04.b Pengalaman Pertama

1.2K 70 0
                                    

Arumi tidur dengan nyenyak meski berada di tempat baru. Apalagi ia tidur tidak sendiri. Padahal kalau bukan di tempatnya sendiri, Arumi bahkan bisa tidak memejamkan matanya sama sekali selama semalaman. 

Ia bangun lebih dahulu dari Reigan. Pria itu tampak masih masih pulas dengan embusan napas yang teratur.

Waktu masih menunjukan pukul lima pagi saat Arumi melihat jam digital yang terletak di meja sebelah ranjang. Merasa tidurnya sudah cukup, ia secara perlahan turun dari benda empuk tersebut takut pergerakannya dapat mengganggu Reigan. Setelahnya, mengumpulkan pakaian mereka yang berserakan di dekat kepala ranjang.

Arumi mengenakan pakaiannya sendiri sementara pakaian Reigan ia lipat dan kembali meletakan di atas bantal agar saat pria itu ingin kembali mengenakannya, tidak susah mencari.

Arumi berjalan menuju kamar mandi, berendam dalam air hangat untuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa sangat kaku akibat aktivitas semalam. Tidak lama, hanya sepuluh menit kemudian membersihkan tubuhnya dari busa-busa. Setelah itu kembali ke kamar dengan masih mengendap-endap setelah melihat Reigan masih memejamkan mata.

Arumi melakukan sepelan mungkin, saat membuka lemari untuk mengambil pakaiannya. Ia memilih menggunakan kaos putih polos dan celana kulot berbahan katun bermotif bunga-bunga, kemudian menyanggul rambut panjangnya tinggi-tinggi.

Hari pertama menjadi seorang istri, Arumi keluar dari kamar berjalan menuju lantai bawah, tujuannya adalah dapur. Sudah setengah enam pagi, ia ingin menyiapkan suaminya sarapan meski Arumi belum tahu kebiasaan Reigan bangun jam berapa. Apalagi hari ini pria itu masih cuti, bisa saja bangun lebih siang.

Namun tidak apa, Arumi ingin melihat apa saja isi kulkas pria itu. Biasanya, Arumi akan lebih banyak berpikir apa yang harus ia masak dibanding dengan durasi masak itu sendiri. Apalagi ia belum tahu, makanan kesukaan suaminya itu apa atau bahkan mungkin ada makanan yang jangan dimakan karena pria itu memiliki alergi.

Begitu sampai, Arumi disambut seseorang yang tengah mengelap benda-benda yang menjadi interior tempat tersebut. Usianya mungkin pertengahan kepala empat, saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah ini, Arumi sempat berkenalan dengan wanita itu, namanya Bi Wati yang bekerja di sini sebagai ART.

"Lagi apa Bi?" tanya Arumi ketika dirinya semakin dekat, wanita itu menghentikan kegiatannya, menatap Arumi.

"Lagi beberes sedikit, habis masak nasi barusan," jawabnya. "Non Arumi butuh sesuatu?"

Arumi menggeleng. "Biasanya Mas Rei kalau lagi libur begini bangunnya jam berapa Bi?" tanyanya.

Arumi duduk di salah satu kursi tinggi di meja bar yang terhubung langsung dengan dapur, seraya memperhatikan apa yang tengah dilakukan Wati. Wanita itu pasti tahu kalau ia dan Reigan menikah karena dijodohkan, sehingga pasti memaklumi jika ia tidak tahu kapan pria itu bingung. Arumi tidak malu sama sekali jika harus bertanya mengenai suaminya kepada orang lain, toh memang ia tidak tahu dan ingin tahu sebab mereka belum pada tahap saling mengenal terlalu dalam.

"Sebentar lagi juga bangun Non."

Arumi mengangguk paham. "Bibi udah kerja di sini berapa lama?"

"Delapan tahun kurang lebih?" jawab Wati tidak yakin. "Awalnya tuh Bibi kerja sama Bu Novita sama Pak Nugroho, cuma pas Mas Reigan menikah dengan Mbak Laras dan pindah ke sini, Bibi ikut dibawa. Jadi, Bibi ini udah ikut keluarga Mas Reigan dari lama banget, mungkin ada 15 tahun."

Arumi membulatkan mulutnya mendapatkan dua informasi tersebut. Pertama, nama mendiang istri Reigan adalah Laras. Arumi mendapat informasi baru, sebab Reigan belum pernah menyinggung tentang mendiang istrinya di hadapan Arumi atau mereka membicarakannya dengan sengaja. 

We Are CheatersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang