau Alysa atau Mayang belum makan, ia tidak diperbolehkan sering-sering makan meski ia kelaparan, maka dari itu ketika waktunya masak Arumi sangat senang karena saat melakukannya ia bisa sambil comot-comot.

Dan dari seluruh pekerjaan yang Mayang beri, yang tidak pernah Arumi dapatkan protes, caci maki, dan hal-hal menyakitkan lainnya adalah memasak. Mereka cenderung akan diam saat makan, jarang mendapatkan protes apakah masakannya keasinan atau bahkan tidak enak.

Saat Arumi kuliah di perantauan, Arumi juga masak sendiri alih-alih beli. Di kostnya, ia sering bereksperimen mengenai berbagai masakan. Ia sudah terlatih memasak, jadi boleh kan ia percaya diri bahwa masakannya enak?

Arumi pernah dengar istilah, manjakan lidah suami dengan masakan agar tetap lengket. Itu juga tujuan Arumi, siapa tahu Reigan cepat-cepat mencintainya dan secepatnya keluar dari hubungan yang canggung ini.

Arumi capek sekali dengan kecanggungan yang ada di antara mereka. Meski mungkin ini adalah sesuatu yang normal mengingat mereka baru menikah sehari kemarin.

Paginya, Arumi kembali yang pertama bangun dari Reigan yang masih terlelap dengan nyenyak. Arumi sudah membersihkan tubuh, sudah juga berpakaian masih dengan kaos lengan pendek yang dimasukan ke dalam kulot panjang berbahan katun. Kali ini motifnya adalah macan tutul.

We Are CheatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang