11. Sikap Berbeda

935 85 5
                                    

Mata Arumi tidak lepas dari satu titik, menatap bagaimana kini Reigan banyak berbicara dan tertawa. Ia seperti melihat foto-foto yang terpajang di kamar pria itu dan istri pertamanya, persis. Tertawa hingga giginya yang rapi dan terawat terlihat dengan mata yang hampir tenggelam.

Cara pria itu tertawa bersama Bumi, Batara, Elang, Alam, Rakan, dan Gyna sama seperti potret pria itu ketika bersama dengan Laras.

Arumi tidak begitu mendengar apa yang sedang mereka bicarakan sebab dirinya juga sibuk mengobrol bersama dengan Saskia, Megumi, Meira, Adina, Maudya, dan Bulan.

Hanya tawa pria itu saja yang terdengar dan hal itu pula yang membawanya beberapa menit lalu menoleh, memaku pandangan kepada sang suami yang kini terlihat 180 derajat berbeda.

Saking fokusnya, tahu-tahu tubuh Arumi oleng. Seseorang menyenggol bahunya agak keras, berhasil mengembalikan jiwanya yang sedari tadi berkelana.

Arumi langsung menoleh ke sisi kiri, mendapati Megumi menatapnya dengan bibir yang mencebik seolah sedang mengejeknya.

"Iya tahu suami lo ganteng!" serunya.

Belum Arumi merespons, seseorang di sebelah kanannya melakukan hal yang sama dengan Megumi, menyenggol bahunya hingga tubuhnya sedikit terpental ke kiri.

"Nggak usah dipelototin gitu suaminya, nggak bakal ada yang nyulik kok!" seru Saskia diakhiri kekehan.

"Terpesona sama suami sendiri ya Rum!" sahut Meira.

Ringisan lolos dari mulut Arumi. Malu ketahuan tidak bisa mengalihkan tatapan dari suaminya sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Andai mereka tahu alasan Arumi terpaku kepada Reigan bukan karena ia terpesona kepada pria itu, tetapi karena sikap berbeda yang ditunjukkannya seharian ini.

Arumi memaksakan tawa, bersikap senatural mungkin agar terlihat seperti orang yang salah tingkah sebab ketahuan memperhatikan pasangannya.

"Eh, nggak gitu kok Mbak maksudnya!" Arumi pura-pura membantah.

"Gitu juga sebenernya nggak apa-apa kok!" ucap Megumi kembali menyenggol bahunya. "Gue kayaknya kalau jadi lo juga gitu, gue bakal terpesona setiap detik sama suami gue sendiri!"

Perempuan itu kemudian mengalihkan tatapan kepada sekumpulan pria di sebrang tempat mereka duduk, lebih tepatnya kepada Rakan. Ucapan Megumi tersebut sontak saja mengundang sorakan.

Acara kumpul-kumpul tiga bulan sekali bersama saudara Reigan dan saudara Laras memang kembali dilaksanakan. Arumi sudah jauh lebih siap menghadapi acara ini, ia bahkan sudah menyiapkan diri dari seminggu sebelumnya untuk bertemu dengan mereka.

Kembali, mereka mengobrol hal-hal random. Arumi ikut menyahut ketika membahas mengenai dunia pernikahan, ikut berkomentar ketika Megumi yang tengah mempersiapkan pernikahan mengeluh karena acara pernikahan impiannya sulit dilaksanakan. Ketika Adina dan Bulan bertanya mengenai resep makanan yang Arumi masak untuk acara kumpul hari ini, ia langsung memberitahukannya.

Untuk kedua kalinya ini Arumi juga lebih banyak tersenyum dan tertawa, lebih banyak berbicara daripada pertemuan pertama mereka karena lebih banyak dilibatkan dalam obrolan, juga karena Arumi sudah memahami soal budaya acara ini.

Saskia dan Megumi yang di awal pertemuan sudah cerewet, semakin cerewet lagi mengetahui kalau Arumi juga sama-sama suka berbicara.

Megumi bahkan menyebutnya sefrekuensi. Arumi jelas senang mendapat lampu hijau dari Megumi untuk berkawan dengan mereka,

Sayangnya waktu cepat sekali berlalu. Hampir petang dan para tamu yang hadir sudah bersiap untuk pulang. Padahal Arumi merasa obrolan mereka masih seru.

We Are CheatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang